Thursday, March 24, 2016

Agen Judi Terpercaya : Hasrat Bersama Adik Tiriku

0 comments
Promosi Terbaru Liga8.com
Likenews - Awal aku mengenal sex saat aku kelas 3 SMA saat itu aku itnggal bersama ayah tiriku, sedangkna ibuku sudah menikah dengan lelaki lain karena bosan dengan menjanda, dan yang aku belum tahu ternyata ayah tiriku mempunyai 2 anak cewek yang seksi yang semok, satunya seumuran denganku dan satunya sudah kuliah.

Si Lusi cocok sekali kalau dijadikan bintang iklan obat pembentuk tubuh, nah kalau si Riri paling cocok untuk iklan BH sama suplemen payudara.

Sejak pertama aku tinggal, aku selalu berangan-angan bahwa dapat memiliki mereka, tapi angan-angan itu selalu buyar oleh berbagai hal. Dan siang ini kebetulan tidak ada orang di rumah selain aku dengan Lusi, ini juga aku sedang kecapaian karena baru pulang sekolah.

“Lus! entar kalau ada perlu sama aku, aku ada di kamar,” teriakku dari kamar. Aku mulai menyalakan komputerku dan karena aku sedang suntuk, aku mulai dech surfing ke situs-situs porno kesayanganku, tapi enggak lama kemudian Lusi masuk ke kamar sambil bawa buku, kelihatannya dia mau tanya pelajaran.

“Ben, kemaren kamu udah nyatet Biologi belom, aku pinjem dong!” katanya dengan suara manja. Tanpa memperdulikan komputerku yang sedang memutar film BF via internet, aku mengambilkan dia buku di rak bukuku yang jaraknya lumayan jauh dengan komputerku.

“Lus..! nich bukunya, kemarenan aku udah nyatet,” kataku.

Lusi tidak memperhatikanku tapi malah memperhatikan film BF yang sedang di komputerku.

“Lus.. kamu bengong aja!” kataku pura-pura tidak tahu.

“Eh.. iya, Ben kamu nyetel apa tuh! aku bilangin bonyok loh!” kata Lusi.

“Eeh.. kamu barusan kan juga liat, aku tau kamu suka juga kan,” balas aku.

“Mending kita nonton sama-sama, tenang aja aku tutup mulut kok,” ajakku berusaha mencari peluang.

“Bener nich, kamu kagak bilang?” katanya ragu.

“Suwer dech!” kataku sambil mengambilkan dia kursi.

Lusi mulai serius menonton tiap adegan, sedangkan aku serius untuk terus menatap tubuhnya.
“Lus, sebelum ini kamu pernah nonton bokep kagak?” tanyaku.

“Pernah, noh aku punya VCD-nya,” jawabnya.

Wah gila juga nich cewek, diam-diam nakal juga.

“Kalau ML?” tanyaku lagi.

“Belom,” katanya, “Tapi.. kalo sendiri sich sering.”

Wah makin berani saja aku, yang ada dalam pikiranku sekarang cuma ML sama dia.

Bagaimana caranya si “Beni Junior” bisa puas, tidak peduli saudara tiri, yang penting nafsuku hilang.
Melihat dadanya yang naik-turun karena terangsang, aku jadi semakin terangsang, dan batang kemaluanku pun makin tambah tegang.

“Lus, kamu terangsang yach, ampe napsu gitu nontonnya,” tanyaku memancing.

“Iya nic Ben, bentar yach aku ke kamar mandi dulu,” katanya.

“Eh.. ngapain ke kamar mandi, nih liat!” kataku menunjuk ke arah celanaku.

“Kasihanilah si Beni kecil,” kataku.

“Pikiran kamu jangan yang tidak-tidak dech,” katanya sambil meninggalkan kamarku.

“Tenang aja, rumah kan lagi sepi, aku tutup mulut dech,” kataku memancing.

Dan ternyata tidak ia gubris, bahkan terus berjalan ke kamar mandi sambil tangan kanannya meremas-remas buah dadanya dan tangan kirinya menggosok-gosok kemaluannya, dan hal inilah yang membuatku tidak menyerah.

Kukejar terus dia, dan sesaat sebelum masuk kamar mandi, kutarik tangannya, kupegang kepalanya lalu kemudian langsung kucium bibirnya. Sesaat ia menolak tapi kemudian ia pasrah, bahkan menikmati setiap permainan lidahku.

“Kau akan aku berikan pengalaman yang paling memuaskan,” kataku, kemudian kembali melanjutkan menciumnya. Tangannya membuka baju sekolah yang masih kami kenakan dan juga ia membuka BH-nya dan meletakkan tanganku di atas dadanya, kekenyalan dadanya sangat berbeda dengan gadis lain yang pernah kusentuh.

Perlahan ia membuka roknya, celanaku dan celana dalamnya. “Kita ke dalam kamar yuk!” ajaknya setelah kami berdua sama-sama bugil, “Terserah kaulah,” kataku,

“Yang penting kau akan kupuaskan.” Tak kusangka ia berani menarik penisku sambil berciuman, dan perlahan-lahan kami berjalan menuju kamarnya. “Ben, kamu tiduran dech, kita pake ’69′ mau tidak?” katanya sambil mendorongku ke kasurnya.

Ia mulai menindihku, didekatkan vaginanya ke mukaku sementara penisku diemutnya, aku mulai mencium-cium vaginanya yang sudah basah itu, dan aroma kewanitaannya membuatku semakin bersemangat untuk langsung memainkan klitorisnya.

Tak lama setelah kumasukkan lidahku, kutemukan klitorisnya lalu aku menghisap, menjilat dan kadang kumainkan dengan lidahku, sementara tanganku bermain di dadanya. Tak lama kemudian ia melepaskan emutannya.

“Jangan hentikan Ben.. Ach.. percepat Ben, aku mau keluar nich! ach.. ach.. aachh.. Ben.. aku ke.. luar,” katanya berbarengan dengan menyemprotnya cairan kental dari vaginanya. Dankemudian dia lemas dan tiduran di sebelahku.

“Lus, sekali lagi yah, aku belum keluar nich,” pintaku.

“Bentar dulu yach, aku lagi capek nich,” jelasnya.

Aku tidak peduli kata-katanya, kemudian aku mulai mendekati vaginanya.

“Lus, aku masukkin sekarang yach,” kataku sambil memasukkan penisku perlahan-lahan.
Kelihatannya Lusi sedang tidak sadarkan diri, dia hanya terpejam coba untuk beristirahat. Vagina Lusi masih sempit sekali, penisku dibuat cuma diam mematung di pintunya. Perlahan kubuka dengan tangan dan terus kucoba untuk memasukkannya, dan akhirnya berhasil penisku masuk setengahnya, kira-kira 7 cm.

“Jangan Ben.. entar aku hamil!” katanya tanpa berontak.

“Kamu udah mens belom?” tanyaku.

“Udah, baru kemaren, emang kenapa?” katanya.

Sambil aku masukkan penisku yang setengah, aku jawab pertanyaannya,

“Kalau gitu kamu kagak bakal hamil.”

“Ach.. ach.. ahh..! sakit Ben, a.. ach.. ahh, pelan-pelan, aa.. aach.. aachh..!” katanya berteriak nikmat.

“Tenang aja cuma sebentar kok, Lus mending doggy style dech!” kataku tanpa melepaskan penis dan berusaha memutar tubuhnya.

Ia menuruti kata-kataku, lalu mulai kukeluar-masukkan penisku dalam vaginanya dan kurasa ia pun mulai terangsang kembali, karena sekarang ia merespon gerakan keluar-masukku dengan menaik-turunkan pinggulnya.

“Ach.. a.. aa ach..” teriaknya.

“Sakit lagi Ben.. a.. aa.. ach..”

“Tahan aja, cuma sebentar kok,” kataku sambil terus bergoyang dan meremas-remas buah dadanya.

“Ben,. ach pengen.. ach.. a.. keluar lagi Ben..” katanya.

“Tunggu sebentar yach, aku juga pengen nich,” balasku.

“Cepetan Ben, enggak tahan nich,” katanya semakin menegang.

“A.. ach.. aachh..! yach kan keluar.”

“Aku juga Say..” kataku semakin kencang menggenjot dan akhirnya setidaknya enam tembakan spermaku di dalam vaginanya.

Kucabut penisku dan aku melihat seprei, apakah ada darahnya atau tidak? tapi tenyata tidak.
“Lus kamu enggak perawan yach,” tanyaku.

“Iya Ben, dulu waktu lagi masturbasi nyodoknya kedaleman jadinya pecah dech,” jelasnya.

“Ben ingat loh, jangan bilang siapa-siapa, ini rahasia kita aja.””Oh tenang aja aku bisa dipercaya kok, asal lain kali kamu mau lagi.”

“Siapa sih yang bisa nolak ‘Beni Junior’,” katanya mesra.

Setelah saat itu setidaknya seminggu sekali aku selalu melakukan ML dengan Lusi, terkadang aku yang memang sedang ingin atau terkadang juga Lusi yang sering ketagihan, yang asyik sampai saat ini kami selalu bermain di rumah tanpa ada seorang pun yang tahu, kadang tengah malam aku ke kamar Lusi atau sebaliknya, kadang juga saat siang pulang sekolah kalau tidak ada orang di rumah.

Kali ini kelihatannya Lusi lagi ingin, sejak di sekolah ia terus menggodaku, bahkan ia sempat membisikkan kemauannya untuk ML siang ini di rumah, tapi malangnya siang ini ayah dan ibu sedang ada di rumah sehingga kami tak jadi melakukan ini.

Aku menjanjikan nanti malam akan main ke kamarnya, dan ia mengiyakan saja, katanya asal bisa ML denganku hari ini ia menurut saja kemauanku.

Ternyata sampai malan ayahku belum tidur juga, kelihatannya sedang asyik menonton pertandingan bola di TV, dan aku pun tidur-tiduran sambil menunggu ayahku tertidur, tapi malang malah aku yang tertidur duluan. Dalam mimpiku, aku sedang dikelitiki sesuatu dan berusaha aku tahan, tapi kemudian sesuatu menindihku hingga aku sesak napas dan kemudian terbangun.

“Lusi! apa Ayah sudah tidur?” tanyaku melihat ternyata Lusi yang menindihiku dengan keadaan telanjang.

“kamu mulai nakal Ben, dari tadi aku tunggu kamu, kamu tidak datang-datang juga. kamu tau, sekarang sudah jam dua, dan ayah telah tidur sejak jam satu tadi,” katanya mesra sambil memegang penisku karena ternyata celana pendekku dan CD-ku telah dibukanya.

“Yang nakal tuh kamu, Bukannya permisi atau bangunin aku kek,” kataku.

“kamu tidak sadar yach, kamu kan udah bangun, tuh liat udah siap kok,” katanya sambil memperlihatkan penisku.

“Aku emut yach.”

Emutanya kali ini terasa berbeda, terasa begitu menghisap dan kelaparan.

“Lus jangan cepet-cepet dong, kasian ‘Beni Junior’ dong!”

“Aku udah kepengen berat Ben!” katanya lagi.

“Mending seperti biasa, kita pake posisi ’69′ dan kita sama-sama enak,” kataku sembil berputar tanpa melepaskan emutannya kemudian sambil terus diemut.

Aku mulai menjilat-jilat vaginanya yang telah basah sambil tanganku memencet-mencet payudaranya yang semakin keras, terus kuhisap vaginanya dan mulai kumasukkan lidahku untuk mencari-cari klitorisnya.

“Aach.. achh..” desahnya ketika kutemukan klitorisnya.

“Ben! kamu pinter banget nemuin itilku, a.. achh.. ahh..”

“kamu juga makin pinter ngulum ‘Beni’ kecil,” kataku lagi.

“Ben, kali ini kita tidak usah banyak-banyak yach, aa.. achh..” katanya sambil mendesah.

“Cukup sekali aja nembaknya, taapi.. sa.. ma.. ss.. sa.. ma.. maa ac.. ach..” katanya sambil menikmati jilatanku.

“Tapi Ben aku.. ma.. u.. keluar nich! Ach.. a.. aahh..” katanya sambil menegang kemudian mengeluarkan cairan dari vaginanya.

“Kayaknya kamu harus dua kali dech!” kataku sambil merubah posisi.

“Ya udah dech, tapi sekarang kamu masukin yach,” katanya lagi.

“Bersiaplah akan aku masukkan ini sekarang,” kataku sambil mengarahkan penisku ke vaginanya.

“Siap-siap yach!”

“Ayo dech,” katanya.

“Ach.. a.. ahh..” desahnya ketika kumasukkan penisku.

“Pelan-pelan dong!”

“Inikan udah pelan Lus,” kataku sambil mulai bergoyang.

“Lus, kamu udah terangsang lagi belon?” tanyaku.

“Bentar lagi Ben,” katanya mulai menggoyangkan pantatnya untuk mengimbangiku, dan kemudian dia menarik kepalaku dan memitaku untuk sambil menciumnya.

“Sambil bercumbu dong Ben!”

Tanpa disuruh dua kali aku langsung mncumbunya, dan aku betul-betul menikmati permainan lidahnya yang semakin mahir.

“Lus kamu udah punya pacar belom?” tanyaku.”Aku udah tapi baru abis putus,” katanya sambil mendesah.

“Ben pacar aku itu enggak tau loh soal benginian, cuma kamu loh yang beginian sama aku.”

“Ach yang bener?” tanyaku lagi sambil mempercepat goyangan.

“Ach.. be.. ner.. kok Ben, a.. aa.. ach.. achh,” katanya terputus-putus.

“Tahan aja, atau kamu mau udahan?” kataku menggoda.

“Jangan udahan dong, aku baru kamu bikin terangsang lagi, kan kagak enak kalau udahan, achh.. aa.. ahh.. aku percepat yach Ben,” katanya.

Kemudian mempercepat gerakan pinggulnya.

“Kamu udah ngerti gimana enaknya, bentar lagi kayaknya aku bakal keluar dech,” kataku menyadari bahwa sepermaku sudah mengumpul di ujung.

“Achh.. ach.. bentar lagi nih.”

“Tahan Ben!” katanya sambil mengeluarkan penisku dari vaginanya dan kemudian menggulumnya sambil tanganya mamainkan klitorisnya.

“Aku juga Ben, bantu aku cari klitorisku dong!” katanya menarik tanganku ke vaginanya.
Sambil penisku terus dihisapnya kumainkan klitorisnya dengan tanganku dan..

“Achh.. a.. achh.. achh.. ahh..” desahku sambil menembakkan spermaku dalam mulutnya.

“Aku juga Ben..” katanya sambil menjepit tanganku dalam vaginanya.

“Ach.. ah.. aa.. ach..” desahnya.

“Aku tidur di sini yach, nanti bangunin aku jam lima sebelum ayah bagun,” katanya sambil menutup mata dan kemudian tertidur, di sampingku. Tepat jam lima pagi aku bangun dan membangunkanya, kemudian ia bergegas ke kamar madi dan mempersiapkan diri untuk sekolah, begitu juga dengan aku.

Yang aneh siang ini tidak seperti biasanya Lusi tidak pulang bersamaku karena ia ada les privat, sedangkan di rumah cuma ada Mbak Riri, dan anehnya siang-siang begini Mbak Riri di rumah memakai kaos ketat dan rok mini seperti sedang menunggu sesuatu.

“Siang Ben! baru pulang? Lusi mana?” tanyanya.

“Lusi lagi les, katanya bakal pulang sore,” kataku, “Loh Mbak sendiri kapan pulang? katanya dari Solo yach?”

“Aku pulang tadi malem jam tigaan,” katanya.

“Ben, tadi malam kamu teriak sendirian di kamar ada apa?”

Wah gawat sepertinya Mbak Riri dengar desahannya Lusi tadi malam.

“Ach tidak kok, cuma ngigo,” kataku sambil berlalu ke kamar.

“Ben!” panggilnya, “Temenin Mbak nonton VCD dong, Mbak males nich nonton sendirian,” katanya dari kamarnya.

“Bentar!” kataku sambil berjalan menuju kamarnya, “Ada film apa Mbak?” tanyaku sesampai di kamarnya.

“Liat aja, nanti juga tau,” katanya lagi.

“Mbak lagi nungguin seseorang yach?” tanyaku.

“Mbak, lagi nungguin kamu kok,” katanya datar, “Tuh liat filmnya udah mulai.”

“Loh inikan..?” kataku melihat film BF yang diputarnya dan tanpa meneruskan kata-kataku karena melihat ia mendekatiku. Kemudian ia mulai mencium bibirku.

“Mbak tau kok yang semalam,” katanya, “Kamu mau enggak ngelayanin aku, aku lebih pengalaman dech dari Lusi.”

Wah pucuk di cinta ulam tiba, yang satu pergi datang yang lain.

“Mbak, aku kan adik yang berbakti, masak nolak sich,” godaku sambil tangan kananku mulai masuk ke dalam rok mininya menggosok-gosok vaginanya, sedangkan tangan kiriku masuk ke kausnya dan memencet-mencet payudaranya yang super besar.

“Kamu pinter dech, tapi sayang kamu nakal, pinter cari kesempatan,” katanya menghentikan ciumannya dan melepaskan tanganku dari dada dan vaginanya.

“Mbak mau ngapain, kan lagi asyik?” tanyaku.”Kamu kagak sabaran yach, Mbak buka baju dulu terus kau juga, biar asikkan?” katanya sambil membuka bajunya.

Aku juga tak mau ketinggalan, aku mulai membuka bajuku sampai pada akhirnya kami berdua telanjang bulat.

“Tubuh Mbak bagus banget,” kataku memperhatikan tubuhnya dari atas sampai ujung kaki, benar-benar tidak ada cacat, putih mulus dan sekal.

Ia langsung mencumbuku dan tangan kanannya memegang penisku, dan mengarahkan ke vaginanya sambil berdiri.

“Aku udah enggak tahan Ben,” katanya.

Kuhalangi penisku dengan tangan kananku lalu kumainkan vaginanya dengan tangan kiriku.

“Nanti dulu ach, beginikan lebih asik.”

“Ach.. kamu nakal Ben! pantes si Lusi mau,” katanya mesra.

“Ben..! Mbak..! lagi dimana kalian?” terdengar suara Lusi memanggil dari luar.

“Hari ini guru lesnya tidak masuk jadi aku dipulangin, kalian lagi dimana sich?” tanyanya sekali lagi.
“Masuk aja Lus, kita lagi pesta nich,” kata Mbak Riri.

“Mbak! Entar kalau Lusi tau gimana?” tanyaku.

“Ben jangan panggil Mbak, panggil aja Riri,” katanya dan ketika itu aku melihat Lusi di pintu kamar sedang membuka baju.

“Rir, aku ikut yach!” pinta Lusi sambil memainkan vaginanya.

“Ben kamu kuat nggak?” tanya Riri.

“Tenang aja aku kuat kok, lagian kasian tuch Lusi udah terangsang,” kataku.

“Lus cepet sinih emut ‘Beni Junior’,” ajakku.

Tanpa menolak Lusi langsung datang mengemut penisku.

“Mending kita tiduran, biar aku dapet vaginamu,” kataku pada Riri.

“Ayo dech!” katanya kemudian mengambil posisi.

Riri meletakkan vaginanya di atas kepalaku, dan kepalanya menghadap vagina Lusi yang sedang mengemut penisku.

“Lus, aku maenin vaginamu,” katanya.

Tanpa menunggu jawaban dari Lusi ia langsung bermain di vaginanya.Permainan ini berlangsung lama sampai akhirnya Riri menegangkan pahanya, dan.. “Ach.. a.. aach.. aku keluar..” katanya sambil menyemprotkan cairan di vaginanya.

“Sekarang ganti Lusi yach,” kataku.

Kemudian aku bangun dan mengarahkan penisku ke vaginanya dan masuk perlahan-lahan.

“Ach.. aach..” desah Lusi.

“Kamu curang, Lusi kamu masukin, kok aku tidak?” katanya.

“Abis kamu keluar duluan, tapi tenang aja, nanti abis Lusi keluar kamu aku masukin, yang penting kamu merangsang dirimu sendiri,” kataku.

“Yang cepet dong goyangnya!” keluh Lusi.

Kupercepat goyanganku, dan dia mengimbanginya juga.

“Kak, ach.. entar lagi gant.. a.. ach.. gantian yach, aku.. mau keluar ach.. aa.. a.. ach..!” desahnya, kemudian lemas dan tertidur tak berdaya.

“Ayo Ben tunggu apa lagi!” kata Riri sambil mengangkang mampersilakan penisku untuk mencoblosnya.

“Aku udah terangsang lagi.”

Tanpa menunggu lama aku langsung mencoblosnya dan mencumbunya.

“Gimana enak penisku ini?” tanyaku.

“Penis kamu kepanjangan,” katanya, “tapi enak!”.

“Kayaknya kau nggak lama lagi dech,” kataku.

“Sama, aku juga enggak lama lagi,” katanya, “Kita keluarin sama-sama yach!” terangnya.

“Di luar apa di dalem?” tanyaku lagi.

“Ach.. a.. aach.. di.. dalem.. aja..” katanya tidak jelas karena sambil mendesah.

“Maksudku, ah.. ach.. di dalem aja.. aah.. ach.. bentar lagi..”

“Aku.. keluar.. ach.. achh.. ahh..” desahku sambil menembakkan spermaku.

“Ach.. aach.. aku.. ach.. juga..” katanya sambil menegang dan aku merasakan cairan membasahi penisku dalam vaginanya.

Akhirnya kami bertiga tertidur di lantai dan kami bangun pada saat bersamaan.

“Ben aku mandi dulu yach, udah sore nich.”

“Aku juga ach,” kataku.

“Ben, Lus, lain kali lagi yach,” pinta Riri.

“Itu bisa diatur, asal lagi kosong kayak gini, ya nggak Ben!” kata Lusi.

“Kapan aja kalian mau aku siap,” kataku.

“Kalau gitu kalian jangan mandi dulu, kita main lagi yuk!” kata Riri mulai memegang penisku.
Akhirnya kami main lagi sampai malam dan kebetulan ayah dan ibu telepon dan mengatakan bahwa mereka pulangnya besok pagi, jadi kami lebih bebas bermain, lagi dan lagi.

Kemudian hari selanjutya kami sering bermain saat situasi seperti ini, kadang tengah malam hanya dengan Riri atau hanya Lusi. Oh bapak tiri, ternyata selain harta banyak, kamu juga punya dua anak yang siap menemaniku kapan saja, ohh nikmatnya hidup ini.

Itulah cerita dewasa yang bisa diberikan oleh saya kali ini, semoga saja anda bisa mengambil semua hikmah yang terkandung didalam cerita dewasa tersebut, perlu diingat cerita ini khusus bagi anda yang sudah dewasa sekian dan terima kasih.

Agen Judi Terpercaya : Berlatih Seks dengan Kakak

1 comments
 Promosi Terbaru Liga8.com
Likenews - Pengalaman yang tak pernah aku lupakan dan paling gila menurtku, karena malah kakak kandungku yang mengajari aku soal sex, saat ini aku berumur 17 tahun sedangkan kakaku 22 tahun, aku sudah mengerti kelalakuan kakakku yang aneh dia juga sering mengajak teman perempuannya untuk tidur dirumahnya.

Karena antara kamar aku dan kakaku bersebelahan jadi aku sering mendengar suara rintihan di balik tembokku kedua orang tuaku juga tidak ada menaruh curiga kepada kakakku karena dia seorang gadis. Ketika aku mencoba menanyakannya kakakku sama sekali tidak berusaha menampiknya.

Ia mengakui terus terang kalau ia masuk sebuah klub lesbian di kampusnya, begitu juga dengan kekasihnya. Waktu itu aku merasa jijik sekaligus iba padanya, karena aku menyadari ada faktor psikologis yang mendorong kakakku untuk berbuat seperti itu.

Kekasihnya pernah mengecewakannya, kekasih yang dicintainya dan menjadi tumpuan harapannya ternyata telah menikah dengan orang lain karena ia telah menghamilinya.

Kembali pada masalah tadi, sejak itu aku jadi sering berbincang-bincang dengan kakakku mengenai pengalaman seksnya yang menurutku tidak wajar itu. Ia bercerita, selama menjalani kehidupan sebagai lesbian, ia sudah empat kali berganti pasangan, tapi hubungannya dengan mantan-mantan pacarnya tetap berjalan baik.

Begitulah kadang-kadang, ketika ia kembali mengajak pasangannya untuk tidur di rumah, pikiranku jadi ngeres sendiri. Aku sering membayangkan kenikmatan yang tengah dirasakannya ketika telingaku menangkap suara erangan dan rintihan.

Aku tergoda untuk melakukannya. Pembaca, hubunganku yang pertama dengan kakakku terjadi awal tahun 2000, ketika ia baru saja putus dengan pasangannya.

Ia memintaku menemaninya tidur di kamarnya, dan kami menonton beberapa CD porno, antara tiga orang cewek yang sama-sama lesbian, dan aku merinding karena terangsang secara hebat mengingat kakakku sendiri juga seperti itu.

Awalnya, aku meletakkan kepalaku di paha kakakku, dan ia mulai mengelus-elus rambutku.

“Aku sayang kamu, makasih ya, mau nemenin aku”, katanya berbisik di telingaku.

Mendengar hal itu, spontan aku mendongakkan wajah dan kulihat matanya berlinang, mungkin ia teringat pada kekasihnya. Refleks, aku mencium pipinya untuk menenangkan, dan ternyata ia menyambutnya dengan reaksi lain.

Di balasnya kecupanku dengan ciuman lembut dari pipi hingga ke telingaku, dan di sana ia menjilat ke dalam lubang telingaku yang membuat aku semakin kegelian dan nafsuku tiba-tiba saja naik.

Aku tak peduli lagi meski ia adalah kakakku sendiri, toh hubungan ini tak akan membuatku kehilangan keperawanan.

Jadi kuladeni saja dia. Ketika ia menunduk untuk melepaskan kancing-kancing kemejaku, aku menciumi kuduknya dan ia menggelinjang kegelian.

“Oh.. all..”, desahnya.

Aku semakin liar menjilati bagian tengkuknya dan memberi gigitan-gigitan kecil yang rupanya disukai olehnya.

Ketika kusadari bahwa kemejaku telah terlepas, aku merasa tertantang, dan aku membalas melepaskan T-shirt yang ia kenakan. Ketika ia menunduk dan menjilati puting susuku yang rupanya telah mengeras, aku menggelinjang. Kakakku demikian lihai mempermainkan lidahnya, kuremas punggungnya.

“Oohh.. Kaakk, ah.. geli”, Ia mendongak kepadaku menatap mataku yang setengah terkatup, dan tersenyum.

“Kamu suka?”.

“Yah..”, kujawab malu-malu, mengakui.

Ia kembali mempermainkan lidahnya, dan aku sendiri mengusap punggungnya yang telanjang (kakakku tak biasa pakai bra ketika hendak tidur) dengan kukuku, kurasakan nafasnya panas di perutku, menjilat dan mengecup.

Aku memeluknya erat-erat, dan mengajaknya rebah di peraduan, lantas kutarik tubuhku sehingga ia berada dalam posisi telentang, kubelai payudaranya yang kencang dan begitu indah, lantas kukecup pelan-pelan sambil lidahku terjulur, mengisap kemudian membelai sementara jemariku bermain di pahanya yang tidak tertutup.

Aku menyibakkan rok panjang yang dipakainya kian lebar, dan kutarik celana dalamnya yang berwarna merah sementara ia sendiri mengangkat pantatnya dari kasur untuk memudahkanku melepaskan CD yang tengah dipakainya.

Ketika aku meraba ke pangkal pahanya, sudah terasa begitu basah oleh cairan yang menandakan kakakku benar-benar sedang bergairah. Aku sendiri terus menggelinjang karena remasannya di payudaraku,

Tapi aku ingin lebih agresif dari pada dia, jadi kubelai lembut kemaluannya, dan merasakan jemariku menyentuh clitorisnya, aku membasahi jemariku dengan cairan yang ada di liang senggamanya kemudian kuusap clitorisnya, lembut pelan, sementara ia mendesah dan kemudian meremas rambutku kuat-kuat.

“Oh.. Yeahh.. Ukkhh, ahh, terus, teruss, ahh”, celoteh kakakku dengan ributnya. Aku terus mengusap clitoris kakakku, dan tiba-tiba kurasakan tubuhnya mengejang kuat-kuat, jemarinya meremas punggungku, lantas ia merebah lemas.

Aku memandang ke wajahnya yang bersimbah keringat, “Sudah Kak?” Ia mengangguk kecil dan tersenyum.

“Thanks yah”, aku mengedik.

Aku belum puas, belum. Kukeringkan jemariku sekaligus kemaluan kakakku, kemudian aku turun, dan menciumi pahanya.

“Ohh.. teruskan terus.. yeah.. terus..”, aku tak peduli dengan erangan itu, aku mendesakkan kepalaku di antara kedua pahanya dan sementara aku mulai menjilati selangkangannya, kulepaskan ritsluiting rok kakakku, dan menariknya turun.

Aku juga melepaskan sendiri celana jeans pendek yang tengah kupakai, kemudian aku memutar badanku sehingga kemaluanku berada tepat di atas wajah kakakku. Ia mengerti dan segera kami saling menjilat, pantat serta pinggul kami terus berputar diiringi desahan-desahan yang makin menggila.

Aku terus menjilati clitorisnya, dan kadangkala kukulum, serta kuberi gigitan kecil sehingga kakakku sering berteriak keenakan. Kurasakan jemarinya bergerak mengelusi pantatku sementara tangan kirinya merayap ke pinggir dipan.

Sebelum aku menyadari apa yang ia lakukan, ia menarik tanganku dan menyerahkan sebuah penis silikon kepadaku.

“Kak?”, bisikku tak percaya.

“Masukkan, masukkaan, please..” Ragu, aku kembali ke posisi semula dengan ia terus menjilati clitorisku, kumasukkan penis buatan itu perlahan-lahan, dan kurasakan ia meremas pantatku kuat-kuat, pinggulnya berputar kian hebat dan kadang ia mendorong pantatnya ke atas,

Aku sendiri menyaksikan penis itu masuk ke lubang kemaluan kakakku dan asyik dengan pemandangan itu, kusaksikan benda tersebut menerobos liang senggamanya dan aku membayangkan sedang bersetubuh dengan seorang lelaki tampan yang tengah mencumbui kemaluanku.

Lama kami berada dalam posisi seperti itu, sampai suatu ketika aku merasakan ada sesuatu di dalam tubuhku yang membuatku seolah merinding seluruh tubuh karena nikmatnya, dan tahu-tahu aku menegang kuat-kuat, “okh.. kaakk.. ahh.. ahh!”

Tubuhku serasa luluh lantak dan aku tahu aku telah mengalami orgasme, kucium paha kakakku dan kumasukkan penis silikon itu lebih cepat, dan pada ritme-ritme tertentu, kumasukkan lebih dalam, kakakku mengerang dan merintih, dan terus-terang, aku menikmati pemandangan yang tersaji di depanku ketika ia mencapai orgasme.

Terakhir, aku mencium clitorisnya, kemudian perut, payudara dan bibirnya. Lantas ketika ia bertanya, “Nyesel nggak?” aku menggeleng dengan tegas. Malam itu kami tidur dengan tubuh telanjang bulat, dan sekarang kami kian sering melakukannya.

Agen Judi Terpercaya : Farah Mengeluh Manja

0 comments
 Promosi Terbaru Liga8.com
Likenews - Cerita berikut ini teradi 1 tahun yang lalu saat aku masih bekerja sebagai karyawan electronic, dimana posisiku sebagai juru teknik, saat aku bekerja disana aku mendapat kenalan dan jatuh hati padanya namanya Farah dia cantik, bodynya juga oke, apalagi buah dadanya yang besar dan bulat padat, kulitnya putih kalau aku lihat dia seperti artis.

Mula-mula memang aku target nak buat bini Tapi (ada tapinya) pemikiran dia kurang matured Takpalah pasal dia lawa So aku ayat dia ajak dia keluar ngan aku Susah enggak!!sampai banyak kali aku ajak dia

Sampai satu hari tu Dia dapat kelentong mak dia Kata dia keluar dengan member/jiran dia Kelentong mak dia kata pergi kerumah kawan Balik lewat petang So dia keluarlah gan jiran dia sampai kat tempat janji nak jumpa aku Dia dengan jiran dia split Jiran dia ikut member lain Dia naik moto dengan aku

Alamak, hari tu dia pakai baju kebarung Yang agak nipis kainnya, jelas nampak warna coli dia, merah jambu So dia pun naik moto ngan aku

Kami terus ke botinical garden penang, sampai sana terus masuk dalam Kena pulak hari makin mendung So kami masuk ke dalam Jalan laju-laju Macam race jalan kaki

Cari tempat yang terlindung dari hujan Aku tengok banyak pengunjung lain berjalan kaki keluar dari taman tu Balik kot Hari nak hujan So kami pun jumpa satu tempat terlindung Bawak pokok yang agak rimbun

Masa kami baru lepak je Hujan sudah turun Kat situ nampaknya orang takde So kepala otak aku mula terfikir blue je Dan mata aku asyik-asyik dok perhati pangkal buah dada Farah yang terdedah Putih melepak Hujan turun mula lebat

Tempat kami cuma tempias sikit Farah mula sejuk Aku pun sejuk jugak Tapi takkan aku nak terus peluk dia Baru first time keluar So kami borak-borak sambil aku buat lawak bodoh!

Tah macamana tah Farah tertampar paha aku Aku pulak tak pakai underwear Dia tampar tersentuh batang aku yang sememangnya sudah keras sebab tengok pangkal buahdada dia yang putih tu Aku tengok dia terkejut bila terkena pada bahagian keras tu Tapi tangan dia tak bergerak dari peha aku Masih kat peha aku

Dan mata dia, aku perhatikan terlirik ke bahagian batang aku Aiseh!!aku cakap dalam hati Farah sudah stim kot So tangan kiri aku bergerak kepinggangnya Kami masa tu tengah lepak atas rumput Bawah pokok merimbum Tangan aku peluk pinggangnya Dia tak kata apapun Masih dok sembang pasal cerita apatah Aku dok anggukngguk kepala je

Walaupun kepala otak aku dok fikir macamana aku nak kiss bibir dia So aku buat trick Aku ambik batu-batu kecil kat tepi-tepi aku, aku gengam gan tangan kanan aku Aku baling atas kain dia/peha dia Masa tu dia duduk bersimpuh Lepas baling Aku buat-buat terkejut

"Alamak Farah Sorry-sorry Abang Terlalu asyik dengar cerita Farah Sampai tak sedar baling batu-batu kecik ni atas kain Farah"

Aku pun sapu batu-batu dari kainnya Sapuan aku lebih pada mengusap paha Farah.

"Farah Tak mau hilanglah kotoran ni Melekat!", aku buat trick, aku usap lagi peha dia

Sementara kepala aku merapat kepaha dia Buat-buat tengok kotoran atas kainnya Lepas tu kepala aku rambut aku aku biar bergesel dengan dada dia

Farah tersentak Aku tarik kepala aku bertemu dengan muka Farah Sambil tangan kiri aku perlahan-lahan menarik tubuh Farah ke arah aku Bila muka aku berdepan dengan wajah Farah Aku cakap

"Farah Memang cantik hari ni, abang sememangnya menyintai Farah sejak mula bertemu Farah" lepas tu bibir aku menyentuh bibir Farah

Dia agak kaget Tapi membiarkan aku meneruskan pelakuan Aku gigit dan hisap bibir Farah atas bawah Farah tak membuka bibir dia Tapi aku tahu dia pun sudah naik syok Sebab tangan dia mula tarik tubuh aku rapat ketubuh dia

Kena dengan hujan bertambah lebat Farah tersandar kebatang pokok Dan bibir aku mula main peranan ke arah lehernya Hisap dan gigit dengan manja Farah makin memeluk erat Dan kakinya dari bersimpuh ke kedudukan melipat terkangkang dan badan aku dicelah kangkangannya itu

Tangan kanan aku mula menyelak kainnya sementara bibir aku masih menyerang rakus leher Farah dan mula menurun kedadanya Farah mengeliat sambil mengerang kecil.

"Abaang!! Abaang Geli Emm Abaang!!"

Sementara tangan kanan aku yang menyelak kainnya meramas rakus bahagian pehanya Tangan kiri aku mula membuka butang atas baju kebarung Farah Farah mengeluh.

"Jangan Baang Farah tak biasa Ahh"

Dia masih dalam nikmat sebab sambil buka butang baju dia bibir aku terus menhisap bahagian pangkal buah dadanya Lepas terbuka bahagian atas bajunya maka terdedahlah dua puncak bukit yang putih melepak dan disaluti hanya dengan coli nipis berwarna merah jambu Aku terus menyerang ke arah itu dengan bibirku Farah mengerang.

"Apa Abang buat nii Emm Abaangg"

Aku menghisap buah dada Farah setelah menarik coli nipisnya kebawah dengan bibirku Aku melihat Farah semakin memeluk aku erat dan kakinya semakin terkangkang, matanya pula terpejam, sementara bibirnya mengetap-getap

Tangan kanan aku yang masih didalam kainnya mula bergerak perlahan ke arah apamnya Dan mengosok perlahan Farah seolah-olah seperti terkena karan Membuka kelopak matanya yang kuyu

"Abaang Apani geli Kat situ Geli sangat abang buat camtu" dia mengeluh manja

Aku buat tak peduli Aku hisap buah dadanya Isap putingnya yang semakin menegang Sambil tangan kanan aku mengusap apamnya yang masih disaluti underwear Kankangan kakinya semakin meluas

"Ahh Emm Abaang Geliinyaa Emm"

Aku menarik tangan kirinya yang memeluk aku Memasukkannya ke dalam seluar jeans aku Sambil bibir aku masih menghisap buahdadanya Bila tangan Farah tersentuh batang aku yang menegang

"Emm Apa ni bang Emm Kerasnya Panas" sambil tangannya terus mengurut dan meramas batang aku

"Panasnya Abang punya Besaar Apasal basah!!?"

Air mazi ku mula keluar Tangan Farah seperti tak mahu melepaskan batang aku Aku buka butang seluar jeans aku dengan tangan kiri ku Terjojol batang ku yang menegang dalam gengaman tangan Farah

"Emm Abaang Besaarnya Takut Farah Emm"

Aku menarik tangan Farah dari terus mengurut batang aku Sebab takut terpancut Batang aku yang terdedah tu aku sengajakan menekan ke arah apamnya Farah semakin stim Bibir aku mula menjalar ke pusatnya

Setelah butang baju Farah semuanya dibuka Bahagian atas tubuh nya terdedah tanpa seurat benang Colinya yang nipis masa bila aku tanggalkan? Entah aku tak sedar!! Sambil bibir aku masih dipusatnya tangan aku rakus membuka butang kainnya.

"Abaang" Farah terdiam disitu

Setelah selesai membuka butang kainya Aku terus menyelak kainnya ke atas mendedahkan bahagian betis, peha dan underwearnya berdepan betul-betul dengan muka aku Kakinya masih tak menanggalkan kasut tumit tingginya

Aku terus menjilat apamnya yang dibaluti underwear nipisnya Sambil kedua-dua tangan aku meramas lembut buahdadanya yang sememangnya menjadi kegilaan aku

"Emm Emmhh" Farah mengerang lembut

Seluar jeans aku terlucut hingga keparas lutut Dengan peha Farah yang terus mengangkang aku membenamkan bibir aku ke apamnya dan menarik underwear nipisnya dengan gigiku Underwear Farah aku lucutkan hingga ketengah pehanya

Wow!!terdedah di depan ku Apam idaman ku selama ni Putiih Dengan bulu-bulu halus Apam yang tembam Aku terus menjilat Farah semakin mengeliat.

"Esskk Esskk Isskkahh" Farah mengeluh perlahan sambil nafasnya mula berombak

Dan matanya terpejam rapat Bila aku mula menghisap lembut apamnya Badannya makin melentik ke atas Farah sekarang terbaring penuh atas rumput yang agak basah Hujan masih lebat.

"Abaang Esskk Isskk Emm Gelii Sedaappnya Emm Abaangg Ahh!!"

Selesai menjilat/menhisap apamnya kepalaku naik ketas perlahan-lahan sambil lidahku tidak tanggal menjilat dari apamnya kepusatnya Kedadanya terus keleher dan kebibirnya Tubuh ku betul-betul berada diatas Farah

Dan kaki Farah terkangkang luas Kali ni Farah memeluk erat aku dan apabila bibir aku sampai kebibirnya dia terus menarik kepala aku dan mencium aku Walaupun dia tak pandai berasmara mengunakan bibir lagi tapi aku sudah stim gila Batang aku yang tegang habis tertenyeh dengan apamnya Farah aku tahu masa tu pun stim abiss.

"Ehh Emm" Farah mengeluh sambil kami beromen dengan bibir

Tiba-tiba tangan kanan Farah bergerak dari pelukan dipinggang ku mencari batang ku Farah mengenggam batang ku sambil mengarah batang ku ke arah apamnya Seolah-olah ingin merasa kemasukan batang aku ke dalam apamnya.

"Emm Abaang" Farah mengeluh manja

Genggaman tangan kanannya masih menarik batang ku ke arah apamnya Tiba-tiba Batangku terus menembus masuk ke arah apamnya dengan perlahan Aku merasa kemasukan batang aku ke dalam apam Farah Agak ketat. Farah mengeluh

"Ehh Besaar Sakitt Iehh Abaang" batangku mula bermain setengah masukan Perlahan-lahan Semakin ke dalam-ke dalam.

"Abaang Abaang Sakit sikit Abaang"

Selepas tu batang aku makin bergerak ke dalam Hingga Farah mengerang

"Ahh Isskk Emm Esskk Abaanng Sedaap Gelinyaehh Ahh"

Pergerakan aku mula laju Laju Laju

"Abaang Ahh Ahh" pergerakan tubuh Farah semakin berombak Nafas Farah makin turun naik Matanya terpejam rapat Pehanya mengangkang seluas-luasnya sambil mengepit kuat pehaku
"Isskk Esskk Ahh Abaang Ahh"

Makin laju pergerakan aku Dan bibir aku terus mengucup bibir Farah dengan rakus Dada ku menindih rapat buahdadanya

Bunyi hujan walaupun masih lebat tak kedengaran ditelinga ku Aku betul-betul dalam kemuncak Begitu juga dengan Farah Pelukan Farah semakin rapat menarik aku Kekadang kuku jarinya seperti mencengkam tubuhku

"Ahh Abaang " batangku bermain disetiap sudut dalam apam Farah. Tengah Kiri Kanan

Kelembutan wajah dan sikap Farah Selama ni tenggelam dengan sikap yang agak ganas juga bila Farah stim habis Tu yang buat aku lagi bertambah stim

Kekuatan aku tah macamana boleh agak lama enggak mendayung dengan Farah walaupun pergerakan batang aku ke dalam apam Farah semakin licin Disebabkan air Farah yang keluar banyak

"Abaang Ahh Ahh Abaang"

Kesedapan yang aku tak dapat lupakan Dan sekarang ni aku lakukannya setiap hari dengan Farah Farah sudah jadi isteri aku. Dan pemikirannya makin matured termasuk aksi-aksinya yang semakin advance hari-kehari sebab setiap malam minggu kekadang kami menonton vCD blue bersama

Dan kekadang aku ajak dia enjoy nite life kat penang ni Macam gi disko Nengok midnight cinema just untuk bagi dia tambah matured Dan dia sememangnya pasangan/isteriku yang perfect!!

Agen Judi Terpercaya : Nikmati Tubuh Fitri Gratis

0 comments
 Promosi Terbaru Liga8.com
Likenews - Seorang Mahasiswi yang berada di Jakarta saat ini berumur 23 tahun namanya Fitri tubuhnya dia terawatt dengan tinggi 167 cm berat badan 56 kg, rambutnya hitam lurus payudaranya bundar montok berkisar 34 B, dengan kulitnya yang putih dia sungguh cantik sekali, tidak heran dosen dan teman cowonya tertarik padanya.

Pada suatu hari  Fitri terpaksa harus pulang sendiri agak malam dari kampusnya, karena ia harusmenyelesaikan tugasnya di laboratorium. Ketika dia sedang menunggu lift dari lantai 8, tiba-tiba Anto temannya datang.

“Hai,  Fitri.. mau pulang nih..?”

“Iya..”

“Bareng yuk turunnya..!” ajak Anto.

“Boleh..” tanpa rasa curiga  Fitri mengiyakan.

Nampaknya malam itu benar-benar sepi di kampusnya, hanya tinggal beberapa orang saja terlihat di tempat parkir di bawah. Ketika pintu lift terbuka, mereka berdua pun masuk. Saat berada di dalam lift, tiba-tiba sebuah benda keras menghantam tengkuk  Fitri dari belakang, membuatnya langsung tidak sadarkan diri.

“Dukk..,”  Fitri terbangun ketika kepalanya terantuk meja.

Dengan mata masih berkunang-kunang, dia melihat bahwa dia sedang berada di ruang kuliah di lantai 4 kampusnya. Tidak ada orang di situ. Dan ketika dia melihat jam di dinding, ternyata sudah pukul 10 malam.

Ketika  Fitri mencoba bergerak, dia baru menyadari bahwa tangan dan kakinya terikat. Dia mencoba melepaskan diri namun tidak berhasil. Tiba-tiba pintu ruangan itu terbuka, dan muncullah tiga orang dari pintu itu. Dua pria dan satu wanita. Mereka semua temannya, Anto, Angga dan Shanty.

“Shanty.. tolong gue Shan.., lepasin gue.. apa-apaan sih ini..? Kalian kalo bercanda jangan keterlaluan dong..!” dengan sedikit kesal  Fitri bicara dengan Shanty.

“Elo mau apa sih Nov..? Ini bukan bercanda tau..!” teriak Shanty.

“Apa maksud elo..?”  Fitri mulai panik.

“Kita mau buat perhitungan sama elo, Nov..! Selama ini elo selalu jadi pusat perhatian, tapi elo terlalu sombong untuk memperhatikan temen elo sendiri. Elo tau nggak kalo temen-temen tuh banyak yang nggak suka sama elo..! Sekarang saatnya elo untuk ngasih sesuatu sama mereka..!” Shanty mendekati dan kemudian menampar pipi kiri  Fitri.

“Elo mau apa sih..!” jerit  Fitri.

“Gue mau liat elo menderita malam ini, Nov. Karena selama ini elo selalu mendapat segala yang elo inginkan..” kata Shanty.

Selesai Shanty berbicara, tiba-tiba pintu ruangan itu terbuka kembali dan masuklah 15 orang lagi, 10 orang laki-laki dan 5 orang perempuan. Mereka semua temannya. Tetapi kelihatannya mereka semua senang melihat  Fitri terikat tidak berdaya seperti itu.

Tiba-tiba Shanty berteriak, “Teman-teman, inilah saatnya yang kita tunggu-tunggu. Malam ini kita boleh ngerjain si  Fitri sepuas kita.”

Semua berteriak kegirangan mendengar perkataan Shanty, kecuali  Fitri. Bulu kuduk  Fitri merinding mendengar itu, dia tidak dapat membayangkan apa yang akan mereka lakukan terhadap dirinya, ketika Anto mendekati dirinya dan melepaskan ikatannya. Walaupun ikatannya sudah dilepas, namun  Fitri tidak dapat berdiri, karena kakinya lemas semua. Dia hanya dapat berlutut.

Shanty mendekati dirinya dan kemudian berteriak di telinga  Fitri, “Sekarang elo harus buka baju elo satu persatu sampai telanjang di depan kita semua..! Awas kalo berani melawan..! Gue tusuk perut elo..!” ancam Shanty sambil memegang gunting di tangannya.

Tidak percaya rasanya  Fitri mendengar itu, namun dia tidak berani menolak perintah Shanty, apalagi diancam dengan gunting tajam seperti itu. Akhirnya dengan tubuh gemetar,  Fitri mulai membuka kancing bajunya satu persatu dan melepaskannya ke lantai.

Selanjutnya dia mulai membuka kancing celana jeansnya dan menariknya ke bawah hingga sekarang  Fitri hanya mengenakan BH dan celana dalam yang berwarna hitam. Rupanya hari itu  Fitri memakai BH dan celana dalam yang sangat seksi.

Fitri memakai BH tanpa tali yang bagian depannya hanya menutupi setengah dari payudaranya. Dan celana dalam yang dipakai  Fitri lebih mirip dengan sebuah tali yang hanya menutupi belahan vaginanya, sedangkan pantatnya sama sekali tidak tertutup.

Semua laki-laki yang berada di ruangan itu benar-benar terpesona melihat pemandangan indah di depan mereka itu.  Fitri gadis tercantik di kampus itu hampir telanjang bulat, sehingga penis mereka langsung menegang semua.

Melihat itu Shanty merasa senang dan kembali memerintahkan  Fitri untuk membuka BH dan celanadalamnya. Dengan tangan gemetar,  Fitri meraih kait BH di belakang punggungnya dan melepaskannya, sehingga BH  Fitri dengan sendirinya terjatuh ke lantai.

Ketika BH-ya sudah terlepas, payudara  Fitri yang bulat langsung mengacung tegak, mengundang decak kagum semua pria di ruangan itu. Puting payudara  Fitri berwarna coklat dengan lingkaran di sekitar putingnya berwarna coklat muda.

Dan saat celana dalamnya juga sudah dilepas, terlihatlah bulu-bulu kemaluan tipis yang tumbuh rapih di sekitar vagina  Fitri.  Fitri memang selalu mencukur bulu-bulu kemaluannya dan merawat vaginanya sendiri. Baru pertama kali ini  Fitri telanjang bulat di depan orang lain dan saat ini dia berdiri dengan tubuh yang gemetar.

Shanty mendekatinya sambil mengacungkan gunting ke arahnya, dan mendorong  Fitri hingga jatuh terduduk.

“Sekarang elo harus buat seneng kita semua. Elo sekarang harus masturbasi disini. Cepat, kalo nolak gue potong nanti pentil susu elo..! Sekalian olesin nih badan elo pake minyak ini..!” kata Shanty sambil memberikan baby oil kepada  Fitri untuk dioleskan ke seluruh tubuhnya.

Dengan ketakutan  Fitri menerima botol tersebut dan menuangkannya ke atas payudara, perut dan juga ke atas vaginanya. Kemudian  Fitri mulai meraba-raba tubuhnya sendiri dan meratakan baby oil tersebut ke seluruh tubuhnya sambil tidur telentang di lantai.

Sambil menangis karena takut dan malu, tangan kirinya memijat-mijat payudaranya sendiri dan memilin-milin puting susunya, sedangkan tangan kanannya meraba-raba vaginanya yang ditumbuhi oleh rambut tipis.

Lama kelamaan  Fitri mulai terangsang dan mengeluarkan suara erangan halus yang tidak dapat diatahan. Sementara itu, semua laki-laki di ruangan itu membuka bajunya hingga bugil dan mulai mengocok penis mereka sendiri sampai tegang.

Sedangkan yang perempuan, kecuali Shanty meninggalkan ruangan itu. Shanty malah membawa kamera video untuk merekam kejadian itu dan dia mengancam  Fitri kalau dia berani melapor, Shanty akan menyebarkan rekaman itu ke seluruh kampus, dan bahkan ke luar kampusnya.

Tubuh  Fitri kini mengkilat karena minyak yang dioleskan ke tubuhnya tadi, membuat  Fitri kelihatan sangat seksi, dan ini menjadi pemandangan yang sangat menggairahkan untuk semua laki-laki di ruangan itu.

Saat  Fitri semakin terangsang, Angga mendekatinya. Dengan dibantu empat orang lainnya yang memegang dan menarik kedua tangan dan kaki  Fitri sehingga tubuh  Fitri menyerupai huruf X, Angga berlutut di selangkangan  Fitri, dan mulai mengelus-elus vagina  Fitri dengan tangannya.

Sesekali jari tangan Angga mencoba menusuk masuk ke dalam vagina  Fitri, membuat  Fitri merinding karena rasa geli yang timbul.

Kemudian Angga mulai menjilati vagina  Fitri dengan lidahnya. Aroma khas dari vagina  Fitri membuat Angga semakin bernafsu menjilati vagina  Fitri. Sementara itu kedua orang pria yang memegangi tangan  Fitri juga ikut menikmati sebagian tubuh  Fitri.

Laki-laki yang memegang tangan kanan  Fitri menjilati dan mengisap puting susu  Fitri yang sebelah kanan, sementara laki-laki yang memegang tangan  Fitri yang sebelah kiri melakukan hal yang sama dengan payudara  Fitri yang satunya.

Sambil meremas payudara  Fitri dengan keras, sesekali mereka juga menggigit dan menarik puting susu  Fitri dengan giginya, sehingga  Fitri merasa kesakitan. Kedua orang itu juga bergantian menciumi bibir  Fitri dengan kasar dan memainkan lidahnya di dalam mulut  Fitri.

Setelah puas menjilati vagina  Fitri, Angga kembali berlutut di selangkangan  Fitri dan mulaimenggosok-gosokkan penisnya di bibir vagina  Fitri. Sadar bahwa dirinya akan segera kehilangan keperawanannya,  Fitri berusaha melepaskan diri sekuat tenaga, namun dia tidak dapat melawan tenaga keempat orang yang memeganginya.

Melihat  Fitri yang meronta-ronta, Angga semakin bernafsu dan dia segera menghunjamkan penisnya ke dalam vagina  Fitri yang masih perawan. Walaupun vagina  Fitri sudah basah oleh air liur Angga dan cairan vagina  Fitri yang keluar

Namun Angga masih merasakan kesulitan saat memasukkan penisnya, karena vagina  Fitri yang perawan masih sangat sempit.  Fitri hanya dapat menangis dan berteriak kesakitan karena keperawanannya yang telah dia jaga selama ini direnggut dengan paksa seperti itu oleh temannya sendiri.

Sementara itu Angga terus memompa vagina  Fitri dengan cepat sambil satu tangannya meremas-remas payudara  Fitri yang bulat kenyal dan tidak lama kemudian dia mencapai puncaknya dan mengeluarkan seluruh spermanya di dalam vagina  Fitri.

Fitri hanya dapat diam telentang tidak berdaya di lantai, walaupun tangan dan kakinya sudah tidak dipegangi lagi, dan membayangkan dirinya akan hamil karena saat ini adalah masa suburnya. Dia dapat merasakan ada cairan hangat yang masuk ke dalam vaginanya. Darah perawan  Fitri dan sebagian sperma Angga mengalir keluar dari vaginanya.

Setelah itu Anto maju untuk mengambil giliran. Kali ini Anto mengangkat kedua kaki  Fitri ke atas pundaknya, dan kemudian dengan tidak sabar dia segera menancapkan penisnya yang sudah tegang ke dalam vagina  Fitri.

Anto tidak mengalami kesulitan lagi saat memasukkan penisnya, karena vagina  Fitri kini sudah licin oleh sperma Angga dan juga cairan vagina  Fitri, walaupun vagina  Fitri masih sangat sempit. Kembali vagina  Fitri diperkosa secara brutal oleh Anto, dan  Fitri lagi-lagi hanya dapat berteriak kesakitan.

Namun kali ini  Fitri tidak berontak lagi, karena dia pikir itu hanya akan membuat teman-temannya semakin bernafsu saja.

Tiba-tiba Anto mencabut penisnya dan dia duduk di atas dada  Fitri. Anto mendempetkan kedua buah payudara  Fitri dengan kedua tangannya dan menggosok-gosokkan penisnya di antara celah kedua payudara  Fitri, sampai akhirnya dia memuncratkan spermanya ke arah wajah  Fitri.

Fitri gelagapan karena sperma Anto mengenai bibir dan juga matanya. Setelah itu Anto masih sempat membersihkan sisa sperma yang menempel di penisnya dengan mengoleskan penisnya ke payudara  Fitri. Kemudian Anto menampar payudara  Fitri yang kiri dan kanan berkali-kali, sehingga payudara  Fitri berwarna kemerahan dan membuat  Fitri merasa kesakitan.

Selanjutnya dua orang, Leo dan Reza maju. Mereka kini menyuruh  Fitri untuk mengambil posisi seperti merangkak. Kemudian Leo berlutut di belakang pantat  Fitri dan mulai mencoba memasukkan penisnya ke lubang anus  Fitri yang sangat sempit. Membayangkan kesakitan yang akan dialaminya,

Fitri mencoba untuk berdiri, tetapi kepalanya dipegang oleh Reza yang segera mendorong wajah  Fitri ke arah penisnya. Kini  Fitri dipaksa mengulum dan menjilat penis Reza. Penis Reza yang tidak terlalu besar tertelan semuanya di dalam mulut  Fitri.

Sementara itu, Leo masih berusaha membesarkan lubang anus  Fitri dengan cara menusuk-nusukkan jarinya ke dalam lubang anus  Fitri. Sesekali Leo menampar pantat  Fitri dengan keras, sehingga  Fitri merasakan pantatnya panas.

Kemudian Leo juga berusaha melicinkan lubang anus  Fitri dengan cara menjilatinya.  Fitri merasakan sensasi aneh yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya saat lidah Leo menjilati lubang anusnya. Tidak lama kemudian  Fitri kembali menjerit kesakitan. Rupanya pertahanan anusnya sudah jebol oleh penis Leo yang berhasil masuk dengan paksa.

Kini Leo memperkosa anus  Fitri perlahan-lahan, karena lubang anus  Fitri masih sangat sempit dan kering. Leo merasakan kesakitan sekaligus kenikmatan yang luar biasa saat penisnya dijepit oleh anus  Fitri.

Saat  Fitri berteriak, kembali Reza mendorong penisnya ke dalam mulut  Fitri, sehingga kini  Fitri hanya dapat mengeluarkan suara erangan yang tertahan, karena mulutnya penuh oleh penis Reza. Tubuh  Fitri terdorong ke depan dan ke belakang mengikuti gerakan penis di anus dan mulutnya.

Kedua payudara  Fitri yang menggantung dengan indah bergoyang-goyang karena gerakan tubuhnya. Keadaan ini terus berlangsung sampai akhirnya Leo dan Reza mencapai klimaks hampir secara bersamaan.

Leo menyemburkan spermanya di dalam anus  Fitri, dan Reza menyemburkan spermanya di dalam mulut  Fitri.  Fitri terpaksa menelan semua sperma Reza agar dia dapat tetap bernafas.  Fitri hampir muntah merasakan sperma itu masuk ke dalam kerongkongannya, namun tidak dapat karena penis Reza masih berada di dalam mulutnya.

Fitri membiarkan saja penis Reza berada di dalam mulutnya untuk beberapa saat sampai Reza menarik keluar penisnya dari mulut  Fitri.

Kemudian Reza memaksa  Fitri untuk membersihkan penisnya dari sperma dengan cara menjilatinya. Leo juga masih membiarkan penisnya di dalam anus  Fitri dan sesekali masih menggerak-gerakkan penisnya di dalam anus  Fitri, mencoba untuk merasakan kenikmatan yang lebih banyak.

Fitri dapat merasakan kehangatan sperma di dalam lubang anusnya yang secara perlahan mengalir keluar dari lubang anusnya.

Setelah Leo mencabut penisnya dari anus  Fitri, temannya yang lain, Irvan, mengambil kursi dan duduk di atasnya. Dia menarik  Fitri mendekat dan menyuruh  Fitri untuk mengangkangi penisnya menghadap dirinya.

Irvan kemudian mengarahkan penisnya ke vagina  Fitri, dan kemudian memaksa  Fitri untuk duduk di atas pangkuannya, sehingga seluruh penis Irvan langsung masuk ke dalam vagina  Fitri. Setelah itu,  Fitri dipaksa bergerak naik turun, sementara Irvan meremas dan menjilati kedua payudara dan puting susu  Fitri.

Sesekali Irvan menyuruh  Fitri untuk menghentikan gerakannya untuk menahan orgasmenya. Irvan dapat merasakan vagina  Fitri berdenyut-denyut seperti memijat penisnya, dan dia juga dapat merasakan kehangatan vagina  Fitri yang sudah basah. Irvan tidak dapat bertahan lama,

Karena dia sudah sangat terangsang sebelumnya ketika melihat  Fitri diperkosa oleh teman-temannya yang lain, sehingga dia langsung memuncratkan spermanya ke dalam vagina  Fitri.  Fitri kembali merasakan kehangatan yang mengalir di dalam vaginanya.

Selanjutnya, Iwan yang mengambil giliran untuk memperkosa  Fitri. Dia menarik  Fitri dari pangkuan Irvan, kemudian dia sendiri tidur telentang di lantai.  Fitri disuruh untuk berlutut dengan kaki mengangkang di atas penis Iwan.

Kemudian secara kasar Iwan menarik pantat  Fitri turun, sehingga vagina  Fitri langsung terhunjam oleh penis Iwan yang sudah berdiri keras. Penis Iwan, yang jauh lebih besar daripada penis-penis sebelumnya yang memasuki vagina  Fitri,

Masuk semuanya ke dalamvagina  Fitri, membuat  Fitri kembali merasakan kesakitan karena ada benda keras yang masuk jauh ke dalam vaginanya.  Fitri merasa vaginanya dikoyak-koyak oleh penis Iwan. Iwan memaksa  Fitri untuk terus menggerakkan pinggulnya naik turun, sehingga penis Iwan dapat bergerak keluar masuk vagina  Fitri dengan leluasa.

Kemudian Iwan menjepit kedua puting susu  Fitri dan menariknya ke arah dadanya, sehingga kini payudara  Fitri berhimpit dengan dada Iwan. Iwan benar-benar terangsang saat merasakan kedua payudara  Fitri yang kenyal dan hangat menempel rapat ke dadanya.

Melihat posisi seperti itu, Shanty melepas ikat pinggangnya dan mulai mencambuk punggung  Fitri beberapa kali. Walaupun cambukan itu tidak terlalu keras, namun  Fitri tetap merasakan perih di punggungnya, sehingga dia berhenti menggerakkan pinggulnya.

Merasakan bahwa gerakan  Fitri terhenti, Iwan marah. Kemudian dia mencengkeram kedua belah pantat  Fitri dengan tangannya, dan memaksanya bergerak naik turun sampai akhirnya  Fitri menggerakkan sendiri pantatnya naik turun secara refleks.

Ketika Iwan hampir mencapai klimaks, dia memeluk  Fitri dan berguling, sehingga posisi mereka kini bertukar,  Fitri tidur di bawah dan Iwan di atasnya. Sambil mencium bibir  Fitri dengan sangat bernafsu dan meremas payudara  Fitri, Iwan terus menggenjot vagina  Fitri.

Tidak lama kemudian gerakan Iwan terhenti. Iwan mencabut penisnya keluar dari vagina  Fitri dan segera menyemprotkan spermanya di sekitar bibir vagina  Fitri. Kemudian dia menarik tangan kanan  Fitri dan memaksa  Fitriuntuk meratakan sperma yang ada di sekitar vaginanya dengan tangannya sendiri.

Setelah itu, seorang temannya yang lain, Eka, kembali maju mengambil giliran memperkosa vagina  Fitri. Hampir sepuluh menit Eka memompa vagina  Fitri dengan kasar, membuat vagina  Fitri semakin terasa licin dan longgar.

Sebelum mencapai puncaknya, Eka mencabut penisnya dari vagina  Fitri dan memaksa  Fitri untuk menadahkan kedua telapak tangannya untuk menampung spermanya. Setelahitu, Eka memaksa  Fitri untuk mengusap sperma yang ada di telapak tangannya ke wajahnya dan meratakannya seperti orang mencuci muka. Semua temannya tertawa senang melihat itu, sementara  Fitri menahan jijik dan rasa malu yang luar biasa karena diperlakukan dengan hina seperti itu. Kini wajah  Fitri sudah rata oleh sperma milik Eka.

Kemudian lima orang lainnya secara bergantian memperkosa  Fitri di vagina, anus maupun mulut  Fitri. Mereka juga meremas-remas payudara  Fitri dan mencubit serta menggigit puting susu  Fitri keras-keras. Kini wajah, payudara, perut, punggung, vagina dan pantat  Fitri sudah penuh oleh sperma.

Bahkan kedua buah payudara  Fitri kini berwarna kemerahan karena digigit dan diremas secara kasar oleh teman-temannya. Di punggung  Fitri juga tercetak jalur-jalur merah akibat dicambuk Shanty tadi.

Walaupun telah diperkosa berkali-kali, namun rupanya  Fitri tidak mencapai orgasme sama sekali, karena dia berusaha menahannya. Melihat itu Shanty merasa kesal dan memaksa  Fitri untuk mencapai orgasme dengan cara bermasturbasi sendiri.

“Gila elo.., lagi diperkosa aja masih sombong nggak mau orgasme. Sekarang elo harus orgasme.., cepat masturbasi lagi sambil nyukur bulu elo tuh sampai bersih..!” perintah Shanty.

Shanty memberikan pisau cukur kepada  Fitri dan menyuruhnya untuk mencukur bulu kemaluannya sendiri sambil bermasturbasi.  Fitri tidak berani berbuat apa-apa kecuali menurut. Sambil menutup matanya, tangan kiri  Fitri mulai meremas-remas payudaranya sendiri sambil meratakan sperma yang ada di payudara dan perutnya.

Sementara tangan kanannya mulai mencukur bulu kemaluannya pelan-pelan sampai habis.  Fitri tidak memerlukan shaving cream lagi, karena vaginanya sudah licin oleh sperma dan juga cairan vaginanya.

Setelah selesai mencukur bulu kemaluannya sampai habis,  Fitri mulai memasukkan gagang pisau cukur itu ke dalam vaginanya dan menggerak-gerakkannya keluar masuk perlahan-lahan. Vagina  Fitri terasa panas dan perih saat  Fitri menyentuhnya.

Rupanya dengan bermasturbasi sendiri,  Fitri lebih terangsang, dan akhirnya lima menit kemudian tubuhnya tiba-tiba mengejang, kakinya menekuk dan dadanya membusung memperlihatkan kedua payudaranya mengacung tegak dengan puting susu yang mencuat keluar, menandakan bahwa  Fitri sudah sangat terangsang.

Fitri mengeluarkan erangan yang tertahan sambil tangan kanannya terus menggosok vaginannya, dan tangan kirinya menjepit puting susunya sendiri. Akhirnya  Fitri mengalami orgasme yang luar biasa. Tubuh  Fitri kaku merasakan kenikmatan luar biasa yang menjalar di seluruh tubuhnya, dan cairan vagina  Fitri mengalir keluar dengan derasnya.

Fitri tidak dapat menutupi kenikmatan yang dirasakannya saat itu, sehingga dia pun mengeluarkan suara mendesah yang keras. Bahkan dia lupa bahwa dia kini sedang diperhatikan oleh banyak orang dan untuk saat itu dia juga lupa akan kesakitan yang diderita tubuhnya.

Belum pernah sebelumnya  Fitri mengalami orgasme sehebat itu, walaupun dia sering bermasturbasi di rumahnya. Ini karena sebelumnya dia belum pernah berhubungan badan, dan saat ini dia baru diperkosa beramai-ramai. Dan selama diperkosa itu, walaupun sebenarnya  Fitri merasa terangsang,  Fitri menahan orgasmenya sekuat tenaga dan akhirnya semua ditumpahkan saat dia bermasturbasi.

Setelah mengalami orgasme,  Fitri hanya terdiam kecapaian. Kesadarannya perlahan mulai kembali lagi dan rasa sakit kembali terasa di seluruh tubuhnya. Kedua kakinya tertekuk dan mengangkang lebar memperlihatkan vaginanya yang sudah licin mengkilat tanpa ada bulu kemaluannya sehelai pun sehabis dicukur.

Di sekitar vagina  Fitri terlihat bercak-bercak merah darah perawan  Fitri dan juga sperma. Tangan kanannya menjulur ke samping dan tangan kirinya terlipat menutupi sebagian payudaranya. Tubuhnya licin dan mengkilat karena keringat yang membanjiri dan juga karena sperma yang diratakan ke seluruh tubuhnya.

Fitri masih menangis pelan karena sakit dan juga karena rasa malu yang menyerang dirinya. Namun  Fitri juga tidak dapat menutupi kenikmatan luar biasa yang baru saja dirasakannya.  Fitri tidak mampu bergerak lagi.

Namun melihat itu, nafsu teman-temannya kembali muncul dan mereka kembali maju bersamaan untuk memperkosa  Fitri lagi. Kali ini  Fitri tidak mampu berontak sama sekali, karena dia sudah tidak mempunyai tenaga lagi.

Dia hanya terdiam dan tubuhnya mengikuti saja gerakan pemerkosanya.  Fitri seperti boneka yang sedang dipermainkan beramai-ramai. Kedua belas temannya kembali memperkosa vagina dan anus  Fitri yang sudah terasa lebih longgar setelah dimasuki banyak penis berkali-kali.

Mereka juga memaksa  Fitri untuk mengulum dan menjilati penis mereka, dan menelan semua sperma yang disemburkan ke dalam mulutnya. Bahkan  Fitri diperkosa oleh tiga orang sekaligus yang memasukkan penisnya ke mulut, vagina dan anus  Fitri secara bersamaan, sementara dua orang lainnya mempermainkan payudara  Fitri.

Semua posisi yang mungkin dibayangkan dalam hubungan seks sudah dipraktekkan oleh teman-teman  Fitri terhadap tubuh  Fitri. Kali ini  Fitri tidak kuat lagi menahan orgasmenya, dan dia mengalami orgasme beberapa kali, namun tidak sehebat yang pertama.

Setelah kedua belas orang temannya selesai memperkosa dirinya untuk kedua kalinya,  Fitri akhirnya pingsan karena kecapaian dan karena kesakitan yang menyerang seluruh tubuhnya terutama di vagina, anus dan juga kedua buah payudaranya.  Fitri telah diperkosa secara habis-habisan selama tiga jam lebih oleh dua belas orang temannya sendiri. Dan semua kejadian itu direkam oleh Shanty.

Ketika  Fitri terbangun, dia menyadari bahwa dirinya terikat ke tiang listrik dalam keadaan berdiri di tempat parkir kampusnya yang terbuka. Saat itu keadaan masih gelap dan masih belum ada satupun orang maupun mobil yang datang.

Kedua tangan  Fitri terikat ke belakang dan kedua kakinya juga terikat ke tiang listrik. Tubuhnya masih telanjang bulat tanpa selembar benang pun dan dia tidak dapat bergerak sama sekali. Ketika  Fitri mencoba berteriak, dia baru sadar bahwa mulutnya ditutupi oleh lakban, sehingga dia tidak dapat mengeluarkan suara sama sekali.

Vagina dan kedua puting susu  Fitri juga ditempeli oleh lakban. Di dadanya tergantung kertas yang bertuliskan Silakan Nikmati Tubuh Saya. GRATIS. Ttd:  FITRI.

Fitri membayangkan bagaimana malunya dirinya kalau nanti orang-orang datang dan melihat keadaan dirinya yang telanjang bulat dan belepotan darah serta sperma kering.

Dia bahkan tidak dapat membayangkan bagaimana kalau nanti orang yang datang membaca dan menuruti tulisan di kertas itu, kemudian memperkosa dirinya.

Tidak lama kemudian, dia melihat tujuh orang datang. Rupanya mereka satpam dan tukang parkir kampusnya.  Fitri berusaha minta tolong dan mereka akhirnya datang menghampirinya.  Fitri sedikit merasa lega, karena dia berpikir pasti mereka akan menolongnya.

Namun ketakutan  Fitri menjadi kenyataan, karena bukannya bantuan yang diberikan, ketujuh orang itu malah ingin menikmati tubuh  Fitri di tempat parkir itu. Sebelumnya seorang satpam menarik lepas dengan paksa lakban di vagina, puting susu dan mulut  Fitri, membuat  Fitri kembali merasakan kesakitan. Kini vagina dan puting susu  Fitri kembali terbuka dan dapat dilihat oleh orang.

“Wah, inikan si  Fitri, cewek paling cantik di kampus. Ngapain dia telanjang-telanjang begini di tempat parkir..?” kata salah satu dari mereka.

Dan orang lainnya menyahut, “Gile.., bodinya seksi banget. Gimana kalo kita cicipin aja bodinya sekalian. Liat tuh.., memeknya bersih nggak ada bulunya.”

“Iya nih, kita perkosa aja yuk sekalian.. lagian dia yang minta diperkosa, liat aja tulisan di kertas itu.”

“Ayo cepet kita perkosa aja.. Gue belum pernah ngerasain punyanya cewek kuliahan nih..!”

Fitri hanya dapat menangis dan memohon, “Tolong Pak, lepaskan saya.. jangan perkosa saya lagi, sudah cukup penderitaan saya..”

Namun mereka tidak peduli dengan rintihan  Fitri dan tetap melancarkan aksinya.

Mereka tertawa bahagia dan mulai membuka baju dan celananya masing-masing. Melihat itu  Fitri hanya dapat pasrah dan berharap mereka tidak menyakiti dirinya lagi. Tidak mungkin baginya untuk berteriak minta tolong, karena tidak ada orang sama sekali di sekitar situ. Kemudian mereka mengambil selang air dan menyemprot tubuh  Fitri dengan air dingin sambil menggosok-gosoknya untuk membersihkan tubuh dan wajah  Fitri dari darah dan sperma kering yang menempel di tubuhnya.

Disemprot air dingin seperti itu,  Fitri terkejut dan menggigil kedinginan. Namun itu tidak lama, karena kemudian dua orang laki-laki segera melepaskan ikatan  Fitri, mengangkat tubuh  Fitri dan mendekapnya dari depan dan belakang.  Fitri kini terjepit di antara tubuh dua orang laki-laki.

Mereka mulai memasukkan penis mereka ke dalam vagina dan anus  Fitri secara bersamaan.  Fitri diperkosa di vagina dan anusnya dalam posisi berdiri.

Sementara itu orang yang berada di depan  Fitri menciumi bibir  Fitri dengan paksa, dan orang yang berada di belakang  Fitri meremas-remas kedua payudara  Fitri dari belakang. Beberapa menit kemudian kedua orang itu mencapai klimaks dan menyemburkan spermanya di dalam vagina dan anus  Fitri.

Orang yang memperkosa vagina  Fitri menyemburkan spermanya berkali-kali di dalam vagina  Fitri, sehingga  Fitri dapat merasakan bahwa kini vaginanya dibanjiri oleh sperma orang itu yang sangat banyak dan tidak dapat tertampung lagi di dalam vaginanya.

Setelah itu,  Fitri dipaksa berlutut dan harus berkeliling menjilati semua penis laki-laki yang berdiri mengelilinginya secara bergantian.  Fitri juga terpaksa menelan sperma semua laki-laki itu satu-persatu. Setelah menjilati semua penis laki-laki yang ada di situ,  Fitri kemudian diperkosa lagi di vagina dan juga anusnya.

Salah seorang diantaranya memiliki penis yang sangat besar dan panjang, sehingga ketika dia memperkosa anus  Fitri, penisnya hanya dapat masuk setengahnya. Namun orang itu terus mendorong penisnya masuk ke dalam lubang anus  Fitri dengan paksa, membuat  Fitri meronta-ronta kesakitan.

Selain menyemburkan spermanya di dalam vagina dan anus  Fitri, mereka juga menyemburkan spermanya di tubuh  Fitri dan memaksa  Fitri untuk meratakannya dengan tangannya sendiri.  Fitri tidak pernah membayangkan bahkan dalam mimpi terburuknya, bahwa dirinya benar-benar dinikmati oleh banyak orang dalam semalam. Dan kali ini  Fitri tidak dapat lagi menahan orgasmenya.

Dia mencapai orgasme sampai berkali-kali, mungkin karena satpam-satpam ini lebih berpengalaman dibandingkan teman-temannya yang memperkosanya sebelumnya.

Setelah ketujuh orang itu kebagian mencicipi vagina, anus dan juga mulut  Fitri,  Fitri kembali diikat di tiang listrik dalam posisi semula, dan kembali ditinggalkan seorang diri dalam keadaan telanjang bulat. Tubuh  Fitri kembali belepotan oleh sperma dan kulit tubuhnya mengkilat oleh keringatnya sendiri.

Sperma dan cairan vagina  Fitri yang tercampur menjadi satu menetes keluar perlahan-lahan dari vagina dan lubang anus  Fitri. Dari mulut  Fitri juga mengalir keluar sperma yang tidak dapat ditelan lagi oleh  Fitri.

Fitri hanya dapat menggigil kedinginan. Namun penderitaannya belum berakhir sampai di situ.  Fitrikembali diperkosa secara bergantian oleh orang-orang yang lewat, satpam, tukang parkir, temannya, dan bahkan dua orang dosennya ikut memperkosanya.

Vagina, anus dan mulutnya dimasuki oleh penis-penis lain, dan dia dipaksa menelan sperma mereka semua. Sebagian meratakan spermanya di seluruh tubuh  Fitri. Ada yang iseng mencoret-coret tubuh  Fitri dengan spidol permanen dengan gambar-gambar dan kata-kata jorok.

Bahkan orang terakhir yang memperkosa  Fitri memasukkan ranting pohon sepanjang 25 cm ke dalam vagina dan anus  Fitri sampai berdarah-darah dan meninggalkannya di situ.

Fitri tergeletak di tanah dengan tubuh dan wajah yang kembali berlumuran oleh darah serta sperma, dan ranting pohon yang menancap di anus dan vaginanya. Payudara dan vagina  Fitri terlihat memar dan berwarna kemerahan. Bulatan pantatnya juga terlihat memar dan kemerahan.

Fitri sudah tidak dapat merasakan lagi vagina dan lubang anusnya. Akhirnya  Fitri kembali pingsan karena kesakitan dan kecapaian.

Total  Fitri telah diperkosa oleh lebih dari 30 orang dalam semalam, sampai akhirnya dia ditolong pada jam 05:30 pagi oleh seorang dosen wanita yang melihat keadaan  Fitri yang menyedihkan. Saat ditanya siapa yang memperkosa dirinya,

Fitri tidak berani menjawab, karena teringat ancaman Shanty yang akan menyebarluaskan rekaman video  Fitri yang telanjang bulat sedang bermasturbasi dan diperkosa oleh banyak orang.  Fitri lebih memilih bungkam. Dan setelah kejadian itu,  Fitri tidak dapat bergerak sama sekali sampai berhari-hari, dan dia merasa bahwa penderitaannya masih akan terulang lagi di kemudian hari.

Agen Judi Terpercaya : Nafsuku Sulit ditahan

0 comments
 Promosi Terbaru Liga8.com
Likenews - Saat Aku sedang menonton tv dikamar, saat itu juga Naya baru keluar dari kamar mandi dengan menggunakan pakaian baju tidur, dan dia sebelum tidur selalu menyempatkan diri untuk cuci muka, kamar tidur kami memang dilengkapi dengan kamar madni dalam dan TV, sehingga kami bisa tidur sambil tiduran, saat ini Naya sedang berbaring disampingku dan dia mau memejamkan mata untuk tidur.

“Naya! Kok langsung tidur sih?”

“Mm..?”

Naya membuka matanya. Lalu ia duduk dan menatapku. Kemudian ia tersenyum manis. Woow.. burungku semakin mengeras. Naya mendekatkan wajahnya ke wajahku. Tangannya yang lembut halus membelai wajahku. Jantungku berdetak cepat. Kurangkul tubuhnya yang mungil dan hangat. Terasa nyaman sekali. Naya mencium pipiku. “Cupp..!”

“Tidur yang nyenyak yaa..” katanya perlahan.

Lalu ia kembali berbaring dan memejamkan matanya. Tidur! Nah lho? Sial benar. Cuma begitu saja? Aku terbengong beberapa saat.

“Naya! Faayy..!” aku mengguncang-guncang tubuhnya.

“Umm.. udah maleem.. Naya ngantuk niih..”

Kalau sudah begitu, percuma saja. Dia tidak akan bangun. Padahal aku sedang birahi tinggi dan butuh pernyaluran. Si “ujang” masih tegang dan penasaran minta jatah.

Begitulah Naya. Sebagai istri, dia hampir sempurna. Wajah dan fisiknya enak dilihat, sifatnya baik dan menarik. Perhatiannya pada kebutuhanku sehari-hari sangat cukup. Hanya saja, kalau di tempat tidur dia sangat “hemat”.

Nafsuku terbilang tinggi. Sedangkan Naya, entah kenapa (menurutku) hampir tidak punya nafsu seks. Tidak heran meskipun sudah lebih setahun kami menikah, sampai saat ini kami belum punya anak. Untuk pelampiasan, aku terkadang selingkuh dengan wanita lain. Naya bukannya tidak tahu. Tapi tampaknya dia tidak terlalu mempermasalahkannya.

Nafsuku sulit ditahan. Rasanya ingin kupaksa saja Naya untuk melayaniku. Tapi melihat wajahnya yang sedang pulas, aku jadi tidak tega. Kuciumrambutnya. Akhirnya kuputuskan untuk tidur sambil memeluk Naya. Siapa tahu dalam mimpi, Naya mau memuaskanku? Hehehe..

Esoknya saat jam istirahat kantor, aku makan siang di Citraland Mall. Tidak disangka, disana aku bertemu dengan Ami, sahabatku dan Naya semasa kuliah dahulu. Kulihat Ami bersama dengan seorang wanita yang mirip dengannya. Seingatku, Ami tidak punya adik. Ternyata setelah kami diperkenalkan, wanita itu adalah adik sepupu Ami. Fita namanya. Heranjuga aku, kok saudara sepupu bisa semirip itu ya? Pendek kata, akhirnya kami makan satu meja.

Sambil makan, kami mengobrol. Ternyata Fita seperti juga Ami, tipe yangmudah akrab dengan orang baru. Terbukti dia tidak canggung mengobrol denganku. Ketika aku menanyakan tentang Joe (suami Ami, sahabatku semasa kuliah), Ami bilang bahwa Joe sedang pergi ke Surabaya sekitar duaminggu yang lalu untuk suatu keperluan.

“Paling juga disana dia main cewek!” begitu komentar Ami. Aku hanya manggut-manggut saja. Aku kenal baik dengan Joe, dan bukan halyang aneh kalau Joe ada main dengan wanita lain disana. Saat Fita permisi untuk ke toilet, Ami langsung bertanya padaku. “Van, loe ama Naya gimana?”

“Baek. Kenapa?”

“Dari dulu loe itu kan juga terkenal suka main cewek. Kok bisa ya akur ama Naya?” Aku diam saja.

Aku dan Naya memang lumayan akur. Tapi di ranjang jelas ada masalah. Kalau dituruti nafsuku, pasti setiap hari aku minta jatah dari Naya. Tapi kalau Naya dituruti, paling hebat sebulan dijatah empat atau lima kali!

Itu juga harus main paksa. Seingatku pernah terjadi dalam sebulan aku hanya dua kali dijatah Naya. Jelas saja aku selingkuh! Mana tahan?
“Kok diem, Van?” pertanyaan Ami membuyarkan lamunanku.

“Nggak kok..”

“Loe lagi punya masalah ya?”

“Nggaak..”

“Jujur aja deh..” Ami mendesak.

Kulirik Ami. Wuih, nafsuku muncul. Aku jadi teringat saat pesta di rumah Joe. Karena nafsuku sudah sampai ke ubun-ubun, maka akal sehatku pun hilang.

“Cerita doong..!” Ami kembali mendesak.

“Mi.., loe mau pesta “assoy” lagi nggak?” aku memulai. Ami kelihatan kaget.

“Eh? Loe jangan macem-macem ya Van!” kecam Ami. Aduh.., kelihatannya dia marah.

“Sorry! Sorry! Gue nggak serius.. sorry yaa..” aku sedikit panik.

Tiba-tiba Ami tertawa kecil.

“Keliatannya loe emang punya masalah deh.. Oke, nanti sore kita ketemulagi di sini ya? Gue juga di rumah nggak ada kerjaan.”

Saat itu Fita kembali dari toilet. Kami melanjutkan mengobrol sebentar, setelah itu aku kembali ke kantor.

Jam 5 sore aku pulang kantor, dan langsung menuju tempat yang dijanjikan. Sekitar sepuluh menit aku menunggu sebelum akhirnya telepon genggamku berdering. Dari Ami, menanyakan dimana aku berada. Setelahbertemu, Ami langsung mengajakku naik ke mobilnya. Mobilku kutinggalkan disana. Di jalan Ami langsung menanyaiku tanpa basa-basi.

“Van, loe lagi butuh seks ya?”

Aku kaget juga ditanya seperti itu. “Maksud loe?”

“Loe nggak usah malu ama gue. Emangnya Naya kenapa?”

Aku menghela nafas. Akhirnya kuputuskan untuk mengeluarkan uneg-unegku.

“Mi.. Naya itu susah banget.. dia bener-bener pelit kalo soal begitu. Loe bayangin aja, gue selalu nafsu kalo ngeliat dia. Tapi dia hampir nggak pernah ngerespon. Kan nafsu gue numpuk? Gue butuh  enyaluran dong!

Untung badannya kecil, jadi kadang-kadang gue paksa dia.”

Ami tertawa. “Maksudnya loe perkosa dia ya? Lucu deh, masa istri sendiri diperkosa sih?”

“Dia nggak marah kok. Lagi gue perkosanya nggak kasar.”

“Mana ada perkosa nggak kasar?” Ami tertawa lagi. “Dan kalo dia nggak marah, perkosa aja dia tiap hari.”

“Kasian juga kalo diperkosa tiap hari. Gue nggak tega kalo begitu..”

“Jadi kalo sekali-sekali tega ya?”

“Yah.. namanya juga kepepet.. Udah deh.. nggak usah ngomongin Naya lagi ya?”

“Oke.. kita juga hampir sampe nih..”

Aku heran. Ternyata Ami menuju ke sebuah apartemen di Jakarta Barat. Dari tadi aku tidak menyadarinya.

“Mi, apartemen siapa nih?”

“Apartemennya Fita. Pokoknya kita masuk dulu deh..”

Fita menyambut kami berdua. Setelah itu aku menunggu di sebuah kursi, sementara Fita dan Ami masuk ke kamar. Tidak lama kemudian Ami memanggilku dari balik pintu kamar tersebut. Dan ketika aku masuk, si

“ujang” langsung terbangun, sebab kulihat Ami dan Fita tidak memakai pakaian sama sekali. Mataku tidak berkedip melihat pemandangan hebat itu. Dua wanita yang cantik yang wajahnya mirip sedang bertelanjang bulat di depanku. Mimpi apa aku?

“Kok bengong Van? Katanya loe lagi butuh? Ayo sini..!” panggil Ami lembut.

Aku menurut bagai dihipnotis. Fita duduk bersimpuh di ranjang.

“Ayo berbaring disini, Mas Ivan.”

Aku berbaring di ranjang dengan berbantalkan paha Fita. Kulihat dari sudut pandangku, kedua bagian bawah payudara Fita yang menggantung mempesona. Ukurannya lumayan juga. Fita langsung melucuti pakaian atasku, sementara Ami melucuti pakaianku bagian bawah, sampai akhirnya aku benar-benar telanjang. Batang kemaluanku mengacung keras menandakan nafsuku yang bergolak.

“Gue pijat dulu yaa..” kata Ami.

Kemudian Ami menjepit kemaluanku dengan kedua payudaranya yang montok itu. Ohh.., kurasakan pijatan daging lembut itu pada kemaluanku. Rasanya benar-benar nyaman. Kulihat Ami tersenyum kepadaku. Aku hanya mengamatibagaimana kedua payudara Ami yang sedang digunakan untuk memijat batang penisku.

“Enak kan, Van?” Ami bertanya.

Aku mengangguk. “Enak banget. Lembut..”

Fita meraih dan membimbing kedua tanganku dengan tangannya untuk mengenggam payudaranya. Dia membungkuk, sehingga kedua payudaranyamenggantung bebas di depan wajahku.“Van, perah susu gue ya?” pintanya nakal. Aku dengan senang hati melakukannya. Kuperah kedua susunya seperti memerah susu sapi, sehingga Fita merintih-rintih.

“Ahh.. awww.. akh.. terus.. Van.. ahh.. ahh..” Payudara Fita terasa legit dan kenyal. Aku merasa seperti raja yangdilayani dua wanita cantik. Akhirnya Ami menghentikan pijatan spesialnya. Berganti tangan kanannya menggenggam pangkal si “ujang”.

“Dulu diwaktu pesta di rumah gue, kontol loe belum ngerasain lidah gue ya?” kata Ami, dan kemudian dengan cepat lidahnya menjulur menjilat si “ujang” tepat di bagian bawah lubangnya.

Aku langsung merinding keenakan dibuatnya. Dan beberapa detik kemudian kurasakan hangat, lembut, dan basah pada batang kemaluanku. Si “ujang” telah berada di dalam mulut Ami, tengah disedot dan dimainkan dengan lidahnya. Tidak hanya itu, Ami juga sesekali mengemut telur kembarku sehingga menimbulkan rasa ngilu yang nikmat. Sedotan mulut Ami benar-benar membuatku terbuai, apalagi ketika ia menyedot-nyedot ujung kemaluanku dengan kuat. Enaknya tidak terlukiskan. Sampai kurasakan alat kelaminku berdenyut-denyut, siap untuk memuntahkan sperma.

“Mi.. gue.. udah mau.. ke.. luar..”
Ami semakin intens mengulum dan menyedot, sehingga akhirnya kemaluankumenyemprotkan sperma berkali-kali ke dalam mulut Ami. Lemas badankudibuatnya. Tanganku yang beraksi pada payudara Fita pun akhirnya berhenti. Ami terus mengulum dan menyedot kemaluanku, sehinggamenimbulkan rasa ngilu yang amat sangat. Aku tidak tahan dibuatnya.

“Aahh.. Ami.. udahan dulu dong..!”

“Kok cepet banget keluar?” ledeknya.

“Uaah.., gue kelewat nafsu sih.. maklum dong, selama ini ditahan terus.” aku membela diri.

“Oke deh, kita istirahat sebentar.”

Ami lalu menindih tubuhku. Payudaranya menekan dadaku, begitu kenyal rasanya. Nafasnya hangat menerpa wajahku. Fita mengambil posisi diselangkanganku, menjilati kemaluanku. Gairahku perlahan-lahan bangkit kembali. Kuraba-raba kemaluan Ami hingga akhirnya aku menemukan daging kenikmatannya. Kucubit pelan sehingga Ami mendesah perlahan. Kugunakan jari jempol dan telunjukku untuk memainkan daging tersebut, sementara jari manisku kugunakan untuk mengorek liang sanggamanya. Desahan Ami semakin terdengar jelas. Kemaluannya terasa begitu basah. Sementara itu Fita terus saja menjilati kemaluanku. Tidak hanya itu, Fita mengosok-gosok mulut dan leher si “ujang”, sehingga sekali lagi bulu kudukku merinding menahan nikmat.

Kali ini aku merasa lebih siap untuk tempur, sehingga langsung saja aku membalik posisi tubuhku, menindih Ami yang sekarang jadi telentang. Dan langsung kusodok lubang sanggamanya dengan batang kemaluanku. Ami mendesis pendek, lalu menghela nafasnya. Seluruh batang kemaluanku terbenam ke dalam rahim Ami. Aku mulai mengocok maju mundur. Ami melingkarkan tangannya memeluk tubuhku. Fita yang menganggur melakukan matsurbasi sambil mengamati kami berdua yang sedang bersatu dalam kenikmatan bersetubuh. Ami mengeluarkan jeritan-jeritan kecil, sampai akhirnya berteriak saat mencapai puncak kenikmatannya, berbeda denganku yang lebih kuat setelah sebelumnya mencapai orgasme.

Kucabut batang kemaluanku dari vagina Ami, dan langsung kuraih tubuh Fita. Untuk mengistirahatkan si “ujang”, aku menggunakan jari-jariku untuk mengobok-obok vagina Fita. Kugosok-gosok klitorisnya sehingga Fita mengerang keras. Kujilati dan kugigit lembut sekujur payudaranya, kanandan kiri. Fita meremas rambutku, nafasnya terengah-engah dan memburu. Setelah kurasakan cukup merangsang Fita, aku bersedia untuk main course.

Fita nampaknya sudah siap untuk menerima seranganku, dan langsung mengambil doggy style. Vaginanya yang dihiasi bulu-bulu keriting Nampak sudah basah kuyup. Kumasukkan kemaluanku ke dalam liang kenikmatannya dengan pelan tapi pasti. Fita merintih-rintih keras saat proses penetrasi berlangsung. Setelah masuk seluruh penisku, kudiamkan beberapa saat untuk menikmati kehangatan yang diberikan oleh jepitan vagina Fita.Hangat sekali, lebih hangat dari milik Ami. Setelah itu kumulai menyodok Fita maju mundur.

Fita memang berisik sekali! Saat kami melakukan sanggama, teriakan-teriakannya terdengar kencang. Tapi aku suka juga mendengarnya.Kedua payudaranya bergelantungan bergerak liar seiring dengan gerakan kami. Kupikir sayang kalau tidak dimanfaatkan, maka kuraih saja kedua danging kenyal tersebut dan langsung kuremas-remas sepuasnya. Nafsuku semakin memuncak, sehingga sodokanku semakin kupercepat, membuat Fita semakin keras mengeluarkan suara. “Aaahh.. Aaahh.. Gue keluaar.. Aaah..” teriak Fita dengan lantang.

Fita terkulai lemas, sementara aku terus menyetubuhinya. Beberapa saat kemudian aku merasa mulai mendekati puncak kepuasan.

“Fit.. gue mau keluar nih..”

Fita langsung melepaskan kemaluannya dari kemaluanku, dan langsung mengulum kemaluanku sehingga akhirnya aku memuntahkan spermaku di dalam mulut Fita, yang ditelan oleh Fita sampai habis.

Aku berbaring, capek. Nikmat dan puas sekali rasanya. Ami berbaring di sisiku. Payudaranya terasa lembut dan hangat menyentuh lengan kananku.Fita masih membersihkan batang kemaluanku dengan mulutnya.

“Gimana Van? Puas?” Ami bertanya.

“Puas banget deh.. Otak gue ringan banget rasanya.”

“Gue mandi dulu ya?” Fita memotong pembicaraan kami. Lalu ia menuju kamar mandi.

“Gue begini juga karena gue lagi pengen kok. Joe udah dua minggu pergi. Nggak tau baliknya kapan.” Ami menjelaskan.

“Nggak masalah kok. Gue juga emang lagi butuh sih. Lain kali juga gue nggak keberatan.”

“Huss! Sembarangan loe. Gue selingkuh cuma sekali-sekali aja, Cuma pengen balas dendam ama Joe. Dia suka selingkuh juga sih! Beda kasusnya ama loe!”

Aku diam saja. Ami bangkit dari ranjang dan mengingatkanku.

“Udah hampir setengah delapan malem tuh. Nanti Naya bingung lho!”

Aku jadi tersadar. Cepat-cepat kukenakan pakaianku, tanpa mandi terlebih dahulu. Setelah pamit dengan Fita, Ami mengantarku kembali ke Citraland. Disana kami berpisah, dan aku kembali ke rumah dengan mobilku. Di rumah, tentu saja Naya menanyakan darimana saja aku sampai malam belum pulang. Kujawab saja aku habis makan malam bersama teman.

“Yaa.. padahal Naya udah siapin makan malem.” Naya kelihatan kecewa. Sebenarnya aku belum makan malam. Aku lapar.

“Ya udah, Ivan makan lagi aja deh.. tapi Ivan mau mandi dulu.” Kataku sambil mencium dahinya.

Naya kelihatan bingung, tapi tidak berkata apa-apa.

Wednesday, March 23, 2016

Agen Judi Terpercaya : Melakukan dengan Ibu Guru

0 comments
 Promosi Terbaru Liga8.com
Likenews - Disekolahku ada salah satu guru yang cantik dan supel jika memberikan pelajaran kepada muridnya namanya Ibu Miya beliau berumur 25 tahuhn kulitnya yang bersih dan putih dengan body yang langsing dia sekarang menjanda karena suaminya meninggal dari kecelakaan, siswa yang diajar oleh ibu Miya selalu senang karena saat dia mengajar pakaian atasnya selalau terbuka sehingga terlihat jelas tali BHnya.

Pagi itu sekitar jam delapan lewat kami sudah dipulangkan karna akan ada rapat guru. Aku agak kesal karna pelajaran kedua matematika artinya aku gak bisa ngeliat pemandangan indah hari ini, dan untuk menghilangkan suntuk aku pun pergi main ketempat kawanku. Aku masih tak tahu aku akan dapat rejeki nomplok.

Sekitar jam sembilan lewat aku pergi pulang, dan pada saat lewat sekolah aku melihat Bu Miya sedang menunggu angkot, aku pun mengajaknya

" mari saya antar Bu " ajakku tanpa berharap dia mau

" tapi rumah ibu agak jauh ko " ia mencoba menolak

" gak pa-pa kok bu, gak enak sama guru PPKN " candaku

setelah berpikir sebentar akhirnya ia mau " iya deh tapi ibu pegangan ya soalnya ibu pernah jatuh dari motor "

" silahkan Bu " setelah itu kau menjalnkan motorku dengan kecepatan sedang.

Tangan Bu Miya yang berpegangan pada pahaku menyebabkan reaksi pada penisku, apalagi jika mengerem pada lampu merah aku merasa ada sesuatu yang empuk menekan dari belakang.

Sampai dirumahnya yang agak berjauhan dengan rumah-rumah yang lain aku disuruh masuk dulu. Dan ketika sudah duduk di sofa empuk Bu Miya bicara

"ibu ganti baju dulu ya ko "

setelah itu ia masuk kamar dan menutup pintu mungkin karna kurang rapat sehingga pintu itu terbuka lagi sedikit. Entah setan mana yang masuk kekepala ku sehingga aku memberanikan diri untuk mengintip ke dalam.

Di dalam sana aku bisa melihat bagaimana Bu Miya sedang membuka satu persatu kancing bajunya dan setelah kancing terakhir ia tidak langsung menanggalkan bajunya, tapi itu sudah cukup membuat napasku membuat nafasku memburu karna kau bisa melihat kalau sepasang dadanya yang besar seperti hendak melompat keluar.

Karna terlalu asyik pintu itupun terbuka lebar. Aku kaget dan hanya bisa mematung karna ketakutan. Bahkan penisku langsung mengkerut.

Melihat aku, Bu Miya tidak terlihat kaget dan tetap membiarkan bajunya terbuka. Setelah itu ia mendekati aku

" kamu sering ngeliat BH ibu kan " tanyanya didekat telingaku

" i..iya Bu " jawabku ketakutan.

" kalau gitu ibu kasih kamu hukuman " lalu ia menarikku dan didudukkan ditepi tempat tidur.

" sekarang kamu baring tutup mata dan jangan gerak kalo teriak boleh aja " katanya dengan suara nafas yang agak memburu.

Aku pun menurut karna merasa bersalah. Lalu ia membuka retsleting celana sekolahku menurunkan CDnya dan mengelus-elus penisku dengan lembut, setelah penisku tegak lagi dia berjongkok dan menjilatinya.

"auh.. uh.. uuh .." rintihku menahan kenikmatan semantara Bu Miya sibuk dengan aktivitasnya

"ah .. mmhh.. Bu stop bu" rintihku karna aku merasa seperti mau meledak

Dia tak menjawab, malah semakin hebat menyedot penisku. Tubuhku semakin mengejang dan tanpa bisa kubendung lagi, muncratlah cairan putih itu dan aku langsung terduduk sambil berpegangan pada tepi ranjang.

Rasanya seperti sedang melayang, ia telan habis spermaku sementara aku masih terduduk kaku, malu takut dan senang bercampur jadi satu. Bu Miya lalu berdiri dan tersenyum

"gimana..lebih enak dari pada cuman liat khan..?" sambil kedua tangannya menjambak rambutku
"iya Bu enak sekali" jawabku mulai berani sambil ikut berdiri.

Setelah wajah kami berhadapan ia menciumku dengan lembut, lalu membimbingku duduk ditempat tidur. Kami berpelukan dan Miya kembali menciumku, lalu melumat bibirku sementara tangannya menanggalkan seluruh pakaian ku

Dengan tangkas aku mengimbangi gerakan tangan itu sehingga akhirnya kami sama sama tanpa pakaian. Bedanya aku telanjang bulat sementara Miya masih memakai BH hitamnya karna memang sengaja tak ku lepas.

Miya melepaskan ciuman dibibirku lalu mengarahkan kepala ku kebawah yaitu payudaranya, aku segera melepas BH nya dan mulai meremas-remas dadanya, sekali-sekali aku puntir putingnya sehingga ia melenguh panjang.

Puas meraba aku lalu menyapu seluruh dadanya dengan lidahku dan menyedot ujung putingnya sambil digigit-gigit sedikit. Hasilnya hebat sekali Miya bergoyang sambil meracau dengan kata-kata yang tak jelas. Setelah itu Miya berdiri sehingga aku berhadapan dengan vaginanya

Wangi yang baru pernah kucium itu membuatku bertambah panas sehingga kujilati semua permukaan vaginanya yang sudah banjir itu.

Setelah itu Miya merebahkan diri di ranjang tangannya mendekap kepalaku pahanya dibuka. Sehingga memudahkan aku menjilat dan memasukkan lidahku kedalam vaginanya dan menggigit-gigit bagian daging yang merah jambu. Sehingga tubuh Miya semakin mengejang hebat

"sshh.. aahh.. terus ko" pintanya diikuti desah nafasnya.

Sekitar lima menit ku sapu vaginaya aku melepaskan dekapan pada kepalaku dan kembali mengulum bibirnya. Ia lalu meraih penisku

"masukkan ya ko udah gak tahan" katanya dengan terengah dan membimbing penisku menerobos goa miliknya yang tek pernah lagi merasakan penis semenjak suaminya meninggal.

Aku merasakan kenikmatan yang kebih hebat dibandingkan saat dimasukkan kemulutnya.

"slep..slep..slep" kuputar-putar didalam sambil mengikuti goyangan pantat Miya. sambil kupompa bibir kami terus berperang dan tanganku meraba dan meremas payudaranya dan sekali kali memuntir putingnya.

"uh..ah..mm..ssh..terus ko..mmh" desahnya sambil meremas pantatku.

Penisku terasa semakin menegang dan vaginanya semakin hebat berdenyut memijit penisku, tak terasa sudah sepuluh menit kami "bergoyang".

"ooh ..mmh.. ah udah gak kuat.. biarin aja di situ ko mmh .." rintih Miya terpejam.

Akupun semakin memperdalam tusukanku dan mempercepat tempo karna juga merasakan sesuatu yang akan keluar.

"sshh..aarrgghh" jeritnya sambil mencengkram punggungku,

"aahh..aahh" desahku pada saat yang bersamaan sambil mulutku menyedot kedua puting susunya kuat-kuat secara bergantian.

Air maniku muncrat bertepatan dengan air hangat yang terasa memandikan penisku didalam vaginanya.Kami menikmati puncak orgasme sampai betul-betul habis, baru aku mencabut penisku setelah sangat lelah dan bebaring di sebelahnya sambil meremas dadanya pelan-pelan.

Kemudian dia menindihku dari atas dan bertanya "gimana hukuman dari aku ko ..?"

"enak Bu hukuman terenak didunia makasih ya"

"ibu yang terima kasih udah lama ibu bendung hasrat, hari ini dan seterusnya ibu akan tumpahkan kekamu semuanya" sambil mencium ku.

Setelah istirahat beberapa waktu kami kembali melanjutkan aktivitas itu tentu saja dengan tehnik dan gaya yang berbeda-beda. Tak terhitung berapa kali aku melakukannya sewaktu SMA yang jelas jika aku pulang kesana pasti kami melakukan lagi dan lagi.

Agen Judi Terpercaya : Bercumbu Bareng Tante

0 comments
 Promosi Terbaru Liga8.com
Likenews - Cuaca kelihatannya cerah dengan matahari yang bersinar tapi kok tiba tiba hujan langsung turun, semua orang langsung pada berteduh yang saat itu sedang menikmati senja, keramaian langsung hilang, gerimis meningkat dan hujan deras, didepanku ada seorang awanita yang mengangkat jemuran yang banyak,

Kelihatannya kurang mengantisipasi akibat baru bangun tidur. Masih memakai piyama.

"Ragil, bantuin Tante dong!"

Tanpa bicara aku membantunya. Sprei, kelambu, baju, t-shirt, dan ...ih, pakaian dalam.

"Bawa ke mana, Tante?"

"Sekalian ke dalam aja!"

Tante Imas berjalan di depanku. Menaiki tangga hingga lantai dua. Aku cukup puas menikmati irama pinggulnya yang kukira agak dibuat-buat. Saat menghadap ke arah terang, siluet tubuhnya jelas membayang. Seakan telanjang. Kami masuk ke rumahnya. Tante Imas menggeletakkan jemuran di sudut kamarnya, akupun mengikutinya.

"Makasih ya? Kamu mau minum apa, Ka?" tanyanya yang langsung menghentikan maksudku untuk langsung pulang.

"Apa aja deh, Tante. Asal anget."

Kurebahkan diri di sofanya. Hmm, lumayan nyaman. Tante Imas belum mempunyai anak. Yang kutahu, suaminya, Om yang tak kutahu namanya itu hanya sekali-kali pulang. Dengar-dengar pekerjaanya sebagai pelaut. Ha ha, pelaut. Di mana mendarat, di situ membuang jangkar. Sinis sekali aku.
"Om belum pulang, Tante?" tanyaku basa-basi sambil menerima teh hangat.

"Belum, nggak tentu pulangnya. Biasanya sih, hari Minggu. Tapi hari Minggu kemarin nggak pulang juga."

"Tante nggak kemana-mana?"

"Mau kemana, paling cuma di rumah saja. Kalau ada Ombaru pergi-pergi."

"Eh, kamu nggak ada keperluan lain, kan?"

"Nggak, Tante," jawabku. Mau apa aku di rumah, sendirian, di tengah hujan yang semakin lebat begini.

"Temenin Tante ya. Ngobrol."

Kamipun terlibat dalam obrolan yang biasa saja. Sekedar ingin tahu kehidupan masing masing. Dari ucapannya, kutahu bahwa suaminya bernama Om Iwan. Jarang pulang. Yang cukup membuat darahku berdesir agak cepat adalah daster itu.

Seakan aku bisa melihat dua titik di dadanya, yang timbul tenggelam ketika kami bercengkrama. Tangan Tante Imas cukup atraktif. Entah sengaja atau tidak sering menyentuh tanganku, atau mampir di pahaku. Makin lama duduknya pun semakin dekat. Hingga...
"Ragil, mau nonton film nggak? Tante punya film bagus nih."

Wah untunglah. Rumahku tidak mempunyai vcd player. Tante Imas menyalakan TV lalu memasang film. Dan, astaga ternyata dia benar tidak memakai BH dan celana dalam. Aku bisa melihatnya jelas karena dia cukup lama berdiri menyamping, cahaya TV membuat gaun tidurnya menjadi selaput transparan.

Bentuk payudara beserta putingnya beserta rambut di pangkal paha. Aku lebih ternganga lagi karena film itu XXX. Kembali Tante Imas duduk di sampingku, malahan lebih dekat lagi. Tangannya mengusap-usap lenganku dengan lembut.

"Filmnya bagus ya?" Bisiknya pelan.

Namun terdengar di telingaku bagaikan rayuan. Aku tak mampu menjawab karena bibir bawahku menahan ekstasi yang kuat. Entah apa yang harus kulakukan kini. Mataku tak lepas dari wanita yang merintih di film itu, yang sudah distel suaranya pelan.

Tante Imas menggenggam pergelangan tanganku. Dan, astaga. Dibawanya tanganku ke payudaranya. Didiktenya tangan ini ke daerah yang tak pernah diraRagiln sebelumnya. Begitu pula tangan kiriku. Kini masing-masing telapak tangan itu memegang rata masing-masing pasangannya, payudara.

Pandanganku masih ke arah TV. Aku tak berani menatap wajah Tante Imas. . Tak pernah aku impikan hal ini terjadi. Sementara di TV desahan si gadis yang menghadapi dua batang penis makin membuat hot suasana.

"Ragil, hadap sini dong," ujarnya manja.

Kuhadapkan wajahku. Kulihat tatapan pengharapan di sana. Wajah Tante Imas cukup cantik, dengan kulit putih dan senyuman manis yang menghiasinya. Aku masih memegang payudara itu, hanya memegang dengan daster yang melapisinya.

Ah, tak terasa daster itu. Hanya payudara besar ini fokus pikiranku. Tanganku masih canggung, sementara ada sesuatu yang mulai menggeliat di bawah sana.

Tiba-tiba dia menghentikanku, dengan cara yang sempurna. Tangannya merengkuhku dalam pelukan, sementara bibirnya mencium lembut. Payudaranya menghimpit dadaku. Membuat dadaku berdetak hingga aku merasa bisa mendengarnya.

Ciumannya nikmat. Beda sekali sekali dengan apa yang ada di TV. Seakan ingin mengaliri dengan hangat jiwanya. Kami berciuman lama sekali, tak terasa tanganku ikut mendekapnya makin erat. Kulepaskan dekapanku untuk mulai mengontrol diri kembali. Berakhirlah sesi ciuman itu.

"Kenapa Ragil? Kamu marah ya?" tanyanya pelan.

Tapi sialan, suara-suara di TV itu kembali mengacaukanku. Melumpuhkanku lagi dalam birahi.
"Maafin Tante ya? Tante..." Wajah itu mengeluarkan prana iba untuk dikasihi.

Dia kembali menciumku, cukup hangat. Namun tak sehangat tadi kurasa. Akupun tak mengharap ciuman kasih sayang, karena dariku juga tinggal nafsu. Ciuman-ciuman itu pindah ke leher dan telinga. Ah, tak pernah kubayangkan bahwa daerah ini lebih membuatku bergidik. Akupun menirunya. Kami saling menciumi leher, bahkan Tante Imas sempat mencium keras.

"Aduh, Tante..."

Dia lalu tersenyum dan berdiri. Perlahan dia melepas daster itu, mulai dari tangannya. Satu demi satu tangan daster itu terlepas. Daster melorot, tertahan sebentar di bulatan payudaranya yang besar. Dia menarik ke bawah lagi daster itu. Terlihat payudara, tanpa BH. Putih, bulat, besar, dengan puting susu berwarna merah muda. Mulutku menganga kagum seakan ingin memakannya. Aku menelan ludah.

Diturunkannya lagi. Aku menikmati satu persatu sajian pemandangan itu. Perutnya putih dengan pinggang yang ramping. Pusarnya menjadi penghias di sana. Daster itu tertahan di pinggangnya. Oh, pantatnya menahan.

Aku semakin berdebar, ingin mempercepat proses itu, aku ingin segera melihat kemaluannya. Diturunkan lagi, dan ah... vagina itu muncul juga. Dihiasi rambut berbentuk segitiga yang tak begitu lebat. Bibir vaginanya merah segar, sedikit basah. Untuk pertama kalinya aku melihat wanita bugil. Dengan senyumnya, bangga membuatku tergakum-kagum.

"Sekarang, kamu juga buka ya?" perintahnya manja.

Aku membuka tshirtku. Tante Imas membuka celanaku, Lepas jinsku, tapi Tante Imas tak segera membukanya. Dia jongkok lalu menjilati penisku dari luar celana dalam. Tampak noda basah sperma yang makin ditambah oleh air ludah.

Penis itu makin membesar dalam celana dalam, rasanya tak enak kerena tertahan. Segera kubuka dan ...hup keluarlah batang kemaluan diikuti dua bolanya. Tante Imas mengecupnya, si penis tampak membesar. Semakin tegaknya penis diikuti dengan jilatan-jilatan lidah. Uff, enak sekali.

Kini gantian tangannya yang bekerja. Pertama dirabanya semua bagian penis, lalu mulai mengocoknya. Setelah kira-kira telah utuh bentuknya, tegak dan besar, dimasukkannya ke dalam mulut. Tante Imas memandang ke atas, wajahnya berseri-seri .

"Teruskan Tante."

Lidah Tante Imas menjilat-jilat, kadang menggelitik penisku. Lalu mulai memaju mundurkan mulutnya, seakan sebuah vagina menyetubuhi penis. Ini hebat sekali. Sekitar 15 menit permainan itu berlangsung, hingga...

"Tante, saya mau ke-luar..." kataku terengah-engah.

Tante Imas malah mempercepat kocokan mulutnya. Aku ikut memegang kepalanya. Dan keluarlah ia. Aku merasa ada 5 semprotan kencang. Tante Imas tidak melepasnya, ia menelannya.

Bahkan terus mengocok hingga habis spermanya. Lega rasanya tapi lemas badanku. Tante Imas berdiri, kemudian kami berciuman lagi.

"Sekarang gantian ya..."

Kini aku menghadapi payudara siap saji. Pertama kuraba-raba dengan kedua tanganku. Remasan itu kubuat berirama. Lalu aku mulai berkonsentrasi pada puting susu. Kutarik-tarik hingga payudaranya terbawa dan kulepaskan.

Hmm, bagaimana rasanya ya? Aku mulai menjilatinya. Enak. Jilatanku pada satu payudara sementara tangan yang lain meremas satunya. Ketika kuhisap-hisap putingnya, terasa makin mancung, mengeras, dan tebal puting itu. Kulakukan pula pada payudara satunya. Oh, ternyata jika wanita terangsang, yang ereksi adalah puting susunya. Kira-kira 5 menit aku melakukannya dengan nikmat.

Kemudian jilatanku turun, hingga vaginanya. Kucoba dengan jilatan-jilatan. Kusibakkan lagi rambut kemaluannya agar jilatan lebih sempurna. Ada seperti daging kecil yang menyembul. Yang kutahu, itu adalah klitoris. Kuhisap seperti menghisap puting susu, eh Tante Imas merintih.

"Hmm, Ragil, jangan dihisap. Geli. Tante nggak kuat."

Dan Tente Imas benar-benar lunglai. Tubuhnya rebah ke sofa. Dia terlentang dengan paha mengangkang memperlihatkan vagina terbuka dan payudara yang berputing tegak. Aku lanjutkan lagi kegiatan ini. Makin lama kemaluannya makin basah. Jilatan dan hisapanku makin bersemangat, sementara di sana Tante meremas-remas payudaranya sendiri menahan ektasi.

Tiba-tiba pahanya mendekap kepalaku dan ..serr seperti ada aliran lendir dari vaginanya. Otot liang itu berkontraksi. Inikah orgasme, hebat sekali, dan aku melihatnya dari dekat. Tak kusia-siakan lendir yang mengalir, kuhisap dan kutelan.

Rasanya lebih enak dari sperma. Tubuh Tante Imas yang bergoyang-goyang akhirnya tenang kembali. Jepitan pahanya mulai melemah namun penisku mulai ereksi lagi. Kucium mesra vaginanya seperti aku mencium bibirnya. Tante Iya tersenyum. Bibirnya berkata "Terima kasih," namun tak mengeluarkan suara.

Gambar di film itu merangsang kami. Wanita berpayudara besar terlentang diatas meja kantor. Diatasnya laki-laki dengan penis panjang dan besar menyetubuhi payudaranya. Tangan si wanita menekan payudaranya sendiri agar merapat, dan penis itu melewati celahnya.

Kupikir pasti asyik sekali. Aku menjilati dulu payudara Tante Imas, agar basah dan lengket. Tak lupa dengan hisapan-hisapan di putingnya. Setelah merasa cukup, aku duduk di muka payudara itu. Tante Imas merapatkan celah payudaranya.

Dia tersenyum senang. Aku mulai dengan pelan memasuki celah payudara, seakan itu adalah liang vagina. Uff, sensasinya luar biasa. Aku mulai memaju mundurkan penis dengan irama. Ujung penisku terlihat saat aku maju.

Kalau klimaks, pasti spermanya sampai ke wajah Tante. Tanganku ikut memegang payudara untuk menguatkan hujaman penis. Kadang aku menarik-narik puting susu. Aku mencium bibirnya, mengangkat paha di lehernya, kemudian menyerahkan lagi penisku.

Dihisap dan jilat lagi, seperti tak puas saja. Posisiku duduk tak enak. Aku tak bisa duduk karena akan menekan lehernya, tangankupun tak bisa memaju mundurkan kepalanya. Oh, ada sandaran tangan. Empuk lagi. Apalagi kalau bukan payudara. Sambil aku meremas-remasnya, penis seperti diremas-remas juga.

Tante Imas mengeluarkan kemaluanku sebentar, mengajak posisi 69. Hm, kupikir boleh juga. Maka aku berganti posisi lagi. Tubuhku menghadap Tante Imas, tapi saling berlawanan. Penisku di mulutnya, vaginanya di mulutku.

Sampai beberapa saat kami melakukan itu. Aku tak tahu apakah Tante mendapat orgasme lagi, tapi dia sempat diam mengulum penisku, pahanya menekan rapat kepalaku, tapi tak ada cairan yang keluar.
"Ragil, berhenti dulu deh." serunya.

Padahal aku sedang asyik dengan posisi ini. Tante Imas berdiri menuju ke dapur. Rupanya dia minum air dingin. Tante Imas datang. Membawa dua gelas air es dan menyodorkan dua tablet yang kuduga obat kuat. Kami meminumnya satu-satu. Tante memperhatikanku lalu melihat film itu.

"Kita bercumbu beneran, yuk," ajaknya.

"Di bathtub yuk."

Dia memegang kemaluanku seperti memegang tanganku, untuk mengajak dengan menggandeng penis itu. Kami ke kamar mandinya. Bathtub-nya cukup besar, Kami mulai lagi. Di bawah shower itu berpelukan sambil meraba dan menyabuni.

Nikmat sekali menyabuni payudaranya, senikmat disabuni penisku. Tak ada yang terlewatkan, termasuk vagina dan anus. Ketika air mulai penuh, kami berendam. Airnya tak diberi busa. Nyaman sekali. Lalu kami mulai saling merangsang, meninggikan tensi kembali. Tante Imas mengocok penisku dalam air, sementara aku meraba-raba vaginanya.

Tak berapa lama dia duduk di pinggiran bathtub. Kelihatannya dia ingin vaginanya dijilat. Aku merangkak menjilatinya. Cairannya mulai keluar lagi.

"Pakai tangan juga dong," pintanya lanjut.

Aku menuruti saja. Kukocok dengan telunjuk kananku. Kucoba telunjuk dan jari tengah, semakin asyik. Tangan kiriku mengusap klitorisnya. Tante memejamkan matanya menahan nikmatnya. Sebelum berlanjut lebih jauh, Tante menghentikan. Membalik badannya menjadi menungging dan membuka pantatnya.

Ternyata dari tadi aku belum mengeksplorasi daerah anus. Akupun mencobanya. Kujilat anusnya, reaksi Tante mendukung. Kujilat-jilat lagi, dari anus hingga vagina. Lalu kocoba masukkan dua jariku lagi ke vaginanya dan mengocoknya. Lidahku menjilat-jilat lagi.

Daerah pantat yang menggembung berdaging kenyal seperti payudara. Akupun suka. Tante Imas menunjukkan reaksi seperti akan orgasme lagi. Desahannya mulai keras.

"Ragil, Tante mau keluar lagi nih. Cepat! Pakai penismu. Ayo masukin penismu. Cumbu Tante, Ragil," jeritnya tertahan putus-putus.

Astaga, dirty talk sekali. Membuat aku makin terangsang. Aku siapkan penisku, walau agak bingung karena tak ada pengalaman. Tante Imas mengocok vaginanya sendiri sambil menungguku memasukkan penis. Penis sudah kuarahkan ke vagina.

"Tante, nggak bisa masuk, nih," tanyaku bingung.

"Tekan saja yang kuat. Tapi pelan-pelan."

Aku ikuti sarannya, tetap saja susah. Dasar pemula. Jadinya penisku hanya merangsang mulut vagina saja, mengggosok klitoris, tapi itu malah membuat Tante makin terangsang.

"Ayo masukkan, Tante sudah hampir keluar,"

Dengan tenaga penuh aku coba lagi. Dan, berhasil. Kepala penisku bisa masuk walau sempit sekali. Tante Imas bergoyang untuk meraRagiln gesekan karena klimaksnya semakin dekat. Ketika aku coba masukkan lebih dalam lanjut pantat Tante bergoyang hebat. Otot vaginanya seperti meremas-remas. Penisku yang walau baru kepalanya saja menikmati remasan vagina ini. Dan Tantepun orgasme. Setelah itu dia jatuh dan berbaring dalam bathtub. Aku sudah melepaskan penisku.

"Tante, maafin saya ya," kataku agak menyesal.

Aku belum memasukkan seluruh penisku dalam vaginanya saat dia orgasme.

"Nggak apa-apa. Kepala penisnya sudah nikmat, koq. Ayo kita coba lagi. Sekarang penis kamu mau dikulum, nggak?" Tak usah bertanya. Ganti aku yang duduk di tepi bathtub".

Tante merangkak dan mengulum penisku. Ah, pose seperti ini membuat aku nyaman, seakan aku yang punya kuasa. Di ujung tubuh yang merangkak itu ada pantat.

Wah, empuknya seperti payudara. Akupun menjamah dan meremas-remasnya. Kadang aku membandingkan dengan satu tangan tetap meremas pantat, tangan yang lain meremas payudara. Kenikmatan ganda. Kelihatannya Tante juga menikmati sekali.

Ombak berdebur kecil di bathtub itu. KuraRagiln penisku mulai megeluarkan tanda akan klimaks. Tumben cukup lama sekali aku bertahan. Mungkin karena obat yang diberikan Tante. Kuhentikan gerakan Tante, kuanggukkan kepalaku ke wajahnya yang masih mengulum penisku. Tante berdiri, aku mengikutinya.

Tante membuka vaginanya, aku mengarahkan penisku. Kugosok-gosokkan ke vaginanya. Kutemukan klitosinya. Seperti puting susu, kumasukkan klitoris itu ke dalam lubang penisku. Rangsangannya kuat, sampai-sampai Tante mau jatuh lagi seperti ketika klitorisnya kuhisap kuat-kuat.

Ok, sekarang aku mulai memasukkan penisku. Tante Imas menggenggam penisku, mengarahkan agar bisa masuk. Aku seperti orang bodoh yang harus diajari untuk melakukan gerakan yang kupikir semua laki-laki juga bisa. Ternyata tidak mudah. Dengan susah payah akhirnya kepala penisku masuk.

Seperti tadi, kucoba goyang maju mundur untuk membuatnya siap melanjutkan misinya. Suasana begitu sepi, mungkin sudah malam. Tapi hujan masih menetes satu-satu. Sunyi. Saat itu, tiba-tiba ada ketukan di pintu rumah. Tok...tok...tok... Dan kami diam seperti hendak dipotret saja,

"Imas...Imas, ini aku. bukain pintu dong...", teriak seorang laki-laki.

Kami bagai tersambar geledek, mematung dalam badai. Hujan tadi berlanjut menjadi badai akibat suara itu.

"Mas Iwan...", bisik Tante Imas pelan. Penisku langsung lemas, keluar begitu saja dari vagina yang telah susah payah berusaha dijebolnya.

"Apa yang harus kita lakukan?"

"Aku akan berpura-pura..."

"Kalau aku?"

"Sembunyi saja." "Dimana?" Kata-kata kami meluncur cepat nyaris tak bersuara. Kami berusaha berfikir. Agak sulit, karena sedari tadi hanya menggunakan nafsu.

"Imas, kamu tidur ya? Bukain dong," suara Om Iwan seakan detik-detik bom waktu yang siap meledak. Wajah Tante Imas sedikit cerah.

"Aku ada akal..."

"Gimana?" tanyaku tak sabar.

"Kamu di sini saja dulu. Jangan keluar sebelum kupanggil."

Tante Imas merendam lagi dirinya dalam bathtub, kemudian keluar. Aku menutup pintu kamar mandi, tidak terlalu rapat agar bisa melihat keadaan. Kulihat Tante Imas membawa pakaianku dan menengelamkannya dalam tumpukan jemurannya.

Mengelap lagi sofa dengan dasternya, melemparkan daster itu ke tumpukan jemuran. Kemudian membuka pintu.

Apa yang dilakukannya? Dia sudah gila? Aku bisa mati jika suaminya tahu kami telah berbuat. Belum sih, tapi hanpir menyetubuhi istrinya. Lalu? {Adakah mantra untuk menghilang? Aku takut menghadapi kenyataan Saat ini Di tempat ini Dalam keadaan ini Dengan apa yang telah kulakukan.