Sunday, November 29, 2015

Agen Judi Terpercaya - Kenikmatan Yang Susah Untuk Dilupakan

0 comments
cara daftar liga8.com
Likenews - Aku (sebut saja Aswin), umur hanpir 40 tahun, postur tubuh biasa saja, seperti rata-rata orang Indonesia, tinggi 168 cm, berat 58 kg, wajah lumayan (kata ibuku), kulit agak kuning, seorang suami dan bapak satu anak kelas satu Sekolah Dasar. Selamat mengikuti pengalamanku.

Cerita yang aku paparkan berikut ini terjadi hari Senin. Hari itu aku berangkat kerja naik bis kota (kadang-kadang aku bawa mobil sendiri). Seperti hari Senin pada umumnya bis kota terasa sulit. Entah karena armada bis yang berkurang, atau karena setiap Senin orang jarang membolos dan berangkat serentak pagi-pagi. Setelah hampir satu jam berlari ke sana ke mari, akhirnya aku mendapatkan bis.

Dengan nafas ngos-ngosan dan mata kesana kemari, akhirnya aku mendapat tempat duduk di bangku dua yang sudah terisi seorang wanita. Kuhempaskan pantat dan kubuang nafas pertanda kelegaanku mendapatkan tempat duduk, setelah sebelumnya aku menganggukkan kepala pada teman dudukku. Karena lalu lintas macet dan aku lupa tidak membawa bacaan, untuk mengisi waktu dari pada bengong, aku ingin menegur wanita di sebelahku, tapi keberanianku tidak cukup dan kesempatan belum ada, karena dia lebih banyak melihat ke luar jendela atau sesekali menunduk.

Tiba-tiba ia menoleh ke arahku sambil melirik jam tangannya.
"Mmacet sekali ya?" katanya yang tentu ditujukan kepadaku.
"Biasa Mbak, setiap Senin begini. Mau kemana?" sambutku sekaligus membuka percakapan.
"Oh ya. Saya dari Cikampek, habis bermalam di rumah orang tua dan mau pulang ke Pondok Indah," jawabnya.
Belum sempat aku buka mulut, ia sudah melanjutkan pembicaraan,
"Kerja dimana Mas?"
"Daerah Sudirman," jawabku.

Obrolan terus berlanjut sambil sesekali aku perhatikan wajahnya. Bibirnya tipis, pipinya halus, dan rambutnya berombak. Sedikit ke bawah, dadanya tampak menonjol, kenyal menantang. Aku menelan ludah. Kuperhatikan jarinya yang sedang memegang tempat duduk di depan kami, lentik, bersih terawat dan tidak ada yang dibiarkan tumbuh panjang. Dari obrolannya keketahui ia (sebut saja Mamah) seorang wanita yang kawin muda dengan seorang duda beranak tiga dimana anak pertamanya umurnya hanya dua tahun lebih muda darinya. Masa remajanya tidak sempat pacaran. Karena waktu masih sekolah tidak boleh pacaran, dan setelah lulus dipaksa kawin dengan seorang duda oleh orang tuanya. Sambil bercerita, kadang berbisik ke telingaku yang otomatis dadanya yang keras meneyentuh lengan kiriku dan di dadaku terasa seer! Sesekali ia memegangi lenganku sambil terus cerita tentang dirinya dan keluarganya. "Pacaran asyik ya Mas?" tanyanya sambil memandangiku dan mempererat genggaman ke lenganku. Lalu, karena genggaman dan gesekan gunung kembar di lengan kiriku, otakku mulai berpikiran jorok. "Kepingin ya?" jawabku berbisik sambil mendekatkan mulutku ke telinganya. Ia tidak menjawab, tapi mencubit pahaku.

Tanpa terasa bis sudah memasuki terminal Blok M, berarti kantorku sudah terlewatkan. Kami turun. Aku bawakan tasnya yang berisi pakaian menuju kafetaria untuk minum dan meneruskan obrolan yang terputus. Kami memesan teh botol dan nasi goreng. Kebetulan aku belum sarapan dan lapar. Sambil menikmati nasi goreng hangat dan telor matasapi, akhirnya kami sepakat mencari hotel. Setelah menelepon kantor untuk minta cuti sehari, kami berangkat.

Sesampai di kamar hotel, aku langsung mengunci pintu dan menutup rapat kain horden jendela. Kupastikan tak terlihat siapapun. Lalu kulepas sepatu dan menghempaskan badan di kasur yang empuk. Kulihat si Mamah tak tampak, ia di kamar mandi. Kupandangi langit-langit kamar, dadaku berdetak lebih kencang, pikiranku melayang jauh tak karuan. Senang, takut (kalau-kalau ada yang lihat) terus berganti. Tiba-tiba terdengar suara tanda kamar mandi dibuka. Mamah keluar, sudah tanpa blaser dan sepatunya. Kini tampak di hadapanku pemandangan yang menggetarkan jiwaku. Hanya memakai baju putih tipis tanpa lengan. Tampak jelas di dalamnya BH hitam yang tak mampu menampung isinya, sehingga dua gundukan besar dan kenyal itu membentuk lipatan di tengahnya. Aku hanya bisa memandangi, menarik nafas serta menelan ludah.

Mungkin ia tahu kalau aku terpesona dengan gunung gemburnya. Ia lalu mendekat ke ranjang, melatakkan kedua tangannya ke kasur, mendekatkan mukanya ke mukaku, "Mas.." katanya tanpa melanjutkan kata-katanya, ia merebahkan badan di bantal yang sudah kusiapkan. Aku yang sudah menahan nafsu sejak tadi, langsung mendekatkan bibirku ke bibirnya. Kami larut dalam lumat-lumatan bibir dan lidah tanpa henti. Kadang berguling, sehingga posisi kami bergantian atas-bawah. Kudekap erat dan kuelus punggungnya terasa halus dan harum. Posisi ini kami hentikan atas inisiatifku, karena aku tidak terbiasa ciuman lama seperti ini tanpa dilepas sekalipun. Tampak ia nafsu sekali. Aku melepas bajuku, takut kusut atau terkena lipstik. Kini aku hanya memakai CD. Ia tampak bengong memandangi CD-ku yang menonjol. "Lepas aja bajumu, nanti kusut," kataku. "Malu ah.." katanya. "Kan nggak ada yang lihat. Cuma kita berdua," kataku sambil meraih kancing paling atas di punggungnya. Dia menutup dada dengan kedua tangannya tapi membiarkan aku membuka semua kancing. Kulempar bajunya ke atas meja di dekat ranjang. Kini tinggal BH dan celana panjang yang dia kenakan. Karena malu, akhirnya dia mendekapku erat-erat. Dadaku terasa penuh dan empuk oleh susunya, nafsuku naik lagi satu tingkat, "burung"-ku tambah mengencang.

Dalam posisi begini, aku cium dan jilati leher dan bagian kuping yang tepat di depan bibirku. "Ach.. uh.." hanya itu yang keluar dari mulutnya. Mulai terangsang, pikirku. Setelah puas dengan leher dan kuping kanannya, kepalanya kuangkat dan kupindahkan ke dada kiriku. Kuulangi gerakan jilat leher dan pangkal kuping kirinya, persis yang kulakukan tadi. Kini erangannya semakin sering dan keras. "Mas.. Mas.. geli Mas, enak Mas.." Sambil membelai rambutnya yang sebahu dan harum, kuteruskan elusanku ke bawah, ke tali BH hingga ke pantatnya yang bahenol, naik-turun.

Selanjutnya gerilyaku pindah ke leher depan. Kupandangi lipatan dua gunung yang menggumpal di dadanya. Sengaja aku belum melepas BH, karena aku sangat menikmati wanita yang ber-BH hitam, apalagi susunya besar dan keras seperti ini. Jilatanku kini sampai di lipatan susu itu dan lidahku menguas-nguas di situ sambil sesekali aku gigit lembut. Kudengar ia terus melenguh keenakan. Kini tanganku meraih tali BH, saatnya kulepas, ia mengeluh, "Mas.. jangan, aku malu, soalnya susuku kegedean," sambil kedua tangannya menahan BH yang talinya sudah kelepas. "Coba aku lihat sayang.." Kataku memindahkan kedua tangannya sehingga BH jatuh, dan mataku terpana melihat susu yang kencang dan besar. "Mah.. susumu bagus sekali, aku sukaa banget," pujiku sambil mengelus susu besar menantang itu. Putingnya hitam-kemerahan, sudah keras.

Kini aku bisa memainkan gunung kembar sesukaku. Kujilat, kupilin putingnya, kugigit, lalu kugesek-gesek dengan kumisku, Mamah kelojotan, merem melek, "Uh.. uh.. ahh.." Setelah puas di daerah dada, kini tanganku kuturunkan di daerah selangkangan, sementara mulut masih agresif di sana. Kuusap perlahan dari dengkul lalu naik. Kuulangani beberapa kali, Mamah terus mengaduh sambil membuka tutup pahanya. Kadang menjepit tangan nakalku. Semua ini kulakukan tahap demi tahap dengan perlahan. Pertimbanganku, aku akan kasih servis yang tidak terburu-buru, benar-benar kunikmati dengan tujuan agar Mamah punya kesan berbeda dengan yang pernah dialaminya. Kuplorotkan celananya. Mamah sudah telanjang bulat, kedua pahanya dirapatkan. Ekspresi spontan karena malu.

Kupikir dia sama saja denganku, pengalaman pertama dengan orang lain. Aku semakin bernafsu. Berarti di hadapanku bukan perempuan nakal apalagi profesional. Kini jari tengahku mulai mengelus perlahan, turun-naik di bibir vaginanya. Perlahan dan mengambang. Kurasakan di sana sudah mulai basah meski belum becek sekali. Ketika jari tengahku mulai masuk, Mamah mengaduh, "Mas.. Mas.. geli.. enak.. terus..!" Kuraih tangan Mamah ke arah selangkanganku (ini kulakukan karena dia agak pasif. Mungkin terbiasa dengan suami hanya melakukan apa yang diperintahkan saja). "Mas.. keras amat.. Gede amat?" katanya dengan nada manja setelah meraba burungku. "Mas.. Mamah udah nggak tahan nikh, masukin ya..?" pintanya setengah memaksa, karena kini batangku sudah dalam genggamannya dan dia menariknya ke arah vagina. Aku bangkit berdiri dengan dengkul di kasur, sementara Mamah sudah dalam posisi siap tembak, terlentang dan mengangkang. Kupandangi susunya keras tegak menantang.

Ketika kurapatkan "senjataku" ke vaginanya, reflek tangan kirinya menangkap dan kedua kakinya diangkat. "Mas.. pelan-pelan ya.." Sambil memejamkan mata, dibimbingnya burungku masuk ke sarang kenikmatan yang baru saja dikenal. Meski sudah basah, tidak juga langsung bisa amblas masuk. Terasa sempit. Perlahan kumasukkan ujungnya, lalu kutarik lagi. Ini kuulangi hingga empat kali baru bisa masuk ujungnya. "Sret.. sret.." Mamah mengaduh, "Uh.. pelan Mas.. sakit.." Kutarik mundur sedikit lagi, kumasukkan lebih dalam, akhirnya.. "Bles.. bles.." barangku masuk semua. Mamah langsung mendekapku erat-erat sambil berbisik, "Mas.. enak, Mas enak.. enak sekali.. kamu sekarang suamiku.." Begitu berulang-ulang sambil menggoyangkan pinggul, tanpa kumengerti apa maksud kata "suami".

Mamah tiba-tiba badannya mengejang, kulihat matanya putih, "Aduuh.. Mas.. aku.. enak.. keluaar.." tangannya mencengkeram rambutku. Aku hentikan sementara tarik-tusukku dan kurasakan pijatan otot vaginanya mengurut ujung burungku, sementara kuperhatikan Mamah merasakan hal yang sama, bahkan tampak seperti orang menggigil. Setelah nafasnya tampak tenang, kucabut burungku dari vaginanya, kuambil celana dalamnya yang ada di sisi ranjang, kulap burungku, juga bibir vaginanya. Lantas kutancapkan lagi. Kembali kuulangi kenikmatan tusuk-tarik, kadang aku agak meninggikan posisiku sehingga burungku menggesek-gesek dinding atas vaginanya. Gesekan seperti ini membuat sensasi tersendiri buat Mamah, mungkin senggamanya selama ini tak menyentuh bagian ini. Setiap kali gerakan ini kulakukan, dia langsung teriak, "Enak.. terus, enak terus.. terus.." begitu sambil tangannya mencengkeram bantal dan memejamkan mata. "Aduuhm Mas.. Mamah keluar lagi niikh.." teriaknya yang kusambut dengan mempercepat kocokanku.

Tampak dia sangat puas dan aku merasa perkasa. Memang begitu adanya. Karena kalau di rumah, dengan istri aku tidak seperkasa ini, padahal aku tidak pakai obat atau jamu kuat. Kurasakan ada sesuatu yang luar biasa. Kulirik jam tanganku, hampir satu jam aku lakukan adegan ranjang ini. Akhirnya aku putuskan untuk terus mempercepat kocokanku agar ronde satu ini segera berakhir. Tekan, tarik, posisi pantatku kadang naik kadang turun dengan tujuan agar semua dinding vaginanya tersentung barangku yang masih keras. Kepala penisku terasa senut-senut,
"Mah.. aku mau keluar nikh.." kataku.
"He.. eeh.. terus.. Mas, aduuh.. gila.. Mamah juga.. Mas.. terus.. terus.."
"Crot.. crot.." maniku menyemprot beberapa kali, terasa penuh vaginanya dengan maniku dan cairannya. Kami akhiri ronde pertama ini dengan klimaks bareng dan kenikmatan yang belum pernah kurasakan. Satu untukku dan tiga untuk Mamah.

Setelah bersih-bersih badan, istirahat sebentar, minum kopi, dan makan makanan ringan sambil ngobrol tentang keluarganya lebih jauh. Mamah semakin manja dan tampak lebih rileks. Merebahkan kepalanya di pundakku, dan tentu saja gunung kembarnya menyentuh badanku dan tangannya mengusap-usap pahaku akhirnya burungku bangun lagi. Kesempatan ini dipergunakan dengan Mamah. Dia menurunkan kepalanya, dari dadaku, perut, dan akhirnya burungku yang sudah tegang dijilatinya dengan rakus. "Enak Mas.. asin gimana gitu. Aku baru sekali ini ngrasain begini," katanya terus terang. Tampak jelas ia sangat bernafsu, karena nafasnya sudah tidak beraturan. "Ah.." lenguhnya sambil melepas isapannya. Lalu menegakkan badan, berdiri dengan dengkul sebagai tumpuan. Tiba-tiba kepalaku yang sedang menyandar di sisi ranjang direbahkan hingga melitang, lalu Mamah mengangkangiku.

Posisi menjadi dia persis di atas badanku. Aku terlentang dan dia jongkok di atas perutku. Burungku tegak berdiri tepat di bawah selangkangannya. Dengan memejamkan mata, "Mas.. Mamah gak tahaan.." Digenggamnya burungku dengan tangan kirinya, lalu dia menurunkan pantatnya. Kini ujung kemaluanku sudah menyentuh bibir vaginanya. Perlahan dan akhirnya masuk. Dengan posisi ini kurasakan, benar-benar kurasakan kalau barang Mamah masih sempit. Vagina terasa penuh dan terasa gesekan dindingnya. Mungkin karena lendir vaginanya tidak terlalu banyak, aku makin menikmati ronde kedua ini. "Aduuh.. Mas, enak sekali Mas. Aku nggak pernah sepuas ini. Aduuh.. kita suami istri kan?" lalu.. "Aduuh.. Mamah enak Mas.. mau keluar nikh.. aduuh.." katanya sambil meraih tanganku diarahkan ke susunya. Kuelus, lalu kuremas dan kuremas lagi semakin cepat mengikuti, gerakan naik turun pantatnya yang semakin cepat pula menuju orgasme.

Akhirnya Mamah menjerit lagi pertanda klimaks telah dicapai. Dengan posisi aku di bawah, aku lebih santai, jadi tidak terpancing untuk cepat klimaks. Sedangkan Mamah sebaliknya, dia leluasa menggerakkan pantat sesuai keinginannya. Adegan aku di bawah ini berlangsung kurang lebih 30 menit. Dan dalam waktu itu Mamah sempat klimaks dua kali. Sebagai penutup, setelah klimaks dua kali dan tampak kelelahan dengan keringat sekujur tubuhnya, lalu aku rebahkan dia dengan mencopot burungku. Setelah kami masing-masing melap "barang", kumasukkan senjataku ke liang kenikmatannya. Posisinya aku berdiri di samping ranjang. Pantatnya persis di bibir ranjang dan kedua kakinya di pundakku. Aku sudah siap memulai acara penutupan ronde kedua. Kumulai dengan memasukkan burungku secara perlahan. "Uuh.." hanya itu suara yang kudengar. Kumaju-mundurkan, cabut-tekan, burungku. Makin lama makin cepat, lalu perlahan lagi sambil aku ambil nafas, lalu cepat lagi. Begitu naik-turun, diikuti suara Mamah, "Hgh.. hgh.. " seirama dengan pompaanku.

Setiap kali aku tekan mulutnya berbunyi, "Uhgh.." Lama-lama kepala batanganku terasa berdenyut.
"Mah.. aku mau keluar nikh.."
"Yah.. pompa lagi.. cepat lagi.. Mamah juga Mas.. Kita bareng ya.. ya.. terus.." Dan akhirnya jeritan..
"Aaauh.." menandai klimaksnya, dan kubalas dengan genjotan penutup yang lebih kuat merapat di bibir vagina, "Crot.. crott.." Aku rebah di atas badannya. Adegan ronde ketiga ini kuulangi sekali lagi. Persis seperti ronde kedua tadi.

Pembaca, ini adalah pengalaman yang luar biasa buat saya. Luar biasa karena sebelumnya aku tak pernah merasakan sensasi se-luar biasa dan senikmat ini. Setelah itu kami tidak pernah bertemu lagi, meski aku tahu alamatnya. Kejadian ini membuktikan, seperti yang pernah kubaca, bahwa selingkuh yang paling nikmat dan akan membawa kesan mendalam adalah yang dilakukan sekali saja dengan orang yang sama. Jangan ulangi lagi (dengan orang yang sama), sensasinya atau getarannya akan berkurang. Aku kadang merindukan saat-saat seperti ini. Selingkuh yang aman seperti ini.

Agen Judi Terpercaya - Bukan Maksud Aku Menjual Dirimu Istriku

0 comments
cara daftar liga8.com
Likenews - Tidak mudah bisa bertahan hidup di Jakarta apabila seseorang tidak memiliki kepandaian, stamina dan daya tahan terhadap berbagai tekanan dan kesulitan. Dan itu semakin aku rasakan. Sejak tiga tahun terakhir aku bersama istri yang baru kunikahi meninggalkan kampungku di Sleman, Yogya, menuju ibukota Jakarta untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Hingga kini kehidupan yang lebih baik itu belum juga aku memperolehnya.

Aku mau dan pernah melakukan pekerjaan apa saja sepanjang itu halal. Dari penjaga toko, narik ojek, tukang batu atau pekerjaan lainnya yang sesuai dengan apa yang aku bisa. Tetapi itu semua nampaknya belum menjanjikan masa depan yang lebih baik.

Kebetulan ada famili jauhku, Pakde Karto yang telah lama hidup di Jakarta dan mendapatkan kehidupan yang cukup mapan. Usahanya sebagai tengkulak tembakau untuk pabrik rokok 'gurem' nampaknya membuat hidupnya kecukupan. Kalau aku kesulitan uang Pakde Karto selalu menjadi tujuanku dan biasanya dia mau menolongku. Dia bilang kasihan pada istriku yang masih muda harus menderita hidup di Jakarta. Dia tidak mau mengajak aku kerja di tempatnya. Alasannya karena kurang suka mempekerjakan sanak famili. Dia bilang dirinya punya sifat gampang marah dan kasar. Khawatir sifat itu bisa menyinggung perasaan dan putus hubungan kekeluargaan. Walaupun begitu dia sangat memperhatikan kepentingan kami, khususnya kepentingan istriku. Terkadang dia belikan sesuatu, misalnya baju atau perabot dapur atau lainnya.

Hanya satu hal yang aku kurang sreg dengan Pakde Karto. Kalau aku minta bantuan pinjam uang dia tidak ijinkan aku ke kantornya. Dia selalu menyuruh sampaikan saja apa kebutuhanku lewat telpon, nanti dia akan datang. Dan dia memang datang. Dia berikan pinjamanku dan dia juga bawa oleh-oleh untuk Rini, istriku.

Selama berada di rumah kuperhatikan matanya yang selalu nampak melotot memperhatikan tubuh istriku. Beberapa kali dia bertandang ke rumahku, tak pernah sekalipun dia bawa istrinya. Aku pikir dia nggak mau kesukaan melototnya saat melihati istriku terganggu. Rasanya Pakde Karto ini bandot tua. Kadang-kadang sikapnya aku anggap keterlaluan. Seharusnya dia mengetahui dirinya sebagai panutan karena lebih tua dari aku. Tetapi dia tidak pernah menampakkan perhatiannya padaku. Kalau aku ngomong, dia menyahut 'ya, ya, ya' tanpa pernah lepas dari pandangan ke Rini dan sama sekali tak pernah melihat padaku. Terus terang kalau tidak terpaksa aku segan berhubungan dengan Pakde Karto ini.

Dari sudut fisik, Pakde Karto ini memang masih gagah. Pada umurnya yang memasuki 57 tahun, disamping wajahnya yang memang cukup ganteng, tubuhnya juga cukup terawat baik, tangannya ada sedikit berbulu. Tingginya sama dengan aku 175-an cm. Agak gendut, mungkin karena cukup makmur. Dan tampang bandotnya memang nyata banget. Aku yakin Pakde Karto suka mencicipi berbagai macam perempuan dan tidak kesulitan untuk mendapatkan 'daun-daun muda'.

Akan halnya Rini, istriku, dia adalah gadis idamanku saat kami masih sama-sama satu sekolah. Aku duduk di kelas 3 dan dia kelas 1 di SMU 1. Kami langsung berpacaran sejak dia masuk ke sekolah. Aku bangga dapat dia yang hitam manis dan paling 'macan', begitu teman-teman menyebut 'manis dan cantik' untuk Riniku ini. Dengan tingginya yang 170 cm, dia termasuk gadis paling semampai di sekolah kami. Kalau ada lomba volley antar sekolah Rini selalu menjadi bintang lapangan. Bukan karena menang bertanding tetapi karena macan-nya tadi. Aku tahu banyak perjaka lain yang naksir berat padanya. Walau Rini pernah juga mendapatkan julukan 'piala bergilir', aku tidak merasa keberatan. Dan pada akhirnya akulah pemenangnya yang bisa menggandengnya ke pelaminan.

Sesudah melewati tahun pertama pernikahan, kami merasakan adanya kurang seimbang, khususnya dalam hal hubungan seksual. Secara sederhana, Rini orangnya 'hot' banget, sementara aku mungkin 'cool' banget. Aku merasa kewalahan kalau mesti menuruti kemauannya. Dia mau setiap hari berhubungan seks. Sementara aku merasa cukup 2 kali seminggu. Untuk memenuhi keinginannya Rini memberikan aku berbagai macam jamu atau obat kuat. Pertama-tama kuikuti kemauannya itu. Tetapi hal tersebut tidak berlangsung lama. Bagaimanapun kapasitas normalku ya, seminggu 2 kali itu. Akhirnya solusinya adalah kompromi, aku akan selalu berusaha menaikkan kapasitasku dan dia sedikit menurunkan kapasitasnya. Hasilnya? Entahlah.

Walaupun belum mempunyai anak, karena kami sepakat untuk KB sampai keadaan ekonomi kami mantap, Rini tidak kekurangan kesibukkan. Dia sering menerima pesanan 'caterring' dari teman atau tetangga untuk hajatan-hajatan kecil di seputar rumah kami. Terkadang dia juga membuat makanan kecil untuk dititipkan ke warung-warung. Itu semua dia kerjakan dengan senang hati untuk mencari sekedar tambahan nafkah rumah tangga.

Dia juga suka mengeluh risih dengan sikap Pakde Karto. Tetapi dia bilang nggak mau terlampau risau dan tetap menunjukkan sikap sopan sebagai keponakan mantu.

Sejak beberapa bulan terakhir ini aku terseret pergaulan teman di kampung ikut main lotere buntut atau yang biasa disebut 'togel'. Pada awalnya aku menyaksikan seorang teman menarik kemenangan sebesar 15 juta rupiah kontan. Aku langsung tergiur. Saat pertama kali aku pasang togel, Rini marah dan sangat tidak setuju. Tetapi sesudah aku berusaha menenangkannya akhirnya dia tidak lagi menentang walaupun tidak sepenuhnya menerima gagasanku. Setelah beberapa kali gagal, akhirnya dari sekian nomer yang kupasang salah satunya berhasil menang. Aku berhasil menarik 1 juta rupiah. Dengan gembira uang itu kuserahkan seluruhnya kepada Rini. Ternyata istriku ini menerimanya dengan dingin. Aku tidak putus asa dengan sikapnya itu. Aku anggap itu sebagai tantanganku untuk memenangkan kesempatan berikutnya. Kini setiap hari aku selalu sibuk dengan togel. Setiap hari berusaha mencari kode-kode nomer bagus. Mungkin lewat mimpi sendiri atau mimpi tetangga, nomer mobil yang melintas atau mentafsirkan gambar-gambar kode yang kudapat dari bandar atau tanya ke dukun.Demikianlah hal tersebut berjalan beberapa waktu dan ternyata aku tak pernah lagi menarik kemenangan yang berarti.

Pada akhirnya aku benar-benar bangkrut. Dan tak ada jalan lain kecuali aku telpon ke Pakde Karto untuk pinjam uang. Setelah berbasa basi untuk keperluan apa uang itu dan kapan aku mengembalikannya akhirnya dia setuju untuk memberi pinjaman. Sebagaimana biasa Pakde Karto datang ke rumah. Walaupun hatiku resah karena ada satu nomer togel penting yang kuyakini akan keluar malam ini tetapi aku harus sabar sampai Pakde Karto menyerahkan uangnya ke istriku Rini. Kali ini rasanya aku nggak keberatan kalau Pakde Sastro akan melotot untuk menikmati kecantikan istriku. Silahkan, yang penting duitnya cepet turun.

Sesudah aku menanda tangani pernyataan hutang yang selalu telah disiapkan Pakde dan saat amplop uang diserahkan ke istriku yang untuk selanjutnya dibawa dan dia taruh di bawah bantal, aku cepat bergerilya.

Tanpa sempat menghitung kucomot separo dari tumpukkan uang itu. Dengan alasan akan ke warung beli rokok kutinggalkan Pakde Karto di rumah bersama Rini istriku. Aku tak sempat lagi memperhatikan wajah Pakde yang langsung hingar bingar sambil menganggukan kepalanya padaku. Yang kupikir sekarang adalah secepatnya menuju tempat bandar togel dan memasang nomer pilihan. Aku akan tunjukkan pada istriku bahwa memasang togel juga merupakan usaha yang bisa menghasilkan. Lebih dari separuh uang yang kubawa kupasangkan pada nomer pilihanku dan sebagian lainnya kupasang sebagai cadangan apabila nomer pilihan meleset. Aku yakin besok bisa mengembalikan utangku pada Pakde dan sisanya yang masih sangat besar akan kuserahkan seluruhnya pada istriku.

Demikianlah perputaran kehidupanku akhir-akhir ini. Nomer togel itu nggak pernah lagi kumenangkan. Rini selalu marah-marah dan semakin sinis padaku. Dan hutangku pada Pakde Karto sudah tak terhitung lagi. Pada hari-hari terakhir ini aku selalu lari menghindar kalau orang suruhannya datang mencari aku. Dan melihat wataknya Pakde Karto pasti akan terus mengejarku hingga uangnya bisa kembali.

Pada suatu pagi datang utusannya membawa surat. Aku tak berani menemuinya. Isteriku menerima surat itu,


"Datanglah ke kantor. Jangan khawatir. Ada jalan keluar yang sama-sama menguntungkan. Saya tunggu siang ini. Pakdemu."


Ah, nampaknya kali ini Pakdeku benar-benar mau membantu keponakannya yang sudah pusing tujuh keliling. Aku berpikir dia akan suruh aku membantu pekerjaannya di kantor agar aku bisa melunasi hutangku. Sesudah aku pamit istriku tanpa ragu aku datang ke kantornya.

Di kantornya aku langsung diantar Satpam masuk ke ruangan Pakde. Pakde menyuruh aku duduk di sofa dan menyuruh Satpamnya yang nampak kekar berotot itu agar berdiri menunggu. Ternyata Pakde menampakkan wajahnya yang sangar. Dia melihati aku seperti seorang pemangsa melihati korbannya. Dengan pandangan matanya yang bak elang siap mencabik-cabik mangsanya Pakde berbicara dengan garang, "Begini Herman. Aku tahu kamu nggak mungkin bisa membayar hutangmu yang hingga saat ini telah mencapai lebih dari 15 juta rupiah belum termasuk hitungan bunganya. Sekarang hanya ada satu pilihan yang menyelamatkan kamu atau urusannya jadi lain," dia mengakhiri omongannya sambil melirik ke Satpamnya.

Dalam keadaan yang sangat putus asa mana mungkin aku punya gagasan-gagasan untuk memecahkan masalahku. Dan tekanan Pakde Karto ini memang pantas aku terima. Aku memang sudah banyak janji tak bisa kupenuhi. Aku bangkrut dan istriku terus marah-marah. Maka secepatnya aku pasrah saja. Aku menyerahkan pada Pakde. Apapun jalan keluarnya aku akan menyetujuinya yang penting hutangku lunas. Nampak sikap Pakde melunak. Dia suruh Satpamnya meninggalkan ruangan.

Pakde mendekat sambil menepuk pundakku. Dia minta aku mendekatkan kupingku. Beberapa saat dia membisikkan usulnya. Sejak awal bisikkan kupingku sudah langsung panas terbakar dan aku benar-benar terpojok tanpa punya pilihan. Pakde bilang, aku bisa melunasi hutangku kalau dia boleh mengajak isterku Rini ke villanya. Kalau aku tidak setuju mesti melunasi hutangku dalam tempo 1 kali 24 jam atau urusannya jadi lain.

Masih ada tambahkan lagi, dia akan tidur bersama Rini selama 3 hari dan agar aku ikut juga ke villa. Pelayannya sengaja dia liburkan karena Pakde takut mereka lapor ke istrinya. Aku harus menggantikan tugas pelayan-pelayan itu untuk membersihkan kamar dan melayani kebutuhan Pakde bersama Rini istriku selama di sana.

Dia bilang hal itu terpaksa dia lakukan sebagai pelajaran untukku. Kini aku harus cepat pulang untuk menyampaikan hal ini kepada istriku. Besok pagi dia akan mengirim mobil untuk menjemput aku dan Rini. Kami harus berlagak sebagai suami istri yang datang dan menginap di villa itu. Pakde Karto akan datang sendirian menjelang sore hari yang akan berlagak seolah-olah sebagai tamu kami.

Rupanya naskah Pakde sudah dirancang secara matang. Mataku langsung berkunang-kunang mendengar bisikkan iblis itu. Aku tak ingat apa-apa lagi dan terjatuh lemas ke lantai. Saat aku sadar kulihat Satpam tadi sudah mendudukkan aku ke sofa. Aku diberinya minum. Aku masih terhenyak beberapa saat. Pakde Karto tak kulihat lagi. Dia hanya pesan pada Satpam untuk menyampaikan sebuah amplop. Saat kubuka kulihat dua puluh lembar 100 ribuan rupiah dan secarik surat, "Herman, besok mobil menjemput kamu bersama Rini, jam 7 pagi. OK?! Pakdemu."


"Bajingan..!"

Aku tak melihat jalan keluar. Dengan sebelumnya aku minta maaf yang sebesar-besarnya, dengan susah payah aku sampaikan keinginan Pakde Karto. Istriku Rini menerima amplop Pakde Karto menengok isinya sambil mendengarkan bicaraku kata demi kata dan kemudian melihat aku dengan penuh iba. Aku tak mampu membaca perasaan dia. Dia nampak marah dan sangat kecewa padaku. Pasti sepertinya sangat dihinakan dan itu sangat menyakitkan. Aku juga langsung membayangkan Pakde akan menjamahi bagian-bagian tubuhnya yang indah dan sangat rahasia. Pakde akan melahapnya dengan kerakusan bandot tua. Dasar ibliiss..!!

Agen Judi Tepercaya - Aku Tukarkan Pacarku Gengan Pacar Temanku

0 comments
cara daftar liga8.com
Likenews - Kejadian ini kira-kira sudah 2 tahun yang lalu, akhir Desember 98. Waktu itu kita, 2 pasang kekasih pergi berlibur ke Puncak. Yah ketika itu sekolah sedang libur. Aku mengajak pacarku Olga sedang temanku Sandy mengajak pacarnya Lisa. Kalau dibandingkan antara Olga dan Lisa keduanya sama-sama menggairahkan. Olga orangnya tomboy sedang Lisa sangat manis, kalau payudaranya lebih besar punya Olga. Kita berempat masing-masing sudah bertunangan dan rencananya akan menikah bersamaan. Karena kita sudah sangat akrab satu dengan lainnya.

Singkat cerita kami berangkat dengan mobil Vitaraku sesampainya di Puncak kami menginap di Villaku. Kami beristirahat sebentar lalu malamnya kami berputar-putar mencari angin. Di dalam mobil Sandy berpelukan dengan Lisa di belakang.
"San kamu kok sudah nggak sabar sih kan malam masih panjang" kataku.
"Habis dingin banget nih" jawabnya. Dengan kaca spionku aku dapat melihat dengan jelas mereka berciuman dan tangan Sandy bergerilya di sekitar dada Lisa, wah tegang aku jadinya melihat mereka dan Lisa tampak sangat cantik malam ini.
"San kalau kamu gitu aku jadi nggak tahan lho.." kata Olga.
"Kamu duduk belakang sekalian aja", jawab Lisa.
"Edan keenakan Sandy dong", jawabku.
"Nggak apa-apa to Ric kan sama temen kok dianggap sama orang lain", jawab Sandy.
"Boleh khan yang", tanya Olga.
"Terserah kamu aja jika pingin nyoba sana pindah" jawabku, lalu Olga langsung pindah ke belakang. Sandy jadi duduk di tengah, dia mencium Olga dan Lisa bergantian.
"Nanti sesampai di Villa ganti aku nyoba Lisa ya..", tanyaku.
"Boleh", sahut mereka serempak.

Karena sudah tidak tahan aku putar mobilku dan langsung kembali ke villa. Aku langsung rangkul Lisa dan aku ciumi, aku lakukan itu di ruang tengah, sedang Olga dan Sandy nonton TV.
"Ric yuk kita main berempat di kamar aja" ajak Sandy.
"OK, aku dan Lisa sih pasti mau-mau aja cuman Olga apa mau jika kamu ikut? sebab kamu kan jelek, gantengan aku?".
"Ngejek ya aku sih malah takut jika Olga nanti ketagihan sama pelerku".
Lalu kami berempat mulai masuk ke kamar utama. Kami berempat lalu telanjang bulat.

Pertama-tama kami ciuman aku dengan Lisa sedang Olga dengan Sandy. Kita sih sudah sering melakukan hubungan seks tapi kalau berganti pasangan dan main secara bersama sih baru kali ini. Aku lirik si Olga dia sudah mulai mengisap penis Sandy, sedang Sandy merem-melek keenakan. Aku sedang mainin clitoris Lisa dengan lidahku dia sangat terangsang kelihatannya.
Lalu aku ganti diisep oleh Lisa. Kalau isapannya sih enakan isapan Olga, si Lisa kurang pengalaman kali.
"Mari kita main bareng", ajakku.

Lalu kita berempat tiduran di karpet si Lisa mengisap penisku dan aku mainin vagina Olga dengan mulutku, sedang Sandy diisap Olga dan Sandy mainin vagina Lisa. Kami main posisi begitu dengan berganti-ganti pasangan.

Setelah puas aku main dengan lisa, vaginanya aku masukin penisku, penisku lebih besar dari punya sandy cuman kalah panjang. Vaginanya sih lebih nikmat punya Lisa sebab lebih kecil ukurannya dan tidak terlalu becek jadi lebih nikmat rasanya.

Kami main berganti posisi dan juga berganti pasangan. Setelah puas aku dan Sandy keluarin di mulut pacar masing-masing. Dan malam itu aku tidur dengan Lisa dan Olga tidur dengan Sandy.

Agen Judi Terpercaya - Acara Reonian Ngesex Bersama

0 comments
 cara daftar liga8.com
Likenews - Triyono (samaran) adalah sahabat lamaku sejak aku SMA. Kini setelah kami sudah mempunyai anak remaja (umurku 46 tahun) dia masih sahabatku, bahkan istrinya yang bernama Atik (samaran) dan istriku sangat akrab, dan kami rutin selalu ketemu kalau tidak dirumahnya, ya dirumahku.

Bahkan jika aku dan Triyono pergi mancing ketengah laut dengan sewa perahu, tak jarang istriku menginap dirumah menemani istrinya atau sebaliknya (karena anak kami sudah remaja dan mereka kuliah dikota lain).


Begitu akrabnya kami sehingga tak jarang kami melakukan yang menurut pandangan orang ketiga adalah hal yang aneh, misalnya ditengah gurauan, kadang kadang Triyono memeluk istriku dan menciumi pipinya berkali kali, didepanku maupun didepan istrinya. Demikian pula sebaliknya ketika kami bercengkarama berempat kadang kadang Atik dengan manja tiduran berbantal pahaku. Tentunya sikap kami ini tidak didepan anak anak yang sudah berangkat remaja.

Bahkan pernah didapur rumahku aku memergoki Triyono mencolek pantat istriku, dan kulihat istriku pura pura marah, aku tahu itu dari raut wajahnya, tentu saja sebagai lelaki normal kadang aku dilanda cemburu. Tetapi kami selalu lebih memegang persahabatan, apalagi akupun sering melakukan hal yang sama terhadap istrinya.

Tentu saja keadaan ini tidak terjadi begitu saja, kami menjalin hubungan kekeluargaan sejak kami menikah. Namun sejauh itu kami tidak pernah melakukan hal hal yang terlalu jauh. Sampai suatu hari terjadilah apa yang belum pernah terbayangkan sebelumnya, setidak tidaknya olehku. Tapi aku yakin ini adalah rencana Triyono dan istrinya yang sudah dipersiapkan (ini kusadari setelah cukup lama peristiwa itu terjadi)

Seperti yang sering kami lakukan, pada hari jumat yang kebetulan hari libur kami berempat ber week end di Villaku didaerah Ciloto. Walaupun tidak terlalu mewah namun villaku ini cukup luas dan cukup nyaman untuk beristirahat di akhir pekan. Kami selalu rutin mengunjunginya paling tidak sebulan sekali, biasanya hanya aku dan istriku, kadang kadang anak anak ikut, atau famili lain.

Kali ini aku mengajak Triyono dan istrinya, tidak ada yang istimewa kami hanya ingin menikmati liburan dan seperti biasanya selesai makan siang dijalan, istriku mampir untuk beli pepes ikan Mas kesukaanku. Sampai di villa sekitar jam jam 2 siang, aku tidur pulas, sampai akhirnya dibangunkan istriku untuk makan malam. Kami makan malam berempat dengan nasi hangat dan pepes ikan.

Selesai makan malam kami menonton TV sambil ngobrol kesana kemari diruang keluarga. Setelah bosan ngobrol, Triyono mengambil inisiatif mengambil kasur dikamarnya dan dihamparkan didepan TV dia dan istrinya menonton TV sambil tiduran, dan akupun berbuat hal yang sama. Atiek masuk kamarnya dan mengganti dasternya dengan baju tidur yang amat tipis tanpa BH dan CD, ini terlihat jelas dari bayangan tubuhnya dibalik gaun tidurnya.

Kulihat dia sangat atraktif mempertontonkan tubuhnya didepanku dan didepan istriku. Kulihat Triyono acuh saja melihat tingkah istrinya. Kamipun menonton TV sambil tiduran, istriku dan Atiek tidur berdampingan ditengah sedangkan aku berada disamping istriku dipinggir. Acara TV terasa membosankan mungkin karena aku tidak bisa konsentrasi, aku lebih terpesona menikmati tubuh yang menggairahkan yang tergolek disamping istriku dan itu membuat adik kecilku dibalik sarung setengah ereksi.

"Pah.., puterin film yang hot.. dong.., aku kedinginan nih.." Atiek menyuruh suaminya memutar film porno.


Aku tahu mereka sering muter film porno karena kami sering tukar menukar film, tapi selama ini kami belum pernah nonton bersama sama.


Sebelum beranjak mengambil film, Triyono basa basi minta ijin istriku "Rin..muter film blue ya.."


"Terserah aja " jawab istriku.

Filmnya cukup bagus dengan latar belakang jaman kekaisaran romawi, adegan sexnya tidak vulgar, dan ini membuat gairahku cepat bangkit. Sarungku sudah terdongkrak keatas sementara kulihat Atiek sering mencuri padang kearah sarungku yang memang sengaja tidak kusembunyikan. Sementara itu istriku sudah memindahkan kepalanya diatas lenganku dan jari tangannya meremas remas jari tanganku. Aku sudah hapal sekali, istriku pasti sudah terangsang.

Triyono menonton film itu dengan memeluk istrinya secara ketat dan tangannya mengusap usap payudara Atiek dari luar baju tidurnya, sesekali diciumnya bibir istrinya dalam dalam. Sementara itu kaki kanan Atiek ditekuk dan pahanya menindih paha istriku, sehingga tak terhindarkan baju tidurnya yang memang pendek makin tersingkap sehingga akupun makin leluasa melahap pahanya yang putih mulus, dan sebagian rambut dipangkal pahanya dengan sudut mataku.

"Mbak Rin,.. Aku jadi pengen nih.." Atiek bicara kepada istriku.


"Ya nggak apa apa, wong Mas nya nyanding koq." Istriku menyahut sambil senyum penuh arti.

Aku makin terangsang, kumiringkan tubuhku menghadap istriku sehingga aku bisa melihat paha mulus Atiek, dan kuselusupkan tanganku dibalik blouse istriku yang tidak ber BH untuk meremas remas buah dadanya, sementara tangannya sudah masuk kesarungku untuk mengelus elus penisku yang sudah berdiri keras. Ia menutup tanganku dengan bantal sehingga gerilya yang kulakukan tidak terlihat oleh Triyono dan Atiek. Walaupun itu sebenarnya hal itu tidak perlu dilakukan, karena mereka sudah tidak memperhatikan kami lagi, keduanya sudah mulai tenggelam dalam percintaan.

Ketika Atiek melepaskan seluruh pakaiannya dan mencopoti pakaian suaminya, Triyono menggeser posisinya merapat keistriku, sedangkan Atiek menindihkan tubuhnya yang bugil dari sebelah kanan, sehingga Triyono berdampingan dengan istriku.


Mereka berciuman sambil saling saling mengelus penuh nafsu, kulihat istriku sering melirik mereka dengan gairah, ikut terhanyut dengan adegan panas persis satu jengkal disampingnya.

Tiba tiba Atiek menghentikan pergulatan dengan suaminya dan tangannya meraih blouse depan istriku dan melepas kancingnya.


"Biar adil dong Mbak.." sambil tangannya terus melolosi seluruh pakaian istriku.


Walaupun wajah istriku protes, tapi usaha mencegah tangan Atiek yang nakal, tidak serius sehingga dengan mudah Atiek melucuti pakaian istriku. Sekelebat kulihat mata Triyono melahap seluruh tubuh indah istriku, bahkan ia segera mengeser posisinya merapat ketubuh istriku, sehingga lengannya menempel pada pinggir payudara istriku.

Aku tak sempat berfikir macam macam, nafsuku mendominasi pikiranku, kucopot seluruh pakaianku sehingga kami berempat sudah bugil, kuciumi istriku, sambil jariku mengelus vaginanya yang sudah basah. Istriku mendesis desis keenakan tangan kanannya mendekap punggungku erat erat, sedangkan tangan kirinya tertindih tangan Triyono.

Kurasakan elusan lembut sebuah tangan halus menelusuri bokongku, bahkan kemudian mengarah keselangkangan dan mengelus buah zakarku. Aku sudah menduga pemilik tangan itu, dan hatiku berdesir ketika kulihat tangan Atiek lah yang sedang mengelus batang penisku, sambil mulutnya menciumi dada suaminya. Aku yakin Triyono melihat tangan istrinya yang sedang beroperasi di batangku yang keras seperti kayu, tapi dia tampak acuh saja, bahkan kini lengan kanannya telah mendidih susu istriku.


Istriku tidak menyadari atau pura pura tidak tahu bahwa tangan Triyono sudah menindih payudaranya, dan wajahnya dipalingkan kearah yang berlawanan.

Atiek sambil berubah posisi dengan setengah duduk dipaha suaminya dengan selangkangan yang terbuka lebar memperlihatkan vagina merah basah yang sangat indah, sementara tangan kanannya menggosokan gosokkan kemaluan suaminya ke klitorisnya, sementara buahdadanya menggantung diremas remas suaminya.

Posisinya tersebut membuat tubuh Triyono merenggang dari tubuh istriku sehingga tangan kiri istriku yang tertidih menjadi bebas. Dari padangan matanya yang sayu dan pahanya sudah direntangkan, aku tahu baha istriku sudah memberi lampu hijau. Dituntunnya penisku kearah lubang vaginanya, dan dalam tempo singkat aku sudah melayang menikmati jepitan lobang kemaluan istriku. Sementara aku mengocoknya perlahan lahan, istriku mendesis desis keenakan, kini wajah istriku menghadap kearah Triyono bahkan hanya berjarak sejengkal dengan wajah Triyono namun matanya terpejam.

Atiek sudah terlengkup ditubuh suaminya, sementara pinggulnya naik turun, mengocok batang suaminya yang sudah melesak ditelan liang kenikmatannya. Sekali kali tangannya meremas bokongku dan istriku melihat aktifitas tangan Atiek ini, tapi rupanya diapun tak ambil peduli. bahkan beberapa kali Triyono mencium mulut istriku yang tengah mendesis, istriku diam saja, walaupun tidak meresponnya. Entah kenapa aku tidak cemburu melihat istriku diciumi oleh Triyono saat sedang kusetubuhi, bahkan aku makin terangsang. Karena kulihat ciuman itu membuat istriku makin bergolak gairahnya. Ini kurasakan dari gerakan dan nafasnya mendengus tidak seperti adat biasanya.

Dalam waktu yang tidak terlalu lama gerakan istriku tak terkendali, bahkan ia membalas menyedot ciuman Triyono, dan pada saat itulah istriku menghentak hentakkan pinggulnya keatas, mulutnya menghisap mulut Triyono dalam dalam sambil merintih. Dia telah orgasme. Ini diluar kebiasaan, istriku biasanya cukup tahan lama, tapi kali ini dia cepat selesai, padahal aku merasa masih tahan lama.

Kuhentikan kocokanku, kucabut penisku, aku masih tanggung tetapi aku memang tidak ingin selesai sekarang, aku masih berharap istriku bangkit lagi setelah istirahat. Kutatap wajah istriku yang penuh kepuasan. Disampingnya kulihat Triyono menggengam tangan istriku.

Melihat aku tegeletak disamping istriku, dengan kemaluan yang masih tegar, Atiek segera tahu bahwa aku belum ejakulasi. Tiba tiba Atiek menghentikan goyangan pinggul, dicopotnya penis suaminya dari vaginanya. Dengan melangkahi tubuh istriku, Atiek segera menghampiriku, kemudian dengan dasternya yang diambil dari sisi kasur dibersihkannya penisku yang penuh lendir istriku.

Dia menindihku dan menciumku. Aku sempat kaget, aku tak menduga kejadian itu, kulirik Triyono tetapi dia hanya melihat tingkah istrinya tanpa reaksi. Istriku juga hanya melirikku sebentar kemudian memejamkan mata kembali, menikmati sisa orgasme yang ia dapat dariku.

Kubalas ciuman Atiek dengan nafsu, tangan kiriku mengelus bokongnya sedangkan tangan kanan meremas buah dadanya. Atiek menjulurkan lidahnya menyambut lidahku, sementara vaginanya yang basah digesek gesekan ke diatas kemaluanku. Tampak Atiek sudah sangat terangsang, sehingga ciuman kami hanya berlangsung sebentar, segera dia menghentikan ciumannya, ditariknya badannya sehingga sekarang posisinya duduk diatas pahaku, sementara belahan kemaluannya menidih pada batang penisku yang rebah diatas perut.

Kulihat belahan kemaluannya yang merah penuh lendir, aku sudah tidak sabar lagi, kuangkat pinggangnya dengan kedua tanganku, Atiek cepat tanggap, sambil mengangkat pantatnya, diambilnya penisku dan diarahkan kelobang vaginanya. Dalam hitungan detik, kemaluanku sudah menyelusup kedalam vagina Atiek. Atiek melenguh pelan, badannya ambruk kedadaku dan wajahnya menempel disamping kepalaku sambil mendesis desis. Kuangkat pinggulku berusaha mengocok kemaluan Atiek, dan diapun mengikuti gerakanku tetapi pinggulnya digoyang memutar sedangkan otot vaginanya menjepit kemaluanku, jepitan dan putaran pinggulnya tidak akalh dengan istriku, kenikmatan menjalar keseluruh penisku.

Sepuluh menit telah berlalu dan kurasakan Atiek mulai mempercepat goyangannya, mulutnya menciumku dan lidahnya menerobos masuk ke mulutku. Nafasnya tersengal, aku segera mengerti bahwa sedang mulai masuk kemasa orgasme. Tanpa menunggu waktu lagi kupercepat kocokanku, karena kemaluankupun sudah berdenyut denyut enak, dan segera akan keluar.

Ketika kurengkuh bokongnya, Atiek merengkuh pundakku makin kencang, dari mulutnya keluar erangan kenikmatan yang panjang dan kemaluannya ditekan keras ke kemaluanku, dia sedang orgasme. Dan segera kulepas pula air maniku menyemprot didalam vaginanya. Kenikmatan yang luar biasa.

Walaupun permainanku sudah berakhir tetapi Atiek tidak mau mencopot kemaluanku dari vaginanya, dia hanya mengeser tubuhnya dari dadaku untuk meringakan tindihan tubuhnya diatas tubuhku. Kesadaranku mulai pulih, kulihat istriku sedang bergumul dengan Triyono. Dengan tubuh yang bugil dia menindih tubuh istriku, mereka berciuman dengan pelan dan dalam, tangan meremas remas buah dada istriku yang tergolong besar dan montok, sementara tangan istriku mengelus bokong Triyono, dan kudengar desahan halus dari mulutnya itu pertanda istriku sudah mulai terangsang lagi.

Melihat istriku terangsang, tiba tiba akupun terangsang kembali. Aku sangat senang istriku menikmati sexnya, Kuhadapkan tubuhku kearah istriku, dan Atiek segera merangkul pinggangku dengan kakinya dari belakang, sambil menikmati sisa orgasme yang kuberikan padanya.

Triyono sedikit mengeser tubuhnya dan tangan yang tadinya meremas tetek istriku turus kebawah, kearah kemaluan istriku, dan istriku mengangkat pinggulnya ketika jari tengan Triyono memutar mutar clitorisnya. Desahan dari mulutnya makin keras.. Triyono mengangkat tubuhnya dan dibukanya lebar lebar paha istriku.

Istriku menoleh kearahku, matanya sayu memandangku seolah minta ijin padaku. Kupandangi dia, dia sangat cantik tak kuasa aku menghalanginya. Kukecup bibirnya kuusap rambutnya tanda bahwa aku menyetujuinya. Dan ketika penis priyono melesak kedalam vaginanya, istriku memejamkan mata keenakan, dan tangannya mengelus elus penisku seirama dengan kocokan yang diberikan Triyono.

Kuciumi bibirnya, pipinya lehernya, atau mana saja yang kudapat karena istriku dalam kenikmatan, selalu kepalanya tidak bisa diam, menoleh kekiri kekanan sambil menjilat jilat bibirnya sendiri. Sementara tangan kanannya mengocok penisku tangan kirinya merangkul pundak Triyono. Tangankupun tak henti hentinya meremas remas buah dadanya. Kudengar pula desisan Triyono menambah suasana jadi makin mengairahkan.

Tiba tiba istriku berhenti menggelengkan kepalanya, dahinya berkerut dan giginya menggigit bibr bawahnya, dia menoleh kearahku, istriku akan selesai dan sebentar lagi pasti akan melenguh panjang.


"Pah.. aku sudah nggak tahan.. Pahaahh.. eghh.. eegghh"


pada saat itu dia mendongakkan wajahnya keatas, matanya menatap mata Triyono dengan sayu.

Pada saat yang sama, aku tak tahan menahan ejakulasi, digenggaman tangannya. Kulihat Triyono menekan kemaluannya dalam dalam kevagina istriku untuk berejakulasi.. Ketika dia mencabut kemaluanya, kulihat sisa air mani meleleh keluar dari bibir vagina istriku, yang berwarna kemerahan.

Malam ini adalah malam pertama dimana istriku merasakan penis orang lain selain punyaku apalagi dia merasakannya sekaligus dalam selang beberapa menit, sebuah pengalaman yang sangat memuaskan kami berempat.

Sejak itu kami sering melakukannya, sedikitnya sebulan sekali, dan kami berkomitmen ini hanya dilakukan berempat, Bahkan kini muncul ide baru dari Atiek untuk menambah menjadi tiga pasangan. Hanya saat ini kami belum menemukan pasangan yang bisa diajak main. Pengalaman ini ditulis juga atas persetujuan kami semua.

Saturday, November 28, 2015

Agen Judi Terpercaya - Seks Dengan Waitress Hotel

0 comments
 cara daftar liga8.com
Likenews - Nama gw Ferry, usia gw 30 tahun tinggi 185cm (mantan pebasket gagal) dah agak gendut dikit lahh dan gw seorang Wiraswasta, dan doyan banget ma Gadgets, tanpa menunda2 lagi, gw mo ceritain tentang “Kejadian” ini ma kalian.Di kota gw tinggal (lampung) gak terlalu banyak tempat tongkrongan seperti café atau mall yang kayak di Jakarta, namun Hotel lumayan menjamur dan banyak, bayangkan dalam 1 jalan bisa ada 9 Hotel berturut-turut….. dari semua hotel itu ada 1 Hotel yang gw paling suka buat nongkrong, terutama memanfaatkan WiFi geratis dan berkecepatan tingginya, sebut aja Hotel GA, Cerita Sex | selama gw nongkrong di sana, gw notice 1 cewek yang paling menarik perhatian mata gw, hitam manis (gw pikir dia mungkin orang Jawa campuran Lampung) rambutnya panjang, tingginya 150an, gak terlalu Toge Pasar, imut cute proporsional, klo di liating….. man!! gw konak mulu bawaannya, padahal tu baju lengkap +blazernya, tapi baju seragam dia gak bisa nutupin POTENSI dibalik itu semua, namanaya Bella, gw manggilnya nona bella. flirting, demi flirting yang gak kurang ajar dah berjalan terus sekian lama, karena setiap gw dateng, pasti dia yang ngelayanin gw, bahkan pesenan gw dia apal mutlak, bahkan gw ma dia dah Friend di FB n flirting-flirtingan juga di inbox…… tapi pas ketemuan ya jaim gitu deh, secara gw dah punya bokin waktu itu dan dia masih abege lulusan baru (malu-malu kucrit dahhh), berawalnya petualangan yg “Basah” ini dimulai ketika dia gak sengaja (atau sengaja gw juga gak bisa pastiin) numpahin Orange Juice ke MACBOOK gw…..!!!dongkolnya abis2an n jadi rada kesel n ill fill gitu ma ni anak, mau gw bentak tapi ati gw gak enak, jadinya gw cuman bilang…. “Aduh, ati-ati dong (dengan nada yang loe-loe pada tau dah gimana)” “ma’af mas, aduh gak sengaja— gak sengaja” Gw liat bgt tuh muka paniknya kek apa, pucet gak jelas apalagi pas ngeliat macBook gw kagak bisa nyala lagi, trus managerya dateng setengah berlari, si Bella dah nunduk aja siap di hakimi, begitu managernya dateng, si bella di marahin (btw Managernya Cewe juga boyy…… tinggi semampai kek model, tapi mukanya bikin laki Horny) ditengah si Bella di marahin managernya, gw langsung beberes (sambil meratapi MacBook gw yang kuyup…. “Selamat tinggal kawan…..” itu ungkapan gw dalem ati, gak lama gw kembali memperhatikan kejadian “Marah-marah” itu lagi, dan gw liat muka si Bella dah putus harapan minta di gantung gimnaaaaaa gituu, gw juga jadi kasian, “Udah mbak…….. saya gak apa-apa kok” gw lirik si Bella yang tiba2 matanya kek memancarkan seberkas harapan dan terimakasih yang mendalam ke gw, “si bella gak sengaja kok numpahinnya, klo sengaja baru deh saya nguamuk, yah namanya juga apes mbak” Tapi mas, kami sebagai pihak Hotel merasa perlu /…. bla bla bla bla bla bla” intinya pada akhirnya gw gak nuntut apapun n minta ganti rugi apapun sama pihak hotel dan gw gak mempermasalahkan bella, bahkan gw bilang ke Mangernya yang mukanya bikin konak itu, biarin si bella jgn di kasih sanksi apa2, anggep lah ini semua gak pernah terjadi… GW LIAT BANGET MUKA SI BELLA kek nemuin pangeran sejati dan rasa bebas yang legaaaaa bgt…. dah, gw pulang dan besoknya gw ngurusin tuh macbook yang ternyata cuman bisa di selametin Hard Discnya, okelah… asal data2 gw selamet, gak jadi masalaha……. gak pake lama gw beli lagi dah MacBook Pro15” yg baru dari toko Computer temen gw di teluk Betung, done…. install ini itu beres, transfer data dari HDD lama ke HDD baru,,,, beresssss dan jam 12 siang sudah mengetuk pintu perutku untuk segera di isi, meluncur lagi lah GW ke Hotel GA yang terjadi insiden. tebak siapa yang dateng ngelayanin GW?? yess bibehhh Nona Bella, tapi bajunya gak pake Blazer lagi, jadi kek anak trainee gitu, kemeja Putih n rok Hitam (kemeja putih BH merah klo mo lebih detile nya….. NAMPAK kalii lahhh) hehehehehe ternyata dia di Grounded dan jabatannya di turunin (gw gak tau jabatan sebelumnya apa) “Eh mas. mau pesen apa” dengan paras yang kikuk dan suara yang gundah gulana (gara2 gak enak kali yah) “Lah nona bella kek gak kenal saya saja, dah gak cinta yahh sama saya??” sambil senyum2 “ehh… iya mass, saya orderin dulu” masih kikuk n kek gak tenang, gak lama makanana gw dateng dan gw di Hotel itu sampe jam 9 malem (loungenya enak bro…. nyaman bgt buat escape dari kantor) gw berberes, semua peralatan masuk kedalam tas, dan gw melangkah menuju parkiran. sesampai gw di Mobil gw, tiba-tiba ada yang manggil gw…. “Mas…. mas Ferry… tunggu mas” gw nengok lah, dan ternyata si Nona Bella setengah berlari menghampiri gw, “Kenapa Nona berlari-lari??” bukankah lebih baik nanti aku yang menjemput??” sambil flirting lagi… disini tiba2 dia manggil gw Kak….. (gw mencium gelagat yang nikmat) “kak, saya mo bilang makasihh bgt, kakak gak minta saya ganti rugi atau apapun atas kejadian kemarin” “Ahh udah lah, gak usah di pikirin, lagian tuh Laptop dah uzur juga, jadi saya punya alesan buat beli baru lagi deh” sambil bercanda… “Bella mau kemana?? Pulang” ” dia nge geleng kepala “Enggak kak, …………… kak boleh nebeng gak” (nebeng bahasa khas lampung utk Numpang) “Mau kemana kamu dah malem begini?” ke Way halim kak, ke Rumah” jawabnya singkat…. dalem hati gw… dahh ellaaahhhh, ntu mahh jauh bgt dari arah rumah gw, dan gw agak males tapi ya sudah lah….. dan nampaknya Bella menangkap perasaan itu dari rona muka gw yang dah suntuk. gw bukain pintu mobil dia duduk di sebelah gw, dan meluncurlah kita berdua di tengah kota Bandar Lampung yang sudah mulai sepi itu menuju Way halim……. GAK SATU KATA pun yang keluar dari mulut dia, keknya lagi punya banyak pikiran bgt nih anak, dari pada BT gw aja deh yg nanya. “Bella dah pacaran lum?” Pertanyaan yang mengagetkan bukan?? heheheheheh dia nengok sedikit ke Gw dan bilang “Belum kak, baru juga lulus SMA” wahhhh asooy nihh….. dalem ati gw, “kok aneh yah, cewe cantik kek kamu blom pacaran….. saya mah dulu nyari cewe cantik kek kamu susah…. pada laku semua….” gw liat dia senyum… alamakkk senyumnya bikin adem hati, panas Kontol bgt. entah dari mana mulainya, tangan dia megang tangan gw di Perseneling mobil, DEG…. jantung gw berasa mo copot (anjiiiiirrrrrr bakal dapet perawan ni malem) “Kak…. Be gak bisa bayar hutang be sama kakak……… tapi Be bisa kasih hati Be buat kakak” (mampusssssss dahhh, gw di tembak Cewe cuyyy) hohohoho gw gak mau keliatan glagapan didepan cewe cantik yang bingung itu, “Mang berapa kilo hatinya Nona??” heheheheheheh sambil bercanda, “Be serius kak,…. Be jadi pacar kakak mau kok, Be dari pertama kenal kakak mang dah suka bgt” “Nona…. cinta itu bentuknya bukan kata-kata” kata gw ……… “kak nanti turun di Rumah Be yah….” “Hah…?? ngapain?? mang gak ada siapa2 dirumah? “ada nenek sama ponakan2 aja…… (juuu maless dehhhh gw klo banyak orang gitu) “Gimana klo kita kerumah saya aja??” “ada siapa kak di rumah?” …… “ya cuman saya dan rumah saya….” (gw idup sendiri n gak pake pembantu, paling bokin gw yang sering mampir n sesekali bebersih. “Be malu kak” gw tau ini bakal mengarah kemana…. krn sampe saat ini pun tangan bella gak lepas dari tangan gw, akhirnya gw yang ngelepas genggaman tangan dia dan memberanikan diri untuk meletakannya di atas Dengkulnya sedikit dan berkata “Gak apa-apa kok, kenapa harus malu??” ….. akhirnya dia ngangguk dan menyetujui keputusan itu, gw putar mobil dan mengarah kerumah gw dgn agak sedikit tergesa. sesampainya di rumah, gw langsung kunci pintu depan dan melangkah ke kamar tidur gw, nyalain musik soft (kebiasaan boss) nyalain AC dan ambil air minum. dan juga gw ambilin buat bella…. dia duduk di ruang tamu sambil tertunduk dan nampak cemas, dan selagi gw beberes gw sempet denger dia nelpon ke saudaranya mungkin dan bilang klo hari ini dia gak pulang n mau nginep di rumah temennya (aaasiiiiiiiiik) gw kasih dia minum n ngajak dia keruang makan, “makan dulu yah, kamu keliatannya lemes bgt” dia ngangguk aja, akhirnya gw bikinin dia nasi goreng dan kami pun makan, setelahnya gw tanya, “Bella gak mau pulang?? dia nge geleng kepala “mau nginep?” dia diem… gak ngangguk atau geleng2……. ” ya udah, klo mau nginep satu2nya kamar yang available cuman kamar saya, gak masalah kan bobo sama saya??” dia tetap diam…. gw rengkuh aja tangannya dan menuntun dia ke kamar gw yang besar dan megah… Ranjang Latex custom made 230 X 230 (guede men… bisa main bola keknya) Plasma Tv dan fasilitas hiburan yang sip semua ada di kamar gw….. “Bella, kamu ganti baju dulu gih, biar tidurnya enak…” seperti sapi di cocok idungnya dia ngeloyor ke kamar mandi gw dan masuk, gak lama kemudian dia keluar dengan sesuatu yang bikin gw terkejut……. tankTop putih (no BH) dan celana Pendek Jins super mini dan ketat dia pertontonkan didepan gw….. Kon Tol gw langsung Melejit maksimum n bikin gw rada salah tingkah, “Kak… kamar mandinya keren bgt, pake jacuzi segala, kek di Hotel aja….” gw dah liat dia sepertinya dah cuci muka dan membasahi tubuhnya… jadi keliatan seperti buah segar, gak pake lama, gw nepuk ranjang gw yg kosong isyarat supaya dia rebah di situ….. setelah dia ada di atas tempat tidur gw, “Kak,…. be bales pake ini yah?” dia rangkul pundak gw dan langsung duduk di pangkuan gw… wajah kita berdua deket bgt men, sampe gw bisa ngerasain nafasnya n detak jantungnya……. “Makasih yah kak” dengan satu kalimat itu dia cium bibir gw sekilas….. matanya berbinar dan rona hasrat ingin di cintai dan dimiliki tergambar jelas sekali, lalu ku cium bibirnya dengan sedikit bernapsu, dan bella membalasnya dengan panggutan yang seimbang, nafas kita berdua berpadu dalam desahan dan lenguhan yang membakar hasrat, AC kamar ku jadi gak terlalu dingin lagi, masih dalam pangkuan gw, gw memberanikan diri meraba buah dadanya yang sebelah kanan dan mendapati Bella mengizinkan tangan ku bermain nakal di putingnya… “Ahhh shhhh….. kak” suara itu nikmat bgt di kuping gw, gw beranikan diri masukin tangan gw dari bawah tankTop nya…. begitu tangan ini meremas dadanya ciumannya jadi makin liar dan Hot…..dan pinggulnya digoyang2in bikin kon tol gw jadi makin sesek….. “Shhh haaaaahhh Kak……” lalu bella melepaskan ciumannya untuk turun dari pangkuanku dan berlutut di ranjang ku, sebelum sempat dia ngapa2in gw langsung berbalik dan mendekap bella dari belakan, dan meraba tokednya dari belakang, tangan bella mengelus-elus telinga kanan ku, sembari lidah dan bibir gw bermain di lehernya… nampaknya bella jadi makin terangsang … “ahhhhh yaaahhhh……. ahhhhh shhhhhhh uuuhhhmmmm” makin menjadi gairah kita berdua, langsung saja gw lepasin tuh tanKtopnya dan nampaklah kini bukit kembar yang selama ini tertutup oleh blazer, aduhhh gannn Linu bgt dahhhh…… “shhhh ahhhh kak, terus kak……ahhhhh ummmhhhhh” ketika kedua tokednya gw remes-remes napsu……. tiba-tiba gw ngerasaain tangan kirinya bella dah ada di depan Kontol gw, terhalang resleting celana jins gw, di remes-remes gak karuan rasanya (gak pengalaman broo sepertinya) semakin dia remes2 konthol gw, gw langsung melakukan pembalasan terhadap memeknya, langsung gw selusup kan jari jemari tangan ini menuju liang kenikmatannya yang ternyata dah BASAH bgt,,,,,,, dan dia terpekik cukup keras ketika Memeknya gw pegang utk pertamakalinya, “AHH ….??”” lalu mulai gw gosok2in klitorisnya “Ahhh kak…. kak…. ahhhhhhh shhhhh” semakin napsu gw BUNG….. gw balikin badannya dan kini kita sama2 berlutut berhadapan, langsung saja gw serbu bibir leher dan tokednya ampe dia jerit2 kecill… “aw ahh kak… aduhh geliii… ahhhh ummhhh… kaaakk….. ihhhhh nakal…” semakin bernapsu tangannya Bella mainin kontol gw dari luar, akhirnya dia buka juga tuh resleting……..dan kancing celana gw juga…… “””” TWEW””””” 17 centi panjang dan 3 centi diameter menonjol dan dia teriak kaget, …… “Ahhh kak….. gede bgt…… gak muat kak…. shhhh ahhhh” sembari terus gw isep pentilnya………. lalu gw rebahin dia di bantal dan langsung melorotin celananya, dia ngangkat pantatnya dikit biar gampang (dah napsu abissss)…… gw lalu merebahkan diri persis di sampingnya, dan tanpa di komando lagi, bella langsung pegang kontol gw dan di kocokin dengan gak beraturan, (rada gak enak) tapi dah napsu…….gw pun gak mau kalah, gw mainin juga klitorisnya ampe dia teriak2 nikmat…. “KAAAAK…. aduuhhhh aku mau pipis kak……..” …. “Biarin aja sayang… pipisin aja……” semakin ku percepat gosokan dan pilinan jari ku,…. semakin dia menggelinjang-gelinjang gak karuan semakin semangat gw jadinya…… langsung aja gw jilatin tuh memek rapet perawan yang basah, dia tampak kaget n jambak rambut gw, tapi tetep menikmati… dan kini semakin menggelinjang gak karuan… “Ohh kak, kak….ahhhh Ohhhhh……” dan gw bisa merasakan badannya menegang dan lenguhan nikmattt khas waniata orgasme dan gelinjangan pertama kalinya merasakan kenikmatan sex…. persis kek Bokin gw dulu….. lalu dia tergolek lemes lunglai dengan tetap membiarkan lidah gw bermain lincah di klitorisnya….. nampaknya Bela KO…. heheheheheh gw biarin dia Tertidur dan jam sudah jam 12 malem….. gw selimutin dia dan gw nonton Chanel favorit gw…. Top Gear UK, sementara gw nonton dan lampu kamar gw gw matikan, dan gw dah gak berpikir bakal melanjutkan pertempuran ini karena Bella dah Pingsan…. hehehehehehe, gw menangkap gerakan dari balik selimut yang mengarah ke kontol gw, ternyata Bella dah bangun dan menyelinapkan kepalanya ke kontol gw, masih agak tegang sih, karena gw elus2 terus (nanggung soalnya gak muncrat) dan ketika gw merasakan sensasi itu gw tau Bella lagi kulumin kontol gw….. “” owwhhhhh…… mantapsss” gw biarin dia ngisepin kontol gw di balik selimut, dan sesekali gw denger suara “Gleg” dan lenguhan …. “Ehhhh” dari mulutnya….. dan sudah tentu kontol gw siap bekerja lembur kembali…….. gw singkapkan selimutnya, dan langsung gw tarik si Bella ke atas badan gw, yang lagi senderan di ranjang,,, awalnya dia gak ngangkang, akhirnya setelah di beri arahan,,,, dia ngangkan juga, pas memeknya bergesekan dengan kontol gw…. gw kenyot tokednya sambil gw remet-remet pantat kenyalnya…. aduhaaaiiii…. ini badan ABG kenyel bgt dah, ampuuuun….. “Bella …… aku masukin yah sayang” dia ngangguk mesra bgt ke gw….. lalu gw angkat pantatnya dan mulai mengarahkan kontol gw ke memeknya…. sempit abissssss….. lama bgt keknya nih proses exe penetrasi liang surga yang satu ini, dia terus bilang “gak muat kak…. aduhh…. takut kak….. ahhhh” lama kelamaan kepala kontol gw mulai masuk, dan terus BLESSS…. “AKKKKKhhhhhhh …….” badannya bella mengejang, nahan sakit nampaknya…… dan terdiam bberapa saat. gw sengaja gak mau mompa, biar dia aja yang mompa, kan dia yang tau rasa sakitnya….. lama kelamaan dia mulai goyang2in pinggulnya, setiap goyangan menghasilkan suara yang indahhh bgt …(aauhhhh …. ahhhh….. aahh ahha …. ssshhhhhh umhhhhh)…… dan nampaknya rasa sakitnya dah mulai hilang…. Bella mulai mengangkat tubuhnya dan menurunkannya lagi, masih pelan dan sangat terkesan hati2 dan takut….. sampai speed naik turunya mencapai kecepatan yang cukup cepat dan berirama……. tangannya tetap dikalungkan di leher ku dan mulutnya tepat di kuping ku…. dada bergesekan dengan dada…. semakin berkeringat dan daerah selangkangan semakin licin. setelah 10 menitan Bella bekerja sendiri, baru deh gw memulai pemompaan gw dari bawah….. jleb, dan suara crep-crep lendir yang beradu mulai terdengar lebih nyaring…..lenguhan bella pun makin jadi… “Kakak….. ahhhh… ah ahhhhh… uhhhh…kak…. enak kak…. terusss…. ahhhhhhhhh” gw makin mempercepat kocokan gw dari bawah, dan tangan gw pun ngebantu pantannya naik turun…… plak-plak-plak suara benturan selangkanngan kami berdua,…. ahh kak …… terus kak… be mau keluar lagii… ” denger itu, gw langsung pompa dengan kecepatan tinggi….. plak plak plak plak plak plak….. “ouuhh …ahh ahh kakkk hhhhh …. ahhhkkkkk Be keluarr kak…….. ” terus badannya mengejang lagi dan berhenti berayunn, kembali tubuhnya lungllai dipelukan gw….. (yah pingsan lagi nih) berhubung gw dah keliwat napsu, gw rebahin aja tubuh si bela trus gw taro kakinya di pundak gw, dan meneroboskan kontol gw ke memek nya yang sempit ….(memeknya merekah maksimal dan nampak PERTAMAX bgt…….) gak ada reaksi dari genjotan gw, sampai cukup 5 menit bella mulai tersadar lagi dan muali mengeluarkan suaranya yang sexy tapi lemessss itu, waduhh gan makin napsu dengerin suara cewe lagi di entot lemes n pasrah gitu… jadi kesetanan gw, gw genjot semakin cepat dan keras,,,, benturan selangkangan nya pun makin membabi buta, sampai merah…. a””AAHHh kak…. ahaahhhh … ahhaahhhhh … ohhhh ohh ahhhh awwwhhh ….kak……” semakin cepat gw genjot dan semakin gw mo orgasme……. semakin dekat ke titik puncak, genjotan gw makin cepat…. .dan lenguhan bella sudah menjadi teriakan-teriakan antara sakit dan nikmat ….. ahhhhh aaaahhhh ah auuhhh auhhh ahahhhh AHHHHHH…..kakaaaakkkkhhhh..a… tolong …. ahhhh udahh kak… be gak kuat …. ahhhh ” lalu detik2 terakhir sperma gw mo meledak. gw percepat kocokan gw dan di saat pekikan Bella… “KAKAAAAAAKKK ………..” bersamaan juga dengan muncratnya sperma gw membasahi liang senggamanya sampai penuhhh… dan Bella pun kembali pingsan,,,,,, kali ini sampai Pagi……. Pagi itu pun kami berdua menguanginya sampai 3 hari kedepan dengan menelepon ke Hotel menyatakan bahwa Bella sakit dan dengan sedikit bantuan maka surat Dokter bisa keluar, 3 hari itu gw bilang bokin gw, klo gw keluar kota utk urusan bisnis…. 3 hari di atas ranjang, kamar mandi, jacuzi, shower, dapur meja makan……. 3 hari tanpa sehelai benang, 3 hari yang bikin gw jatuh cinta sama Bella………. lepas dari 3 hari yang liar itu pun kita masih sering melakukannya, kadang di Hotelnya ketika dia kebagian shift malam…… gw nginep di hotelnya, dan dia menyempatkan diri untuk di setubuhi.

Agen Judi Terpercaya - Pemuas Nafsu Papa Tiri

0 comments
 cara daftar liga8.com
Likenews - Mamahku adalah seorang waLolita yang disiplin dan keras sedangkan Papahku kebalikannya. Bisa dikatakan Mamahlah yang lebih mengatur segala-galanya dalam keluarga. Namun, walaupun Mamah keras di luar rumah aku termasuk cewek nakal dan sering gonta-ganti cowok, tentunya tanpa sepengetahuan Mamahku. Suatu saat, saat aku masih kelas 3 SMU, Mamahku pergi kerumah nenek yang sakit didesa. Mamah akan tinggal di sana selama kurang lebih seminggu. Aku sangat senang sekali karena aku bisa terbebas dari aturan Mamah. Tak akan ada yang memaksa-maksa untuk belajar. Aku juga bebas pulang kapan aja asal jangan sampe terdahului oleh Papahku. Kalau Papah dia selalu kerja sampai malam. Ooo iya perlu diketahui bahwa papahku itu adalah papah tiri bukan Papah asliku tapi aku sudah menganggapnya seperti papah kandungku, dia menikahi mamahku saat aku masih kecil. Papah kandungku meninggal karena kecelakaan saat pulang bekerja. Langsung singkat saja cerita sexku. Cerita Sex | Begini ceritanya waktu aku Pulang sekolah aku mengajak pacarku “Candra” ke rumah. Aku sudah beberapa kali melakukan hubungan intim dengan kekasihku tersebut. Tapi saat aku melakukan hubungan itu tidak pernah merasakan bener-bener yang namanya kenikmatan. Selalu dilakukan dengan terburu-buru sehingga aku tidak nyampe orgasme. Aku penasaran, bagaimana sih nikmatnya orgasme itu?? Aku dan Candra sudah berada di ruang tengah. Kami sangat bebas sekali karena tidak ada orang dirumah sama sekali. Jam masih menunjukkan pukul 2 siang sedangkan Papah pasti pulangnya pukul 7 malam. Jadi aku memiliki banyak waktu untuk memuaskan berahi seksku. Kami duduk di sofa, Candra dengan segera mencium bibirku dengan ganas. Kurasakan hangatnya bibirnya. “Aaahhhh..” kurangkulkan tanganku ke lehernya. Ciumannya semakin dalam. Kini lidahnya yang mempermainkan lidahku. Tangannya juga udah mulai bermain di kedua payudaraku, Aku sangat terangsang. Aku sudah bisa merasakan bahwa Memekku sudah mulai basah. Segera kujulurkan tanganku ke perut bawahnya. Aku merasakan bahwa daerah itu sudah bengkak dan keras. Kucoba membuka resleting celananya tapi agak susah. Dengan segera Candra membukanya untukku. Secara bersamaan, aku pun membuka kemeja sekolahku sekaligus bra yang ku kenakan tapi tanpa mengalihkan pandanganku pada Candra. Kulihat segera setelah celana dalam Candra copot, Kontolnyanya sudah sangat tegang dank eras sekali. Kami berpelukan lagi. Kali ini, tanganku bebas memegang Kontolnya. Kuelus-elus sejenak kedua telurnya, sungguh menimbulkan sensasi tersendiri saat kuraba dengan lembut. Kontolnya kemerah-merahan. Di ujungnya berlubang, kubuka lubang kecil itu, lalu kujulurkan ujung lidahku ke dalam. Candra melenguh. Wajahnya membuatku semakin bergairah. “Aaaaarrrgggghhh..” kumasukkan saja Penis itu ke mulutku. Candra melepaskan CDku lalu mempermainkan Memekku dengan jarinya. Terasa sentuhan jarinya diantara kedua bibir kemaluanku. Dikilik-kiliknya itilku. Aku makin bernafsu. Kuhisap Penisnya. Kujilati kepala Kontolnya, sambil tanganku mempermainkan telurnya dengan lembut. Kadang kugigit kulit telurnya dengan lembut. “Lit, pindah di lantai saja yuk, lebih bebas!” Tanpa menunggu jawabanku, dia sudah menggendongku dan membaringkanku di lantai berkarpet tebal. Dibukanya rokku, yang tinggal satu-satunya melekat di tubuhku, demikian juga bajunya. Sekarang aku dan Candra bener-bener Telanjang bulat. Aku makin menyukai suasana ini. Kutunggu, apa yang akan dilakukannya selanjutnya. Ternyata Candra naik ke atas tubuhku dengan posisi terbalik, yang dikenal dengan gaya 69. Dibukanya kedua pahaku. Selanjutnya yang kurasakan adalah jilatan lidahnya yang ganas di permukaan Memekku. Bukan itu saja, itilku dihisapnya, sesekali lidahnya ditenggelamkannya ke lubangku. Sementara Penisnya tetap kuhisap. Aku sudah tidak tahan lagi. “Ndra, ayo masukin saja.” “Sebentar lagi Lit.” “Ah.. aku nggak tahan lagi, aku mau Penismu, please!” Candra memutar haluan. Digosok-gosokannya kepala Kontolnya sebentar lalu.. “Blleeess..” kontol itu masuk dengan mantap. Niiikkmmaaaat, nikmat sekali. Disodok-sodok, maju mundur…maju mundur. Aku tidak tinggal diam. Kugoyang-goyangkan juga pantatku. Kadang kakiku kulingkarkan ke pinggangnya. Tiba-tiba, “Aaah.. Candra keluar..” Dicabut Kontolnya dan pejuhnya berceceran di atas perutku. “Shiiiiiiit! Sama saja, aku belum puas, dia sudah muntah,” rengutku dalam hati. Tapi aku berpikir, “Aaahhh, gak papa babak kedua masih ada.” Dugaanku meleset. Candra berpakaian dan berkata. “Lit, sorry yah.. aku baru ingat. Hari ini rupanya aku harus latihan futsal, udah telat nih,” dia memakai bajunya dan dengan terburu-buru. Aku sangat kecewa sekali. “Kurang ajar anak ini. Dasar egois, emangnya aku PK, cuman memuaskan kamu saja.” Aku betul-betul kecewa dan berjanji dalam hati tak akan mau main lagi dengannya. Aku berbaring saja di sofa, tanpa mempedulikan kepergiannya, bahkan aku berbaring dengan membelakanginya, wajahku kuarahkan kesofa. Kemudian aku mendengar suara langkah mendekat. “Ngapain lagi si kurang ajar ini kembali,” pikirku. Tapi aku memasang gaya cuek. Kurasakan pundakku dicolek. Aku tetap cuek. “Lolita!” Oh.. ini bukan suara Candra. Aku bagai disambar petir. Aku masih telanjang bulat. “Papah!” aku sungguh-sungguh ketakutan, malu, cemas, pokoknya hampir mati. “Dasar bedebah, rupanya kamu sudah biasa main begituan yah. Jangan membantah. Papah lihat kamu bersetubuh dengan lelaki itu. Biar kamu tahu, ini harus dilaporkan sama Mamahmu.” Aku makin ketakutan, kupeluk lutut Papahku, “Yah.. jangan Yah, aku mau dihukum apa saja, asal jangan diberitahu sama orang lain terutama Mama,” aku menangis memohon. Tiba-tiba, Papah mengangkatku ke sofa. Kulihat wajahnya makin melembut. “Lit, Papah tahu kamu tidak puas barusan. Waktu Papah masuk, Papah dengar suara-suara desahan aneh, jadi Papah jalan pelan-pelan saja, dan Papah lihat dari balik pintu, kamu sedang dientoti lelaki itu, jadi Papah intip aja sampai siap mainnya.” Aku diam aja tak menyahut. “Lit, kalau kamu mau Papah puasin, maka rahasiamu tak akan terbongkar.” “Sungguh?” Papah tak menjawab, tapi mulutnya sudah mencium susuku. Dijilatinya permukaan payudaraku, digigitnya pelan-pelan putingku. Sementara tangannya sudah menjelajahi bagian bawahku yang masih basah. Papah segera membuka bajunya. Langsung seluruhnya. Aku terkejut. Kulihat Kontol Papahku jauh lebih besar, jauh lebih panjang dari Kontol si Candra. Tak tahu aku berapa ukurannya, yang jelas panjang, besar, mendongak, keras, hitam, berurat, berbulu lebat. Bahkan antara pusat dan kemaluannya juga berbulu halus. Beda benar dengan Candra. Melihat ini saja aku sudah bergetar. Cerita Seks Pemuas Nafsu Papah Tiriku – Lalu Aku di dudukkan disofa. Pupuku dibukanya sangat lebar. Dia berlutut di hadapanku lalu kepalanya berada diantara kedua pangkal pupuku. Tiba-tiba lidah hangat sudah menggesek ke dalam Memekku. Aduh, lidah Papahku menjilati Memekku. Dia menjilat lebih lihai, lebih lembut. Jilatannya dari bawah ke atas berulang-ulang. Kadang hanya itilku saja yang dijilatinya. Dihisapinya, bahkan digigit-gigit kecil. Dijilati lagi. Dijilati lagi. “Oh.. oh.. enak, Yah di situ Yah, enak, nikmat Yah,” tanpa sadar, aku tidak malu lagi mendesah jorok begitu di hadapan Papahku. Papah “memakan” Memekku cukup lama. Tiba-tiba, aku merasakan nikmat yang sangat dahsyat, yang tak pernah kumiliki sebelumnya. “Oh.. begini rupanya orgasme, nikmatnya,” aku tiba-tiba merasa lemas. Papah mungkin tahu kalau aku sudah orgasme, maka dihentikannya menjilat lubang kewaLolitaanku. Kini dia berdiri, tepat di hadapan hidungku, Kontolnya yang besar itu menengadah. Dengan posisi, Papah berdiri dan aku duduk di sofa, kumasukkan Penis Papahku ke mulutku. Kuhisap, kujilat dan kugigit pelan. Kusedot dan kuhisap lagi. Begitu kulakukan berulang-ulang. Papah ikut menggoyangkan pantatnya, sehingga Penisnya terkadang masuk terlalu dalam, sehingga bisa kurasakan kepala Kontolnya menyentuh kerongkonganku. Aku kembali sangat bergairah merasakan keras dan besarnya Penis itu di dalam mulutku. Aku ingin segera Papah memasuki lubangku, tapi aku malu memintanya. Lubangku sudah betul-betul ingin “menelan” Penis yang besar dan panjang. Tiba-tiba Papah menyeruhku berdiri. “Mau main berdiri ini,” pikirku. Rupanya tidak. Papah berbaring di sofa dan mengangkatku ke atasnya. “Masukkan Lit!” ujar Papah. Kuraih Penis itu lalu kuarahkan ke Memekku. Ah.. sedikit sakit dan agak susah masuknya, tapi Papah menyodokkan pantatnya ke depan. “Aduh pelan-pelan, Papah.” Kemudian berhenti sejenak, tapi Penis itu sudah tenggelam setengah akibat sodokan Papah tadi. Kugoyang perlahan. Dengan perlahan pula Penis itu semakin masuk dan semakin masuk. Ajaibnya semakin masuk, semakin nikmat. Lubang Memekku betul-betul terasa penuh. Nikmat rasanya. Karena dikuasai nafsu, rasa maluku sudah hilang. Kusetubuhi Papahku dengan rakus. Ekspresi Papahku makin menambah nafsuku. Remasan tangan Papahku di kedua payudaraku semakin menimbulkan rasa nikmat. Kogoyang pantatku dengan irama keras dan cepat. Tiba-tiba, aku mau orgasme, tapi Papah berkata, “Stop! Kita ganti posisi. Kamu DoggyStyle dulu.” “Mau apa ini?” pikirku. Tiba-tiba kurasakan gesekan kepala Kontol di permukaan lubangku and then…. “Blleeeess..” Penis itu masuk ke memekku. Yang begini belum pernah kurasakan. Candra tak pernah main dengan begini, begitu juga Rudi, lelaki yang mengambil perawanku. Tapi yang begini ini rasanya selangit. Tak terkatakan nikmatnya. Hujaman-hujaman Penis itu terasa menggesek seluruh liang kewaLolitaanku, bahkan hantaman kepala Kontol itupun terasa membentur dasar Memekku, yang membuatku merasa semakin nikmat. Kurasakan sodokan Papah makin keras dan makin cepat. Perasaan yang kudapat pun makin lama makin nikmat. Makin nikmat, makin nikmat, dan makin nikmat. Tiba-tiba, “Auh..oh.. oh..!” kenikmatan itu meladak. Aku orgasme untuk yang kedua kalinya. Hentakan Papah makin cepat saja, tiba-tiba kudengar desahan panjangnya. Seiring dengan itu dicabutnya Kontolnya dari lubang Memekku. Dengan gerakan cepat, Papah sudah berada di depanku. Disodorkannya Penisnya ke mulutku. Dengan cepat kutangkap, kukulum dan kumaju-mundurkan mulutku dengan cepat. Tiba-tiba kurasakan semburan pejuh panas di dalam mulutku. Aku tak peduli. Terus kuhisap dan kuhisap. Sebagian pejuh tertelan olehku, sebagian lagi kukeluarkan, lalu jatuh dan meleleh memenuhi daguku. Papah memelukku dan menciumku, “Lit, kapan-kapan, kalau nggak ada Mama, kita main lagi yah.” Aku tak menjawab. Sebagai jawaban, aku menggelayut dalam pelukan Papahku. Yang jelas aku pasti mau. Dengan pacarku aku tak pernah merasakan orgasme. Dengan Papah, sekali main orgasme dua kali. Siapa yang mau menolak? Sesudah itu asal ada kesempatan, kami melakukannya lagi. Sementara mama masih sering marah, dengan nada tinggi, berusaha mengajarkan disiplin. Biasanya aku diam saja, pura-pura patuh. Padahal suaminya, yang menjadi Papahku itu sering kugeluti dan kunikmati. Beginilah kisah permainanku dengan Papahku tiriku.

Agen Judi Terpercaya - Guru Anakku Yang Baik Hati

0 comments
cara daftar liga8.com
Likenews - Kali ini menceritakan pengalaman seorang wanita cantik yang sudah menjanda. Ibu muda ini bernama ibu Nita, dan ber anak satu yang masih duduk dibangku sekolah dasar. ekonominya hanya pas-pasan saja dan sayangnya IQ anaknya kurang tinggi. Sehingga ibu Nita yang sudah tau kalau anakknya enggak bakalan naik kelas 2. karenanya bu nita mencoba mendekati kepala sekolahnya yang bernama pak Roy. Rupanya pak Roy mengerti akan maksud dari kedatangan bu Nita tersebut.Dan untuk menghindari kecurigaan para guru lain di sekolah maka pak Roy menyuruh bu nita untuk bertemu dengannya di sebuah lobby hotel malam itu juga. “Anak ibu bisa naik kelas 2 tapi … ” “Tapi apa pak?” tanyaku cepat-cepat Pak Roy tak meneruskan ucapannya dia hanya menatapku dengan tajam tanpa reaksi apapun. “Berapa yang bapak minta?” tanyaku setelah beberapa lama kutunggu dia untuk melanjutkan ucapannya. “Ibu tak mungkin dapat memenuhinya kalau saya ucapkan!” katanya dengan nada datar. “Berapa lah pak, tolong anak saya” ucapku lirih dengan nada memelas “Eee…… 3 juta!” “3 juta!” kataku terkejut “Iya 3 juta” “Dari mana saya punya uang sebanyak itu, pak” kataku lagi yang masih terkejut. “Bila tak punya uang sebesar itu masih bisa ibu usahakan dengan cara yang lain” “Bagaimana caranya itu pak” “Asal ibu tak keberatan pasti bisa” “Iya tapi bagaimana pak!” tanyaku lagi. Setelah lama pak Roy berpikir panjang lalu dia berkata ….. “Bagaimana kalau sebagai gantinya malam ini bu Nita bermalam di hotel bersama!” ucapnya pelan setengah berbisik ditelingaku. “APA!???” desisku terkejut. “Iya, bermalam bersama saya!” katanya lagi sambil tangannya melingkar dibahuku. ” Bagaimana? toh tak ada ruginya!” katanya lagi sambil merapatkan tubuhnya ketubuhku yang duduk disofa itu. Aku yang masih shock dengan apa yang barusan kudengar belum hilang. Akhirnya setelah beberapa lama aku dirayunya dan dengan setengah hati kedua kakiku melangkah mengikutinya menuju mobil sedan pak Roy yang akan membawaku ke sebuah penginapan yang lain yang agak jauh. Akhirnya kami sampai juga di sebuah penginapan dipinggir kota, jauh dari rumah untuk menghindari ketahuan dari kerabat maupun dari teman. Jam sudah menunjukan pukul 8 malam saat tiba dikamar motel itu. “Santai aja bu Nit…” katanya setelah mengunci pintu kamar itu sambil melangkah menggiringku ketepian ranjang. “… ayo duduk dulu, kita rileks sebentar….” ucapnya sambil memeluk pinggangku. Jantungku berdebar – debar rasanya karena canggung dan malu. “Di kamar ini bu Nita tak usah malu…” desisnya dekat telingaku sambil tangannya mulai bergerak kearah buah dadaku. “… Uuuuu…. dada bu Nita pasti indah sekali!” ucapnya ketika tangannya meraba-raba buah dadaku dari balik bajuku. Dalam waktu yang cukup singkat, seluruh pakaianku sudah terlepas dari tubuhku tanpa sehelai benangpun dan dalam sekejap juga mas Roy melepas pakaiannya sendiri tanpa malu-malu dihadapan mataku sambil matanya memelototi tubuhku yang telanjang ini. “Pokoknya buat saya puas!… pasti anak ibu naik kelas” bisiknya ditelingaku sambil tangannya mendorong tubuhku kebelakang hingga tubuhku merebah telentang dari pinggir ranjang. Setelah itu kedua belah pahaku direnggangkan kekiri dan kekanan dan kemudian ……. “OUH……….”desahku, ketika saat itu kurasakan mulutnya mas Roy mulai menciumi dan melumati bibir kemaluanku. Jantungku hanya berdebar-debar kencang dan sekali-kali aku melingking dan merintih panjang menahan rasa geli yang menggelitik diseputar pangkal pahaku. “SSSST……OUH….masss.. .” desisku berulang-ulang sambil memejamkan mata dan tangankupun mulai meremasi kepala mas Roy yang masih berada diseputar pangkal pahaku. Cukup lama mas Roy mempermainkan bagian kemaluanku, dari mulai aku hanya merasa terpaksa untuk melakukannya hingga sampai sampai diriku menjadi benar – benar terangsang sekali dibuatnya. “Ouhhh…Ouhhhh…. masss…..” rintihku dengan nafas yang mendesah-desah menahan gejolak nafsu yang mulai timbul. Setelah melihatku yang amat sangat terangsang barulah dia mengambil posisi dengan menaikkan kedua belah pahaku sambil mengarahkan penisnya yang sudah tegang sejak tadi. Beberapa kali penisnya gagal menembus pertahananku hingga akhirnya dia mengoleskan seluruh batang penisnya dengan baby oil. “AAAAAA….!!!!!!!!!!!” Jeritku keras-keras. Menahan perih dan ngilu yang amat sangat diseputar pangkal pahaku. Kurasakan kepala penisnya menembus masuk kedalam lubang kemaluanku dengan ditekan secara perlahan-lahan hingga kepala penisnya tenggelam tak kelihatan lagi didalam lubang kemaluanku yang terbentang lebar. Malam itu aku benar-benar dibuatnya melayang-layang tanpa henti. Dia benar-benar bagai kuda liar yang buas dan lincah. Setelah mengguncang tubuhku cukup hebat hingga mencapai titik klimaksnya dia mencumbu dan melubat bibirku sepuas-puasnya tak terkecuali dengan buah dadaku. Tubuhkupun penuh dengan tetesan lendir putih yang dikeluarkan dari ujung kepala penisnya itu. Sudah empat babak rasaya Pak Roy menggauli tubuhku tanpa lelah sedikitpun malam itu. Tiap-tiap babak aku hanya dapat meluangkan waktu barang satu batang rokok yang dihisapnya. “Bagaimana bu Nita! puas ngak?” tanyanya sambil menaruh puntung rokok yang tersisa ditangannya ke asbak yang diletakkan tak jauh dari sisi ranjang. “Udah cukup ya mas …..!” balasku pelan, dengan nafas yang masih belum teratur. “Ah belum dong!” katanya pelan sam-bil membelai-belai buah dadaku. “…kenapa?” katanya kembali, sambil jemari tangannya mulai nakal dengan memencet-mencet punting susuku dengan lembut. “Udah perih, mas!…” kataku pelan. “Perih?, ah nanti juga ilang sendiri kok! jangan takut. Lagian baru jam 1 pagi, kan tadi katanya mau menemani saya sampai pagi.” katanya lagi. “Iya, tapi ….” “Ssstt……..” tiba-tiba dia menempelkan jari telunjuknya kemulutku sebagai tanda supaya aku jangan protes, dan tetap melayani sampai dia puas benar. Akhirnya taklama kembali lagi tubuhku disetubuhi untuk yang kelima kalinya. Walau demikian akhirnya akupun turut terangsang dan menikmati setiap gerakannya hingga aku kembali mencapai klimaks yang entah keberapa kali saat itu. “Bagaimana bu Nit? udah ngak sakit lagikan sekarang.!” Katanya dengan nafas yang masih memburu. Aku hanya terdiam saja dengan mata yang terpejam sambil menikmati rasa gejolak yang tersisa. Kurasakan bibirku dikecupnya beberapa kali. Akhirnya selama hampir satu setengah tahun lamanya tubuhku menjadi tempat pelampiasan nafsunya sampai akhirnya dia di pindah tugaskan ke luar pulau. Tapi itu bukan dari akhir dari cerita, karena sebelum dia pergi, mas Roy malah menyerahkan tubuhku kepada penggantinya yaitu pak Togar. “Bu Nita!, ini saya kenalkan dengan orang yang akan menggantikan kedudukan saya!” ucap pak Roy kepadaku. “Oh ini yang namanya Bu Nita!” ucap orang yang dikenalkan padaku. “…saya Togar! pengganti pak Roy.” katanya sambil menjabat tanganku dengan mantap. “Wah keliatanya habis tempur habis-habisan nih!” serunya sambil memandang kesudut ruang, matanya tertuju pada ranjang dikamar motel yang memang kami tempati sejak sabtu kemarin. “Wah tau aja nih Bang Togar!” celetuk mas Roy sambil tertawa lebar yang diikuti oleh seyum bang Togar sendiri. “Wah kalau begitu boleh dong saya cicip sebentar, sebagai perkenalan?” ucap Bang Togar tanpa malu-malu. “Oh silahkan Bang, silahkan.” ucap mas Roy. Aku hanya diam saja dan tak terkejut lagi karena sudah diberi tahu oleh mas Roy sebelumnya. “Bu Nita biar saya tinggal sekarang yah!, lagi pula saya sudah waktunya untuk berangkat kepelabuhan, biar nanti Bang Togar yang anterin pulang.” katanya sambil dia melangkahkan kakinya kepintu kamar. “Pokoknya anak ibu pasti lulus terus deh dijamin” katanya padaku berbisik dan kemudian meninggalkan kami berdua setelah mengecup bibirku dan sempat-sempatnya meremas pantatku saat itu. Setelah mas Roy tak terlihat lagi oleh pandangan mata maka kamipun kembali lagi masuk kedalam kamar motel itu. “Ahhh!” pekikku kaget ketika baru pintu kamar ditutup tiba-tiba tubuhku diangkat dan digendongnya………… untungnya aku cepat menangkap pundaknya bang Togar yang berotot itu dengan lengan kananku sedangkan belakang kedua lututku diangkatnya dengan ringan seperti tanpa beban. “Kita mandi bareng yuk mbak Nit!” ucapnya sambil memandang wajahku yang masih kuyup dan lesuh. Aku hanya diam saja hanya mataku saja yang memberikan syarat menginyakan. Sambil menggendong tubuhku, yang seperti anak kecil akan dimandikan, dia melangkahkan kakinya menuju pintu kamar mandi lalu masuk kedalamnya dan tubuhku di turunkannya didalam bath up itu. “Biar saya yang buka dasternya” kata bang Togar yang bersuara berat itu sambil tangannya membuka kedua kancing dasterku lalu dia mengangkat dasterku mulai dari pinggulku keatas hingga kedua pahaku yang putih mulus itu terlihat oleh matanya, lalu diangkatnya lebih tinggi lagi hingga bibir kemaluanku terlihat dengan jelas olehnya karena memang aku semalam tak mengenakan pakaian dalam hanya dibalut oleh daster saja, itupun aku pakai sesaat sebelum seseorang yang bernama bang Togar itu datang kekamar motel yang aku tiduri bersama mas Roy. “HHHmmmm…pantesan aja si Roy betah sama mbak Nita yang aduhai ini” celetuknya setelah dasterku telah lepas dari kulit tubuhku yang putih bersih dan padat ini. “Sekarang mbak boleh telentang di bath up itu” katanya sambil tangannya yang terasa kasar itu menarik lenganku untuk rebahan di bath up. Kemudian dia menutup lubang bath up itu sambil menyalakan air yang mulai mengucur dengan derasnya mengisi bath up tersebut. “Saya mau ambil shampo dan sabun dulu ya mbak” kata Bang Togar. “Oh iya mas…eh..bang!” kataku dengan sedikit gugup karena sebetulnya aku bukan seorang pelacur yang sudah terbiasa menghadapi setiap macam lelaki, tatapi aku hanya seorang janda yang sebetulnya hanya terpaksa melayani lelaki seperti mas Roy dulu demi menyelamatkan anakku supaya anakku dapat terus melanjutkan bangku sekolahnya. Sementara bang Togar keluar kamar mandi untuk mengambil shampo dan sabun, aku hanya dapat melamun saja membayangkan apa yang akan terjadi denganku sekarang ini, apakah sama dengan cara melayani mas Roy atau berbeda. “Eh…kok ngelamun…. ngelamunin mas Roy yach!” tanya bang Togar yang sudah kembali masuk kedalam kamar mandi dengan membawa shampo dan sabun. “Oh…enggak bang” kataku sekenanya. “Sudah lama menjanda?” tanya bang Togar sambil dia membuka kaosnya. “Sudah empat tahun bang” jawabku sambil memandang dadanya yang bidang dan sedikit berbulu dengan kulit tubuhnya yang berwarna kecoklatan cukup kontras sekali dengan warna kulit tubuhku yang putih ini. “Tapi sejak mengenal si Roy…Nita ngak kesepian lagi dong!” tanya bang Togar mencomba untuk membuat suasana sedikit lebih santai. “Ah…Bang Togar bisa ajah!” kataku dengan mataku yang masih menatap tubuhnya yang besar dan kekar itu. Kini aku sedikit terkejut dengan mataku sedikit membelalak melihat apa yang tak pernah kubayangkan sebelumnya sambil menelan ludah beberapa kali ketika mataku tertuju pada burung yang menggelantung saat dia melorotkan celana dalamnya sendiri. Bulu kudukku langsung berdiri dan merinding sekujur tubuhku takkala kulihat Batang penisnya yang panjang hampir sepanjang penggaris kecil berukuran kurang lebih 20 centi meteran….. “Glek…..” aku terus menelan ludahku sendiri, belum lagi ketika mataku tertuju pada kepala burungnya yang bentuknya mirip seperti topi baja pasukan Jerman pada waktu perang dunia ke 2. “Busyeeet…..ya…ammmmpunnnn n!!!” kataku dalam hati melihat kepala penisnya yang besar sebesar bakso bola tenis. “Itu barang masih tidur, gima besarnya nanti kalo udah bangun….Hiiiiiii…” kataku lagi dalam hati dengan mataku yang masih memelototi bagian-bagian tubuhnya itu. “Tuh bengong lagi….kenapa? udah kepingin yach” suara bang Togar yang keras dan berat itu mengejutkanku yang masih galau membayangkan apa yang akan terjadi. “Ah…Abang” kataku pelan dengan muka sedikit memerah karena malu ketahuan sedang memelototi tubuhnya itu. “Biar saya kramasin mbak Nita yach!” ucap bang Togar sambil kakinya masuk menginjak bath up yang sudah mulai terisi air itu. Bang Togar akhirnya duduk dibibir bath up dekat tubuhku hingga dapat lebih jelas lagi kulihat batang penisnya yang besar itu. Rambutku mulai diguyurnya dengan air yang keluar dari mulut selang pancuran itu. Bau shampo sunslik mulai menerpa hidungku. Kurasakan kepalaku mulai diremasinya dan sekali-kali menggaruk-garuk kulit kepalaku hingga busa shampo tersebut mulai menggunung dikepalaku, rambutku yang terurai dan panjang sebatas punggung juga diurut-urutnya. “Aku suka rambutmu Nit…, rambutmu hitam dan halus” kata bang Togar setelah menyiram rambutku kembali menghilangkan busa-busa shampo yang masih melekat dirambutku. “Ngomong-ngomong sudah lama hidup menjanda Nit?” tanya bang Togar, sambil dia beralih mengambil sabun cair . “”Sudah lama bang…sudah 5 th!, kalau bang Togar masih punya istri?” jawabku sambil aku balas bertanya. “Oh masih…masih..ada. Tapi istri saya ada di Sumatra sana, saya tinggal di jakarta sendiri saja.” jawab bang Togar, sambil tangannya mulai mengusap-usap punggungku dengan sabun cair. “Zzzzz….” desisku lirih, takkala telapak tangannya yang kasar itu mulai menyentuh bagian pinggir dari buah dadaku. Kemudian tangannya mulai beralih kebagian depan tubuhku. “Mbak Nita…tolonging saya yach!” “Tolongin apa bang” tanyaku “Ya…sementara saya bersihin tubuh mbak Nita, mbak Nita tolong bersihin punya saya!” katanya sambil tangan kirinya memegang batang penisnya sendiri itu. “Ayo…enggak usah malu-malu sama saya….. pegangya…pengang! ” katanya menyuruhku untuk memegangnya. Walaupun sedikit ngeri melihat batang penisnya yang panjang itu akhirnya jari telunjuk dan jempolku mulai mengambil alih batang penisnya yang sedari tadi sudah dipegangnya sambil digoyang-goyangnya. Jantungku mulai berdetak lebih cepat ketika jariku sudah mulai menyentuhnya. “Ayo dong disanyang” kata bang Togar sambil melihat wajahku, menyuruhku untuk mengelus-elus batang penisnya itu. “….oh iya kenalin ini si Tohar” ucap bang Togar lagi sambil terseyum senang melihat tanganku yang mulai meraba-rabanya. “Mbak Nit…dia masih bobo, coba kamu sun…dikit biar bangun!” kata bang Togar . Merinding jadinya mendengar ucapan bang Togar yang menyuruhku untuk mengecup ujung topi bajanya itu. “Crrup……” suara bibirku terdengar nyaring saat mencium ujung topi bajanya. “Yaaaa….Ammmpun….bener kan” desisku dalam hati, ketika tak berapa lama kemudian batang penisnya mulai terasa menegang diikuti dengan membengkaknya batang penis yang sedang kupegang hingga lama-kelamaan telapak tanganku yang tadinya dapat memegang 3/4 bagian dari batang penisnya kini telapak tanganku hanya sanggup memegang 1/2 bagian saja dan itupun diikuti dengan semakin memanjangnya batang penisnya, bahkan bila aku genggam dengan kedua telapak tanganku pun kepala topi bajanya masih menonjol dan batang penisnya masih telihat sekitar satu ruas jari. Yang membuat nyaliku semakin ciut dan seluruh bulu kuduk ku berdiri ketika kepala topi bajanya yang tadinya masih sebesar bakso tenis sudah berubah menjadi satu setengah kalinya. Sementara kedua tanganku masih terus mengelus dan meremas batang penisnya, bang Togar masih sibuk menyabuni bagian depan tubuhku, tangannya terus menggosok ke leherku lalu turun kebawah sedikit kearah dadaku lalu kembali turun lagi kebuah dadaku yang kenyal itu sambil telapak tangannya tak henti berputar-putar hingga sabun cair yang dipakainya berubah menjadi busa sabun dikulit buah dadaku. Lalu telapak tangannya turun lagi masuk kedalam air di bath up dan mulai menggosok-gosokkan bagian perut tubuhku. Nafasku sedikit demi sedikit mulai tertahan takkala telapak tangannya semakin turun kebawah hingga tepat diatas bibir kemaluanku yang sudah tidak ada bulu-bulu hitam dan keriting karena dulu mas Roy selalu mencukur bulu-bulu yang menyelimuti daerah bibir kemaluanku hingga licin. “Ouh….” desisku dengan sedikit tertahan saat kurasakan telapak tangannya mulai turun dan menyentuh bibir luar kemaluanku. “wow….tebel ya Nit…..” bisik bang Togar dekat telingaku, saat tangannya merasakan bagian luar bibir kemaluanku. “…. Ini baru yang namanya dingin-dingin empuk” katanya lagi setelah sebelah lipatan bibir kemaluanku sedikit ditarik dan diremas dengan jemarinya. “Mandinya udahan yuk!…. saya udah pusing nih!” seru bang Togar setelah puas membersihkan bagian lipatan bibir kemaluanku dengan sabun dan air. Setelah tubuhku disiram sekali lagi kemudian tangan kanannya melingkari belakang tengkuk leherku sedangkan tangan kirinya mengapit belakang dua lututku sambil menggangkat tubuhku dari air yang ada di bath up itu. Tubuhku kemudian dibawanya keluar kamar mandi dan kemudian tubuhku yang masih basah lansung ditelentangkan diatas ranjang motel yang empuk. Kulihat bang Togar setelah meletakkan tubuhku dia mengaduk-aduk tas berukuran sedang dan berwarna hitam, entah apa yang dicarinya, Tapi aku hanya menanti sambil membanyangkan apa yang akan terjadi dengan diriku bila topi bajanya masuk kedalam tubuhku, sedangkan dengan benda yang besarnya seukuran mas Roy saja aku sudah kewalahan bagaimana jadinya dengan benda yang melebihi dari ukuran yang selama ini ku rasakan. “Oh…untuk apa tambang itu bang?” tanyaku ketika aku baru sadar kembali dari lamunanku. “Tambang ini…..?” balas bang Togar sambil menunjukan tambang putih bersih kira-kira seukuran tali pramuka yang biasa dipakai anak-anak pramuka diwaktu kemping dan terlihat masih baru. “Tambang ini ya jelas untuk ngiket, namanya aja juga tambang buat apa kalo enggak dipakai buat ngiket” katanya lagi sambil terseyum penuh gairah. “Untuk iket apa bang?” tanyaku lagi karena tak mengetahui maksudnya. “Udah… nanti aja saya kasih taunya, sekarang ayo duduk!” perintahnya sambil mengulurkan tangannya untuk membantuku bangkit duduk diatas ranjang. Tanpa berbicara banyak bang Togar kemudian menaiki ranjang sambil membelakangi tubuhku. Sesudah itu kurasakan tangan kananku ditarik kebelakang tubuhku dan kurasakan pergelangan tangan kananku dililitnya dengan tambang tersebut lalu kemudian pergelangan tangan kiri juga di lilitnya sehingga kedua tanganku hampir tak dapat bergerak lagi. “Bang…untuk apa saya diikat bang!” tanyaku, dengan hati mulai resah dan takut. Tapi bang Togar tetap tak bersuara, malahan pergelangan tangan kananku dirapatkan bagian sikut lengan kiriku begitu pula sebaliknya pergelangan tangan kiriku dirapatkan sikut lengan kananku dan kembali tambang yang panjang itu dililitkan beberapa kali lagi. “Bang…jangan….sakit……! ” seruku mulai meronta karena takut, takut bila dia mau membunuhku. “….bang ampun … ampun…jangan bunuh saya” seruku lagi sambil memohon. “Mbak Nita…..mbak Nita….. tenang-tengan…… siapa yang mau membunuhmu? tenang mbak Nita…… saya tidak akan pernah membunuh mbak! …….,” ucap bang Togar sambil menggoyang kedua pundakku, wajahnya terlihat kaget juga dengan reaksiku tadi. “Saya hanya mau membawa mbak Nita kedalam permainan yang baru” katanya lagi sambil mencoba terus menyakinkan diriku yang masih takut. “Iya tapi mengapa musti mengikat kedua tangan saya bang?” tanyaku dengan wajah yang masih pucat. “Saya ingin membawa mbak Nita kedalam alam khayalan saya, pokoknya nanti mbak Nita bisa merasakan perbedaannya.” ujar bang Togar sambil melanjutkan melilit tubuhku dengan tambang tersebut setelah berhasil menenangkan diriku yang tadi masih galau dan resah itu. Kemudian bang Togar melilitkan tambangnya tepat diatas bagian buah dadaku dan melilitnya dua kali lalu kemudian melilitkannya kembali dua kali tapi tepat dibawah buah dadaku. Setelah itu pinggangku yang giliran dililitnya dua kali kemudian paha kiriku dililitnya juga dua kali. Setelah itu dia menekuk kakiku hingga tumitku melekat di belahan pantatku bagian kiri dan kemudian pergelanan kaki kiriku dililitnya pula dua kali setelah itu sekali lagi antara paha kiriku dan pergelangan kiriku dililitnya sambil menyimpul tambang tersebut hingga tak lepas lagi. Setelah itu begitu juga dengan nasib paha dan pergelangan kaki kananku. “Mbak Nita…sekarang saya rebahin dulunya” ujarnya sambil tangan kanannya mendorong tubuhku pelan-pelaln kebelakang hingga tubuhku kembali telentang. Kemudian dia mengambil lagi seutas tambang yang ukurannya lebih pendek. Kurasakan tambang itu mulai menusuk masuk lipatan bagian belakang lututku yang kemudian diikatnya kuat-kuat lalu kurasakan bagian lipatan lututku ditariknya dengan tambang yang masih tersisa itu hingga renggang dan tambang tersebut ditambatnya di leherku begitupula denga sebelah lutut kiriku, sehingga pangkal pahaku menjadi semakin renggang dan luas. “Nah bagaimana mbak Nit…., masih bisa goyang?” tanyanya setelah selesai mengikat sekujur tubuhku. “Tidak…!” jawabku sambil mencoba menggoyang tubuhku sendiri seakan-akan ingin mencoba melepas tali temali tersebut. “Ini yang disebut permainan seni sex ala Jepang kuno! dan ini masih digunakan loh di negeri asalnya!” kata bang Togar memjelaskan padaku. “Bagaimana seninya bang, kalau enggak bisa bergerak begini” tanyaku lagi penuh penasaran. “Oh begini….seninya bukan masalah di soal gayanya tapi gairah yang dapat ditimbulkannya itu yang membuat lebih berbeda dari permainan yang biasa dilakukan orang.” Katanya menjelaskan padaku sambil dia menyalakan sebatang rokok marlboro. “……sudahlah…pokoknya nanti mbak Nita rasakan sendiri dasyatnya permainan ini” katanya lagi sambil dia mengambil seutas tambang lagi yang lebih pendek kira-kira panjangnya 1/2 meter. Sambil kulirik rupanya dia mengikatkan tambang tersebut pada tambang yang melilit pada lilitan tambang yang ada dibawah buah dadaku dan kemudian diikatkannya kembali pada lilitan tambang yang berada diatas buah dadaku hingga buah dadaku semakin mencuat karena terdesak oleh himpitan tambang-tambang tersebut. “Nah yang ini namanya Off Mount!” ujar bang Togar lagi sambil menunjukkan sebuah benda berwarna hitam mirip bola golf besarnya namun berlubang-lubang dan salah satu lingkaran tersebut ada talinya terbuat dari karet. “Coba sekarang buka mulutnya…saya mau masukkan Off Mount ini kedalam mulut mbak, supaya nanti kalau mbak Nita mulai histeris biar enggak terlalu keras suara yang keluar…. coba AA…..” kata bang Togar kembali. Tanpa disuruh untuk yang ketiga kalinya kubuka bibir dan mulutku lebar-lebar agar Off Mount tersebut dapat masuk kedalam mulutku. “OUFF…..” gunggamku ketika bola itu mulai dimasukkan kedalam mulutku. kurasakan bola tersebut juga dari karet karena saat tergigit oleh mulutku sedikit lentur. Setelah bola kecil tersebut masuk dalam mulutku kemudian tali yang menempel pada bola tersebut dililitkan kebelakan kepalaku hingga sekarang tak mungkin dapat lepas lagi dari dalam rongga mulutku. “Hhhhh…hhhhhh….FFFff” suara desah nafasku yang keluar dari dalam mulutku. Setelah yakin bang Togar melihat tubuhku yang sudah tak berdaya ini barulah dia mulai meraba-raba tubuhku. “Kamu terlihat sexy sekali mbak Nita…” ujar bang Togar sambil tangan kirinya membelai belai rambutku yang masih basah sedangkan tangan kanannya mulai mengelus perutku lalu naik sedikit kearah buah dadaku yang membusung itu. “EEEEM………” desah suara ku lagi, saat kurasakan telapak tangannya meremas buah dadaku yang padat berisi namun keyal itu. Kemudian kurasakan punting susuku yang mulai dipermainkannya dengan memuntir-muntirkannya dengan sekali-kali mencubit- cubit kecil sambil menarik-nariknya denganperlahan. Detak jantung dan gerak nafasku mulai tak teratur saat itu ditambah pula bibirnya bang Togar mulai mencium, menjilat dan mencubit-cubit kecil dengan giginya diseputar telinga dan leherku yang jenjang. “Bagaimana rasanya saat kau tak berkutik seperti ini Nit…!” suaranya cukup lirih sekali didekat telingaku hampir tak terdengar. ” …… saya akan membuatmu sampai pingsan kenikmatan Nit…..” ucapnya lagi, lalu ….. “EMMMMMM…!” pekikku tiba-tiba ketika tanpa kuduga sebelumnya, kurasakan telapak tangan kanannya meremas dengan keras dibibir kemaluanku yang sudah terbentang bebas sejak tadi. Aku hanya mampu menggeram – geram kesakitan bercampur geli diseputar pangkal pahaku, terlebih lagi saat jemarinya mulai mencubit-cubit dan menyentil-nyentil bagian clitorisku yang paling vital itu sampai-sampai aku memejapkan mata dengan muka mengkerut menahan geli dan ngilu seperti terkena strum setiap kali jemarinya mencubit dan menyentil clitorisku itu. Sangkin tak tahannya kepalakupun bergerak kekiri dan kekanan bagaikan ikan yang terhempas kedarat. Bang Togar semakin senang dan semakin nakal saja saat melihat tubuhku yang tak berkutik ini menggelinjang-gelinjang apa lagi saat melihatku yang sedang memberi isyarat padanya untuk menghentikan memainkan bagian klitoris dan lubang vaginaku, dia malah semakin menjadi-jadi dengan lebih keras dan lebih cepat lagi mencubit, menyentil dan mencocok cocokkan jemari tangannya kedalam liang vaginaku. Jujur saja walaupun diriku masih takut dan sakit karena ikatan tambang namun ada perasaan nikmat yang lain dari biasanya, sepertinya semakin aku tak dapat melawan dan pasrah sepasrah-pasrahnya malah membuat hasrat birahiku mulai meletup-letup tak terkendali. Mungkin hampir 15 menit lamanya dia mempermainkan bibir kemaluanku dengan tangannya hingga puas, kupikir setelah dia melepas tangannya yang nakal itu dia bakal mulai menyutubuhiku yang sudah mulai terangsang berat. Tapi ternyata bang Togar malah kembali mengaduk-aduk tas hitamnya dan mengeluarkan sebuah benda berwarna coklat dengan pangkalnya ada kabel kecil. “Nita… ini dildo namanya, mirip yah seperti beneran!” ucap bang Togar sambil memperlihatkan benda tersebut. Memang kulihat sepintas mirip dengan penis seorang pria yang sedang berdiri tegap, warnanya coklat muda. “Nah biar mbak Nit bisa liat saya bantal dikepala yach!” katanya sambil dia mengangkat kepalaku lalu menyusupkan dua bantal yang ada diatas ranjang itu dibawah kepalaku hingga sekarang mataku dapat melihat kedua kakiku yang terbentang lebar itu. Setelah itu kulihat dildo yang dipegangnya sudah dibawanya dan didekatkan tepat dimuka lipatan bibir kemaluanku. “EEEMMMMMM…” geramku lagi mulai takut, jantungku semakin berdetup kencang saat kulihat Penis-Penisan itu mulai menempel pada belahan lipatan bibir kemaluanku, “EEEEMMMMM” geramku lagi saat kurasakan ujung dildo itu mulai didorong dan ditekannya kedalam mulut vaginaku. “Bagaimana rasanya mbak Nit… nikmatkan…nikmatkan….. sabar … sabar … sedikit lagi ya sayang!” ujarnya sambil terus menekankan mainan itu. “EEEMMMMMM…” geramku berulang-ulang dengan tubuh mulai mengejang kaku menahan rasa ngilu dan perih juga geli saat dia terus mendorong dan menekan walaupun secara pelan namun terus menyusrup makin dalam dan semakin dalam lagi hingga lama-lama kulihat batang penis-penisan tersebut hampir tenggelap didalam liang vaginaku. Setelah itu kulihat bang Togar mengambil semuah tali tambang lagi dan mengikatkan ujung batang dildo itu kuat-kuat kemudian sisa untaiannya diikatkan melingkar pada pinggul dan pinggangku. “EEEMMMM…..OOOOOOO…” suara desah rintih yang keluar dari dalam mulutku semakin keras saja takkala kurasakan didalam lubang vaginaku benda tersebut mulai bergerak-gerak seperti ular yang sedang menggali lorong tanah. Sesekali kurasakan juga ada getaran-getaran kecil yang keluar dari dalam mainan dildo itu. Hasrat birahiku semakin menjadi-jadi dan meluap-luap tak terkendali lagi olehku, sebenarnya aku sudah ingin cepat-cepat dia menancapkan pusakanya yang gede itu tapi aku tak dapat bicara dengan mulut yang tersumpal benda yang bernama off mounth itu sedangkan untuk bergerak saja aku tak mampu untuk berkutik lagi didalam ikatannya yang kuat itu. Walau ada perasaan menyesal dan kesal mengapa aku menurut saja untuk diikat hingga aku tak dapat berbuat apa-apa namun disisi lain gejolak nafsuku malah melonjak-lonjak dan ada perasaan aku turut menyukai permainan ini. “Nit…Nit… saya tinggal sebentar aja! saya mau beli rokok dulu, enggak lama kok, paling – paling 5 menit lamanya” ujarnya membangunkan pikiranku yang sudah sejak tadi melayang-layang diudara. “Nikmati saja mainan yang ada didalam situ…” ucapnya lagi sambil bang Togar mengecup keningku lalu dia mengenakan pakainanya lagi dan lalu keluar dari dalam kamar motel ini meniggalkan tubuhku yang terikat dengan dildo yang sedang bergerak-gerak lincah didalam lubang vaginaku. Didalam kesunyian kamar motel inipikiranku kembali lagi melayang-layang menikmati gerakan dildo yang tanpa henti itu. “Kreeek”…terdengar pintu terbuka, “EEEMMMM” gunggamku dengan terkejut setengah mati ketika kulihat ternyata yang masuk bukan lagi bang Togar melainkan dua orang lagi yang rupanya mereka adalah room service dari motel tersebut. Kulihat kedua orang itupun juga terkejutnya, namun tak lama kemudian salah satunya cepat-cepat menutup pintu kembali. Sementara aku masih terkejut kulihat kedua laki-laki itu mulai mendekatiku bahkan memandangi seluruh tubuhku yang tanpa daya ini. “Tante…tante kenapa?” tanya seorang dari mereka. Aku hanya dapat menggeleng-gelengkan kepala saja saat itu sambil terus menggeram-geram ketakutan. “Tante diperkosa ya, sama laki-laki tadi” ucap yang satunya lagi. “EEEMMMM..” geramku lagi sambil menggeleng-gelengkan kepala. Diriku mulai takut dan malu saat itu. “Yang tadi keluar itu suami tante!?” tanyanya lagi. Aku langsung saja mengangguk-angguk dengan cepat supanya mereka cepat-cepat keluar dari kamar ini. “Kalau yang tadi suaminya, kenapa istrinya diiket sampe begini Dul” tanya temannya kepada orang yang rupanya bernama Dul itu. “Wah kalau gitu ini sich namanya belom kerja udah dikasih daging segar Coi” celetuk orang yang bernama Dul pada temannya yang bernama Coi itu. “Udah kita sikat langsung! mumpung lakinya lagi pergi” seru Dul pada temannya. Tubuhku yang terikat tanpa daya langsung saja diserbunya. Tangan-tangan mereka langsung menggerayangi pangkal pahaku, buah dadaku serta puting susuku. Walaupun aku tak berdaya namun aku tetap mencoba meronta dari mereka. Tapi nasi sudah menjadi bubur, mereka tetap saja menggeranyangi tubuhku sambil mengecup-ngecup buah dadaku, puting susuku, clitorisku, serta terus meremas-remas seluruh bagian tubuhku dengan penuh nafsu…. Aku yang terus menerus diserang habis-habisan oleh mereka berdua lama-lama jadi menikmatinya pula setiap rabaan dan kecupan-kecupan mulutnya, entah berapa lama kedua room service itu melahap-lahap tubuhku. Sedang asyik-asyiknya aku menikmati rabaan dan hisapan-hisapan serta jilatan-jilatan lidah mereka tiba-tiba saja mereka menghentikan perbuatannya dan …… “Coi…..cepet kabur….Lakinya udah pulang tuh…. ayo cepet” suara orang yang bernama Dul menyuruh temannya untuk menghentikan lahapannya sambil cepat-cepat bergegas keluar dari kamar ini. Sementara nafasku yang tadi sudah memburu kembali mulai tenang dan tak berapa lama pintu kamar terbuka kembali dan kulihat sesosok yang sudah kukenal untung lah dia si bang Togar sudah kembali lagi. “Bagaimana Nit rasanya….enakkan…” tanya bang Togar sambil duduk dibibir ranjang, “….. tuh kan udah basah ranjangnya” ucapnya lagi setelah melihat bagian bawah kemaluanku yang sudah mengeluarkan lendir dan membasahi sprei ranjang yang kutiduri ini. Setelah puas memandangi tubuhku yang meliuk-liuk sendiri dan menggeram-geram sendiri akhirnya dia melepas dildo tersebut dan kemudian dia mulai menggantikan posisi dildo itu dengan si burung rajawali yang besar itu. Bang Togar mulai berlutut tepat didepan pangkal pahaku lalu sambil mengangkat sedikit pinggulku, Penisnya mulai diarahkan tepat ditengah-tengah bibir kemaluanku yang sudah terbuka lebar. “EEEEMMMM…EMMMM….” teriakku keras-keras merasakan kepala penisnya yang menusuk masuk kedalam pangkal pahaku itu. Selanjutnya dia terus mulai menusuk- nusukkan dengan cepat dan gerakannya semakin cepat dan sekali-kali dihentakkannya kuat-kuat didalam lubang vaginaku hingga aku kembali menjerit kuat-kuat tak tertahannkan. Cukup lumanyan lama dia mengocok-ngocokkan penisnya didalam kemaluanku, aku sendiri sudah dua kali mencapai klimaksnya namun dia tak kunjung tiba hingga pada puncak klimaks ku yang untuk ketiga kalinya dia baru mengeluarkan batang penisnya dari dalam kemaluanku yang sudah semakin panas itu dan kemudian sambil tangannya memegang penisnya sendiri bang Togar melepas off mount dari mulutku namun belum sempat aku menarik nafas lebih banyak lagi lewat mulutku, kepala penisnya yang luar biasa besarnya itu langsung dilolohkan kedalam mulutku hingga…. “OUFFFF…..MMMM…. ” gunggamku dengan mulut yang menganga lebar. Mulutku yang masih penuh dengan lendir ludahku sendiri langsung muncrat keluar dari selah selah batang penisnya yang main nyelonong masuk kedalam mulutku. “EM……GLK……KKK…” tiba-tiba saja kurasakan kerongkokangan kena semprotan air maninya. “UUUUUUU……H..ZZZ….” suara bang Togar mengerang sambil memejamkan mata. Akhirnya bang Togar langsung ambruk disisi kananku sambil menikmati sisa klimaksnya sendiri. “Bagaimana Nit….kamu suka dan puas dengan permainan tadi?” ucap bang Togar setelah beberapa menit lamanya dalam keheningan dan dinginnya ruang kamar motel tersebut. “Puas ….!” kataku pelan dengan nafas yang masih lemah. “Sayang waktu berjalan cepat amat cepat sekali sayang…,” katanya sambil membelai rambutku yang sudah acak-acakan dengan penuh rasa kepuasan. “…sekarang sudah sore, lebih baik kita sudahan dulu, sabtu depan kita ulangi lagi! maukan?” ujarnya lagi. “Terserah bang Togar saja, yang penting anak saya selalu dibantu dalam kenaikan kelasnya!” kataku mengingatkan dia. ” oh tentu…tentu, yang pentingkan ibunya, kalau ibunya nurut anaknya pasti lulus terus.” ucapnya lagi sambil mencium bibirku dan tangannya meremas pantatku sekali lagi sebelum kami berdua meninggalkan motel itu.