Sunday, January 31, 2016

Agen Judi Terpercaya - Bu Guru Masih Perawan

0 comments
 Promosi Terbaru Liga8.com
Likenews - Aku Irul saat ini aku duduk dibangku SMK, sekolahku letanya jauh dari kota, aku kalau berangkat kesekolah naik angkutan yang biasanya ngetem di pinggiran gang masuk rumahku, pada tahun 2014 yang lalu aku mempunyai kisah nyata yaitu aku bertemu guru perawan. Namaku Irul umur 15 tahun, tinggi 168cm, brkulit sawo matang.
unya istirahat sekolah aku dan teman temanku istirahat di kantin langganan aku, disaat itu kami berbarengan dengan guruku panggil saja bu Eka, bodynya langsing, bibirnya tipis, dan payudaranya besar, saat itu kami sedang makan bersama dikantin tersebut.
Bu eka adalah guru kelasku yang mengajr tentang bahasa inggris, aku termasuk anak kesayangan bu Eka karena disaat ulangan nilaiku selalu baik, saat di dalam kelas dan waktu mengajar bu Eka kadang aku lihat selalu melirik nakal ke arahku dengan menjilat bibirnya, kadang membuka roknya sedikit memang sengaja mungkin agar kau bisa melihat dalemanya.
Dan terkadang saya selalu salah tingkah di buatnya (maklum masih perjaka!!!!), dan kelakuannya hanya aku saja yang tahu. Saat istirahat tiba aku di panggil ke kantor oleh ibu itu, dan saat itu aku di suruh mengikutinya dari belakang. Jarak kami terlalu dekat sehingga saat aku berjalan terlalu cepat sampai-sampai tangan ibu Eka tersentuh penisku (karena bu Eka kalau berjalan sering melenggangkan tangannya) yang saat itu sedang tegang akibat tingkahnya di kelas. Namun reaksi ibu Eka hanya tersenyum dan wajahnya sedikit memerah.
Sampai saat aku pulang menaiki bus jemputan kami. Aku dan temanku duduk paling belakang, sedangkan bu Eka duduk di kursi deretan paling depan. Saat semua teman-temanku sudah turun semua (saat itu tinggal aku, bu Eka dan supirnya) bu Eka melirik nakal ke arahku, dan tiba-tiba ia langsung pindah duduknya di sebelahku, dia duduk paling pojok dekat dinding, dan dia menyuruhku pindah di sebelahnya, dan aku pun menanggapi ajakannya.
Saat itu dia meminjan handphoneku, katanya dia mau beli hp yang mirip punyaku (Nokia tipe 6600) entah alasan atau apalah. Saat dia memegang hpku, tiba-tiba hpku berbunyi, dan deringan hpku saat itu berbunyi desahan wanita saat di kentot. “Aaaahhhhh……. ahhhhshhhhshshh…. ooooo…. oooohhhhhh” dan seterusnya ternyata temanku yang menelepon. Tanpa basa basi bu Eka bilang… “Apa ngga ada yang lebih hot, ibu mau dong”. dengan
ada berbisik. Yang membuatku nafsu. “Jangan malu-malu tunjukin aja ama ibu…” Saat itu kupasang earphone dan langsung aku perlihatkan rekaman video porno yang ku dapat dari temanku. Tanpa aku sadari bu Eka meraba kontolku yang saat itu sedang tegang-tegangnya, dan dia terkejut, “Wooow besar sekali anu mu…” Padahal aku punya ngga gede-g ede amat, panjangnya 15 cm dan diameternya 2.3 cm aja yaaa standart lahhhh.
Dan terjadilah percakapan antara aku dan bu Eka. Saat itu dia berbisik padaku… “Aku masih perawan looo……” diiringi dengan desahan. Lalu jawabku “Oh yaaa, saya juga masih perjaka bu…” “Jadi klo gitu kita pertemukan saja antara perjaka dan perawan, pasti nikmat”. Tanpa basa basi lagi. “Ngga ah bu, saya ngga berani!!” “Ayolah… (dengan nada memelas)” “Tapi di mana bu?” tanyaku! “Di hotel aja biar aman” “Tapi saya ngga punya uang bu” “Ngga apa-apa ibu yang bayarin!!!” Dan saat tiba di kamar hotel ibu itupun langsung beraksi tanpa basa basi lagi.
Bu Eka melucuti bajunya satu persatu sambil di iringi dengan desahan yang pertama ia lepaskan adalah jilbab yang menutupi kepalanya, lalu baju, kemudian rok panjangnya dan tibalah saat ia melepaskan BHnya, yang kulihat saat itu adalah toket bu Eka yang putih mulus (mungkin karena sering di tutupi kalleeee) dan putingnya yang masih merah dan pada saat ia mau melepaskan celana dalamnya. “Mau bantuin ngga…..” tanya bu Eka kepadaku.
Lalu hanya kujawab dengan mengangguk saja tanpa basa basi juga, aku mulai melepaskan celana dalamnya yang berwarna putih tipis yang kulihat saat itu adalah jembut tipis saja, lalu aku mulai menyandarkannya di dinding kamar sambil kujilati. Dan timbullah suara desahan yang membuat tegang kontolku. “Aah… ahh….. ahhhshhh… terruusss……. ohhh…… yeahhh……. ooohhhh……. au….. udahh dong ibu ngga tahan lagi…. ooohhhh….. yeah….. o..o… oo…. ohhhh…” Tanpa ku sadari ada cairan yang membasahi wajahku.
Cairan putih ituku hisap dan kutumpahkan ke dalam mulutnya, ternyata bu Eka suka. “Mau lagi donggg……….” lalu aku kembali menghisap pepek bu Eka yang basah dan licin kuat-kuat… “Aaahhhh…. ahhh… aarrgghh…… uh..uh… uh…uh… ouuu….. yeah….. dan di sela teriakan kerasnya muncrat lagi cairan putih kental itu dengan lajunya. “Crroot…. crooot…..” di saat dia terbaring lemas aku menindih badan bu Eka dan selangkangannya kubuka lebar-lebar, lalu aku mencoba memasukkan kontolku ke dalam pepeknya bu Eka dan yang terjadi malah ngga bisa karena sempit.
Saat kutekan kepala kontolku sudah masuk setengah dan ibu itu berteriak. “Ahhhh…. ahhhhhhhhh….. ahhhhh………, sakitttt.. ahhh… pelan-pelan dong…” Seakan tak perduli kutekan lagi. Kali ini agak dalam ternyata seperti ada yang membatasi. ku tekan kuat-kuat. “Ahhhhhh…… aaaaaa……. aaaauuuuu…… sakit…. ohh…. oh….. ooghhhhhh…” aku paksakan saja… akhirnya tembus juga. “Aahhhhhhhhhh……….. aaaahhhhhh….. sakitttttttt…..” bu Eka berteriak keras sekali. Sambil kudorong kontolku maju mundur pelan dan kupercepat goyanganku. “Aaahhhhh…… auhhhhhh….. u.h…. u.u.. hh… a…. u.. u…… hhhhh.hhhh………
Dia terus menjerit kesakitan, dan sekitar 20 kali goyanganku aku terasa seperti mau keluar. Lalu aku arahkan kontolku ke mulutnya dan…. Croot……… crroootttt…… sekitar 5 kali muncrat mulut bu Eka telah di penuhi oleh spermaku yang berwarna putih kental (maklum udah 2 minggu ngga ngocok). Selang beberapa menit aku baru menyadari kalau pepek bu Eka mengeluarkan cairan seperti darah. Lalu ibu Eka cepat-cepat ke kamar mandi. Setalah keluar dari kamar mandi bu Eka langsung menyepong kontolku sambil tiduran di lantai.
Ternyata walaupun perawan bu Eka pandai sekali berpose. Lalu ku pegang pinggul bu Eka dan mengarahkan ke posisi menungging. Lalu aku arahkan kontolku ke pepek bu Eka, lalu ku genjot lagi…. “Oohhh….. oh……. o….. h.h.h.h.hh.. h.hhhhh…… hhhhhh.. hhhhh… yeahhhhh oouu…. yesssss….. ooohhhhh… yeahhhhh…” Saat aku sudah mulai bosan ku cabut kontolku lalu ku arah kan ke buritnya “Sakit ngga…..” tanya bu Eka. “Paling dikit bu…..” jawabku sambil aku mencoba memasukkan tetapi ngga bisa karena terlalu sempit. “Ngga apa-apa kok kan masih ada pepekku mau lagi nggaaaa…..” tanya bu Eka.
Lalu kukentot lagi pepeknya tapi sekarang beda waktu aku memasukkan kontolku ke dalam, baru sedikit saja sudah di telan oleh pepeknya. Ternyata pepek bu Eka mirip dengan lumpur hidup. Aku mengarahkan kontolku lagi . “Aahhh… ahhh… ahhh…. ahh…. oooouuuhh….. yeah… ou…. ou… ohhhhhh… dan saat sekitar 15 kali goyanganku bu Eka melepaskan kontolku. “Aku mau keluar….” “Aku juga bu…., kita keluarin di dalem aja buu…” “Iya deeh” jawabnya. Lalu kumasukkan lagi kontolku kali ini aku menusuknya kuat-kuat. “Aaaahhhh……. ahhhh………. aaaahhhhhh. ooooouuuuuuhh…..” saat teriakan panjang itu aku menyemprotkan spermaku ke dalam pepeknya. Crroooot…. crootttt… aku mendengar kata- katanya. “Nikmat sekali…….” Dan aku pun tidur sampai pagi dengan menancapkan kontolku di dalam pepeknya dengan posisi berhadapan ke samping.

Agen Judi Terpercaya - Berawal Les Gratis, Hingga Ngesex Gratis

0 comments
 Promosi Terbaru Liga8.com
Likenews - Saat aku masih jadi mahasiswa, aku dulu memilih jurusan bahasa inggris, karena dari SMA nilai bhasa inggrisku selalu mendapatkan nilai baik, maka dari itu aku memlilih jurusan bahasa inggris, perkenalanku dengan gadis cute, Farah namanya dia cantik dengan bulu mata yang lentik dan bibir yang tipis.
Dari perkenalan itu aku mulai beraksi dengan memberikan les gratis ke rumahnya karena permintaan dia sendiri, sungguh hatiku deg deg an mendengar perkataanya dia kepadaku, terlintas aku sempat ada pikiran kotor dalam otakku, rencana rencana buruk masuk di telinga dan pikiranku.
Burungku berdiri bila membayangkan dengan Farah jika kita berhubungan intim, melkihat dadanya yang super gede dan pantatnya yang padat, burungku semakin mengeras bila memang itu terjadi, saat kita duduk bersama si Farah berkata denganku.
“Kak, ajarin aku PR bahasa Inggris dong” pintanya sambil tersenyum.
“Boleh, emang PR nya susah ya?” tanyaku basa-basi.
“Iya, banyak lagi”
“Ya sudah, kamu ambil bukunya, nanti aku ajari” pintaku sambil mataku tak berhenti.
“Ini kak, bukunya, ” Tiba-tiba suara merdu mengagetkan lamunanku.
“Eh, Farah, cepet banget ambil bukunya?” tanyaku berdalih dan gelagapan.
“Rumahku dekat dari sini, yang itu, cat warna merah?”
Ia menunjukkan rumahnya sambil menudingkan telunjuknya. Aku perhatikan bagian dadanya, saat dia menunujuk, kulihat dari sela ketiaknya bulatan dadanya yang terbungkus kaos sungguh indah, apalagi terbuka tiada satu lehai benangpun yang menutupinya. Pikiranku mulai kotor.
“Kak, di ajak ngomong kok malah bengong.”
Farah dengan cepat menurunkan tangannya dan me-nekuk punggungnya sehingga busungan dadanya mengecil. Rupanya dia tahu apa yang aku perhatikan. Tapi meskipun posisinya begitu, tetap saja dadanya terlihat, karena ukurannya sedikit besar. Dia tersenyum memperhatikanku, menjadikan aku salah tingkah.
“Ah, enggak, enggak bengong kok,” jawabku sekenanya. Lalu aku meminta buku PR nya.
“Wah, ini mah sedikit susah, aku harus liat buku panduanku dulu”
Aku mencari alas an agar aku bebas berduaan dengannya.
“Buku panduan apaan sih?” tanya Farah.
“Pelajaran kuliahku, atau begini aja, kamu besok sepulang sekolah mampir ke rumahku, nanti aku ajari sampai bisa”
Alasanku mulai kususun untuk menjebaknya.
“Ya sudah, besok aja ya”
Aku menyerahkan kembali buku PR nya sambil meremas tangannya, Farah buru-buru menarik tangannya sambil tersenyum dan lari menuju rumahnya. Sebelum menghilang di balik tikungan, dia tersenyum penuh arti kepadaku. Tepat jam 1 siang Farah datang di saat aku lagi tiduran di kamarku. Pintu kamarku di ketuk.
“Kak…, kak…”
Farah memanggil, lalu kubuka pintu kamarku dan menyuruhnya duduk di sofa ruang tamu. Sementara aku ganti pakaian. Setelah basa-basi aku lantas mengerjakan Prnya dan mengajarinya bahasa inggris. Burungku yang sedari kedatangannya tegang kini mulai terasa pegal dan tak terhitung berapa kali aku menelan air liur, saat dia membungkuk dan secara tak sengaja aku mengintip belahan dadanya.
Aku memperhatikan wajahnya yang sekarang begitu dekat dan mencium parfumnya yang bercampur sedikit keringat.
“Capek..?” kataku setelah dia selesai menulis Prnya dan menghela nafas berat kelelahan.
“Iya, sedikit…”
“Apanya yang capek?” tanyaku.
“Tangannya pegel, dari tadi nulis melulu” sembari memijit tangan kanannya.
“Ah, enak kak” desah Farah sambil menikmati pijatanki.
Akupun semakin berani memijat, dari tangan pindah ke bahu, dari bahu pindah ke pangkal leher. Farah terlihat memejamkan mata. Sepertinya Farah meresapi pijatan di pangkal lehernya.
“Enak enggak?” tanyaku parau.
“Enak sekali kak” desah Farah membuat anuku semakin keras.
Akupun memberanikan diri membuka kancing bajunya yang paling atas, dan dia diam saja. Satu kancing baju sudah cukup bagiku untuk melihat betapa mulusnya mundak ABG ini. Akupun melakukan pemijatan yang pelan dan setengah mengelus elus pundak tersebut.
“Ah.. Enak sekali kak, aku jadi ngantuk”
Terlihat Farah sudah sedikit tergoda dengan trik yang kumainkan.
“Enggak papa kalau kamu sambil tiduran, aku pijit komplit deh” Aku menawarkan jasa gratis.
“Enggak ah, begini juga sudah enak.” Farah menjawab sambil terpejam.
Aku terangsang bukan kepalang dan burungku sudah berdenyut kencang. Aku meraba pundak dan turun sedikit ke bagian dada atasnya. Dan Farah masih terdiam. Aku melangkah ke belakang tubuhnya dan terus melakukan usapan, dan berusaha menempelkan anuku ke punggungnya. Hangat. Aku beranikan untuk membuka kancing bajunya yang kedua dan dia masih diam sambil terpejam. Aku sudah tak tahan, aku raba dadanya yang montok dengan kedua telapak tanganku dan meremasnya perlahan.
“Ah. Kak… Jangan… Malu, nanti dilihat orang,” kata Farah sambil berusaha memegang kedua tanganku.
Tapi Farah tidak berusah menghentikan aktifitas tanganku yang sedang mengelus benda bundar di dadanya. Kemudian aku mencium lehernya yang putih dari belakang.
“Ah… Kak… Aku malu nanti dilihat orang,” katanya sambil menghindar dari ciumanku.
Aku terus berusaha mencium lehernya dari belakang saat Farah berusaha berdiri dan memeluknya. Tangan kiriku memeluk perut, tangan kananku memeluk dadanya. Dia Seperti kaget melihat tindakanku yang agresif ini. Tapi Farah tidak berusaha menghindar.
“Farah… Kamu cantik sekali,” gumamku dengan suara parau.
Farah hanya berdiri terdiam. Tangannya memgangi tanganku yang meraba dadanya. Matanya terpejam dan mulutnya mendesah.
“Ah… Kakk…”
Tangan kananku berpindah dari dada turun mengelus pahanya. Aku singkap rok birunya, burungku aku tempelkan pada belahan pantatnya yang bahenol. Aku gesekkan kontolku pelan pelan. Enak sekali rasanya. Aku buka kancing ketiga, keempat dan semua…
Farah diam saja. Tangan kananku mencoba meraba daerah terlarangnya, tapi tiba-tiba, tanganku di pegangnya dan ditepiskannya. Tanpa sepatah kata dia berlari ke kamarku yang tidak aku kunci. Aku kaget. Namun aku jadi lega karena ia berlari ke arah kamar. Berarti…
Aku segera menyulus dengan cepat ke arah kamar sambil membenarkan posisi kontolku yang menonjol, karena aku tidak pakai CD. Aku kunci kamar dan aku melihat Farah berdiri di depan cermin besar dengan masih posisi bajunya terbuka, tidak dikancingkan. Aku mendekat dan aku raih mukanya dengan kedua tanganku dan kemudian tanpa kata-kata aku mencium bibirnya yang aduhai.
“Emmm…”
Tangan kananku mencoba membuka pakaian seragam SMPnya. Dan kini terpampang kedua dadanya yang dilapisi BH merah. Dia sudah tidak perduli lagi dengan usahaku, bahkan tangannya merangkul leherku sambil membalas lumatan bibirku.
Aku semakin berani membuka kancing Bhnya, sambil mengelus punggungnya. Sementara bibirku terus mecium bibirnya dengan lahap. Tak ada kata yang terucap, hanya suara beradunya bibir dan dengau nafas yang kian memburu. Aku berhasil membuka Bhnya, tapi kedua tangannya menutupi dadanya seolah tidak boleh dilihat. Aku tidak perduli. Aku singkap rok birunya dan aku elus-elus pantatnya sambil menempelkan kontolku tepat ke selangkangannya. Aku tekan sedikit dengan tanganku yang menempel di pantatnya. Farah pun menekan selangkangannya ke depan.
“Ah…, Farah…”
Aku mencoba membuka resleting roknya dan dengan sekali sentak, jatuhlah rok itu ke lantai.
“Kak… Mau ngapain sihhh pake lepas rokk…” suaranya sudah tidak beraturan.
“Enggak papa, cuma mau liat aja…” jawabku sekenanya.
Tangan kanan Farah menutup vagina nya dan tangan kiri menutup buah dadanya. Tapi aku terus mencium sekenanya.
“Farah… Kakak boleh pegang ini enggak?” tanyaku sambil meraba toketnya.
“Enggak boleh…?” katanya sambil tersenyum manis.
“Sedikit aja, masak enggak boleh sih..” aku merayu.
Farah tidak menjawab dengan kata-kata tapi dia tiba-tiba memelukku dengan menempelkan toketnya ke dadaku. Empuk banget. Enak. Aku pegang payudara sebelah kirinya dengan tangan kananku dan kuremas perlahan.
“Ah…” Farah mendesah.
Tangan kiriku meraba resleting celanaku dan membukanya dan…
“Kak… Farahii takut…” katanya sambil terus melihat ke kontolku yang ngacung tepat ke arah vagina nya yang masih tertutup CD.
“Enggak usah takut, enak kok, nanti kamu rasain aja, pasti ketagihan”
Lalu aku tuntun tangannya untuk memegang kontolku.
“Begini ya bentuknya kontol laki-laki…” kata Farah sambil memegang dan memperhatikan.
“Emang kamu belum pernah tahu?” tanyaku.
“Selama ini Farah hanya baca di stensil dan membayangkan aja… Gimana bentuknya..”
Pantas, pikirku sedikit aneh, karena sejak dari tadi Farah tidak berusaha untuk menghindar atau melawan saat aku kerjai, rupanya dia penasaran dan ingin tahu lebih banyak tentang lelaki dan membuktikan kebenaran cerita dari stensil yang dia baca.
“Apa semua bentuk kontol laki begini ya…?” Farah bertanya sambil mengelus.
“Eemm… Shhh… Iyyaa… Samaa…” jawabku keenakan karena elusan tangannya. Lalu aku mencium teteknya dan menghisapnya.
“Ahhh… Enak kak…” desahnya.
Tangannya semakin kencang memegang Kontolku. Aku coba membuka CD nya dengan tangan kiri sementara tangan kanan meremas pantatnya. Sedikit turun CD nya. Tapi sudah cukup untuk memamerkan bulu-bulu tebal yang ada di sekitar vagina nya.
“Farah… Enakkk enggak…?” tanyaku basa-basi.
“Enakkk kakk…?” jawabnya dengan mata tertutup.
Lalu aku sodokkan kontolku ke arah vagina nya yang masih rapat karena posisinya berdiri. Hangat dan basah. Aku gesek terus maju mundur dan enak sekali aku rasakan. Farahpun terlihat mendesah dan memelukku erat. Pantatnya aku dorong ke arahku seirama dengan sodokanku ke vagina nya.
“Ahh… Ahh… Ehmmm…” Farah mendesah enggak karuan.
Aku sadar bahwa kontol ku tidak masuk ke lubang vagina nya, hanya menggesek bagian luar dan mungkin klit nya. Tapi enaknya bukan kepalang.
“Kak… Aku… Mau pipisss… Ohhh… Kak… Ohhh…” Farah mendesah panjang. Rupanya dia mau klimaks, hanya dia tidak tahu, makanya disebutnya mau pipis.
“Ah… Kakakkk… Juggaaa mauuu… Oh… Shhh… Ouhhh…”
Farah memeluk erat sekali. Semakin erat dan erat… Aku dorong kuat pantatku kedepan dan tanganku mendorong pantanya kuat kuat. Dan muncratlah spermaku.
“Ahhh… Oh… Shhh… Farahii… Ouhhh…”
Farah tak kalah semangatnya. Dia mendorongkan pantatnya maju bersamaan dengan klimak yang ia dapat.
“Kakkk… Ahhh… Ahhh… Shhh…” Dipeluknya aku erat-erat hingga hampir 1 menit.
“shhh… Aduhhh… Enakkk… Viii…”
Gumamku disela-sela pelukannya yang erat. Keringat bercucuran dari kening dan punggung Farah. Aku elus semua tubuhnya dan kuremas payudara dan pantatnya. Tampak ketegangan menyelimuti mukanya yang ayu. Matanya masih tertutup menikmati sisa-sisa kenikmatan yang ada. Setelah itu Farah melepaskan pelukannya dan menuju kasur yang aku gelar sebagai tempat tidur. Dia baringkan tubuhnya di situ dengan kaki di tekuk dan tangan di satukan menutupi toketnya. Matanya kemudian terpejam dengan bibir tersenyum di tahan.
Aku sibuk mencari lap untuk mengelap cairan sperma yang tumpah di lantai dan sisa yang menempel di kontol ku. Sambil mengelap Kontol, aku perhatikan Farah yang terbaring meringkuk di kasur. Ah… Indah sekali bentuk tubuhnya. Aku mengenakan sarung dan menyelimutinya dan duduk di sampingnya.
“Farah… Kamu pernah melakukan ini ya? tanyaku menyelidik.
“Enggak pernah.” Jawabnya dengan tegas.
“Tapi kamu kok sepertinya tenang-tenang aja waktu aku…” kataku
“Aku penasaran kak, apa iya enak dan asyik seperti cerita di stensil”
“Kamu enggak keberatan kita begini?” tanyaku.
“Aku juga heran, kenapa aku enggak bias nolak dan sulit untuk melarang.”
“Kamu ngarepin juga kan?” kataku sambil tersenyum
“Ihhh… Enak aja…” Farah mencubit pahaku.
Demikianlah ceritaku dengan Farah gadis Kuliah yang aku ajari Les gratis hingga mendapatkan memeknya dengan gratis juga.

Agen Judi Terpercaya - Kurang Puas Aku Digilir 3 Dosenku

0 comments
 Promosi Terbaru Liga8.com
Likenews - Saat ini aku masih di semester 5 di universitas swasta Jakarta, perkenalkan nama aku Fita, dan kisah ini akan aku ceritakan semua untuk pembaca cerita dewasa, suatu hari kalau tidak lupa hari Selasa dimana hari itu hari yang paling melelahkan bagi aku, kenapa tidak karena ada tiga mata kuliah yang mana awalnya jam 9 pagi pulangnya jam 7 malam.
Kala itu dosennya yang mengajar adalah Pak Galih, waktu sudah menunjukan pukul 7 malam jam perkuliahan sudah berakhir, kala itu di ruangan hanya ada 6 orang yang ikut perkuliahan pak Galih, aku duduk dekat dengan Dimas yang mana Dimas itu adalah teman seangkatanku dan pernah terlibat one night stand denganku, saat keluar ruangan Dimas bertanya padaku “dimana parkirnya” , aku jawab “ jauh nih dekat kampus Ekonomi”.
Karena Dimas memang orang nya baik dia mengantarku untuk menuju ke parkiran karena perjalanan menuju parkiran jarang akan penerangan, Orangnya sih lumayan cakep dengan rambut agak gondrong dan selalu memakai pakaian bermerek ke kampus, juga terkenal sebagai buaya kampus. Malam itu hanya tinggal beberapa kendaraan saja di tempat parkir itu.
Terdengar bunyi sirine pendek saat kutekan remote mobilku. Akupun membuka pintu mobil dan berpamitan padanya. Ketika aku menutup pintu, tiba-tiba aku dikejutkan oleh Dimas yang membuka pintu sebelah dan ikut masuk ke mobilku. “Eeii… mau ngapain kamu ?” tanyaku sambil meronta karena Dimas mencoba mendekapku.
Ayo dong Fita, kita kan sudah lama nggak melakukan hubungan badan nih, aku kangen sama vagina kamu nih” katanya sambil menangkap tanganku. “Ihh… nggak mau ah, aku capek nih, lagian kita masih di tempat parkir gila !” tolakku sambil berusaha lepas. Karena kalah tenaga dia makin mendesakku hingga mepet ke pintu mobil dan tangan satunya berhasil meraih payudaraku lalu meremasnya. “Dimas… jangan… nggak mmhhh!” dipotongnya kata-kataku dengan melumat bibirku.
Jantungku berdetak makin kencang, apalagi Dimas menyingkap kaos hitam ketatku yang tak berlengan dan tangannya mulai menelusup ke balik BH- ku. Nafsuku terpancing, berangsur- angsur rontaanku pun melemah. Rangsangannya dengan menjilat dan menggigit pelan bibir bawahku memaksaku membuka mulut sehingga lidahnya langsung menerobos masuk dan menyapu telak rongga mulutku, mau tidak mau lidahku juga ikut bermain dengan lidahnya.
Nafasku makin memburu ketika dia menurunkan cup BH ku dan mulai memilin-milin putingku yang kemerahan. Teringat kembali ketika aku ML dengannya di kostnya dulu. Kini aku mulai menerima perlakuannya, tanganku kulingkarkan pada lehernya dan membalas ciumannya dengan penuh gairah. Kira-kira setelah lima menitan kami ber-French kiss, dia melepaskan mulutnya dan mengangkat kakiku dari jok kemudi membuat posisi tubuhku memanjang ke jok sebelah.
Hari itu aku memakai bawahan berupa rok dari bahan jeans 5 cm diatas lutut, jadi begitu dia membuka kakiku, langsung terlihat olehnya pahaku yang putih mulus dan celana dalam pink-ku. “Kamu tambah nafsuin aja Fita, aku sudah tegangan tinggi nih” katanya sambil menaruh tangannya dipahaku dan mulai mengelusnya. Ketika elusannya sampai di pangkal paha, diremasnya daerah itu dari luar celana dalamku sehingga aku merintih dan menggeliat.
Reaksiku membuat Dimas makin bernafsu, jari-jarinya mulai menyusup ke pinggiran celana dalamku dan bergerak seperti ular di permukaannya yang berbulu. Mataku terpedam sambil mendesah nikmat saat jarinya menyentuh klistorisku. Kemudian gigitan pelan pada pahaku, aku membuka mata dan melihatnya menundukkan badan menciumi pahaku. Jilatan itu terus merambat dan semakin jelas tujuannya, pangkal pahaku.
Dia makin mendekatkan wajahnya ke sana sambil menaikkan sedikit demi sedikit rokku. Dan… oohh… rasanya seperti tersengat waktu lidahnya menyentuh bibir vaginaku, tangan kanannya menahan celana dalamku yang disibakkan ke samping sementara tangan kirinya menjelajahi payudaraku yang telah terbuka. Aku telah lepas kontrol, yang bisa kulakukan hanya mendesah dan menggeliat, lupa bahwa ini tempat yang kurang tepat, goyangan mobil ini pasti terlihat oleh orang di luar sana. Namun nafsu membuat kami terlambat menyadari semuanya.
Di tengah gelombang birahi ini, tiba- tiba kami dikejutkan oleh sorotan senter beserta gedoran pada jendela di belakangku. Bukan main terkejutnya aku ketika menengok ke belakang dan melihat dua orang satpam sampai kepalaku kejeduk jendela, begitu juga Dimas, dia langsung tersentak bangun dari selangkanganku. Satu dari mereka menggedor lagi dan menyuruh kami turun dari mobil.
Tadinya aku mau kabur, tapi sepertinya sudah tidak keburu, lagian takutnya kalau mereka mengejar dan memanggil yang lain akan semakin terbongkar skandal ini, maka kamipun memilih turun membicarakan masalah ini baik- baik dengan mereka setelah buru-buru kurapikan kembali pakaianku. Mereka menuduh kami melakukan perbuatan mesum di areal kampus dan harus dilaporkan.
Tentu saja kami tidak menginginkan hal itu terjadi sehingga terjadi perdebatan dan tawar-menawar di antara kami. Kemudian yang agak gemuk dan berkumis membisikkan sesuatu pada temannya, entah apa yang dibisikkan lalu keduanya mulai cengengesan melihat ke arahku. Temannya yang tinggi dan berumur 40- an itu lalu berkata, “Gini saja, bagaimana kalau kita pinjam sebentar cewek kamu buat biaya tutup mulut ?” Huh, dasar pikirku semua laki-laki sama saja pikirannya tak jauh dari selangkangan.
Rupanya dalam hal ini Dimas cukup gentleman juga, walaupun dia bukan pacarku, tapi dia tetap membelaku dengan menawarkan sejumlahUANG dan berbicara agak keras pada mereka. Di tengah situasi yang mulai memanas itu akupun maju memegangi tangan Dimas yang sudah terkepal kencang. “Sudahlah Mas, nggak usah buang-buang duit sama tenaga, biar aku saja yang beresin” kataku “Ok, bapak-bapak aku turuti kemauan kalian tapi sesudahnya jangan coba ungkit-ungkit lagi masalah ini !” Walaupun Dimas keberatan dengan keputusanku, namun dia mau tidak mau menyerah juga.
Aku sendiri meskipun kesal tapi juga menginginkannya untuk menuntaskan libidoku yang tanggung tadi, lagipula bermain dengan orang- orang seperti mereka bukan pertama kalinya bagiku. Singkat cerita kamipun digiring mereka ke gedung psikologi yang sudah sepi dan gelap, di ujung koridor kami disuruh masuk ke suatu ruangan yang adalah toilet pria.
Salah seorang menekan sakelar hingga lampu menyala, cukup bersih juga dibanding toilet pria di fakultas lainnya pikirku. “Nah, sekarang kamu berdiri di pojok sana, perhatiin baik-baik kita ngerjain cewek kamu !” perintah yang tinggi itu pada Dimas. Di sudut lain mereka berdiri di sebelah kanan dan kiriku menatapi tubuhku dalam pakaian ketat itu.
Sorot mata mereka membuatku nervous dan jantungku berdetak lebih cepat, kakiku serasa lemas bak kehilangan pijakan sehingga aku menyandarkan punggungku ke tembok. Kini aku dapat melihat nama-nama mereka yang tertera di atas kantong dadanya. Yang tinggi dan berusia sekitar pertengahan 40 itu namanya Egy, dan temannya yang berkumis itu bernama Romli. Pak Egy mengelusi pipiku sambil menyeringai mesum. “Hehehe… cantik, mulus… wah beruntung banget kita malam ini !” katanya “Kenalan dulu dong non, namanya siapa sih ?” tanya Pak Romli sambil menyalami tanganku dan membelainya dari telapak hingga pangkalnya, otomatis bulu- buluku merinding dan darahku berdesir dielus seperti itu. “Fita” jawabku dengan agak bergetar. “Wah Fita yah, nama yang indah kaya orangnya, pasti dalemnya juga indah” Pak Egy menimpali dan disambut gelak tawa mereka. “Non Fita coba sun aku dong, boleh kan ?” pinta Pak Romli memajukan wajahnya Aku tahu itu bukan permintaan tapi keharusan, maka kuberikan satu kecupan pada wajahnya yang tidak tampan itu. “Ahh…non Fita ini di mobil lebih berani masak di sini cuma ngecup aja sih, gini dong harusnya” Kata Pak Egy seraya menarik wajahku dan melumat bibirku.
Aku memejamkan mata mencoba meresapinya, dia makin ganas menciumiku ditambah lagi tangannya sudah mulai meremas-remas payudaraku dari luar. Lidahnya masuk bertemu lidahku, saling menjilat dan berpilin, bara birahi yang sempat padam kini mulai terbakar lagi, bahkan lebih dahsyat daripada sebelumnya. Aku makin berani dan memeluk Pak Egy, rambutnya kuremas sehingga topi satpamnya terjatuh.
Sementara dibawah sana kurasakan sebuah tangan yang kasar meraba pahaku. Aku membuka mata dan melihatnya, disana Pak Romli mulai menyingkap rokku dan merabai pahaku. Pak Egy melepas ciumannya dan beralih ke sasaran berikutnya, dadaku. Kaos ketatku disingkapnya sehingga terlihatlah buah dadaku yang masih terbungkus BH pink, itupun juga langsung diturunkan. “Wow teteknya montok banget non, putih lagi” komentarnya sambil meremas payudara kananku yang pas di tangannya. Pak Romli juga langsung kesengsem dengan payudaraku, dengan gemas dia melumat yang kiri.
Mereka kini semakin liar menggerayangiku. Putingku makin mengeras karena terus dipencet-pencet dan dipelintir Pak Egy sambil mencupangi leher jenjangku, dia melakukannya cukup lembut dibandingkan Pak Romli yang memperlakukan payudara kiriku dengan kasar, dia menyedot kuat-kuat dan kadang disertai gigitan sehingga aku sering merintih kalau gigitannya keras. Namun perpaduan antara kasar dan lembut ini justru menimbulkan sensasi yang khas. Tak kusadari rokku sudah terangkat sehingga angin malam menerpa kulit pahaku, celana dalamku pun tersingkap dengan jelas.
Pak Romli menyelipkan tangannya ke balik celana dalamku sehingga celana dalamku kelihatan menggembung. Tangan Pak Egy yang lainnya mengelusi belakang pahaku hingga pantatku. Nafasku makin memburu, aku hanya memejamkan mata dan mengeluarkan desahan-desahan menggoda. Aku merasakan vaginaku semakin basah saja karena gesekan- gesekan dari jari Pak Romli, bahkan suatu ketika aku sempat tersentak pelan ketika dua jarinya menemukan lalu mencubit pelan biji klitorisku. Reaksiku ini membuat mereka semakin bergairah.
Pak Romli meraih tangan kiriku dan menuntunnya ke penisnya yang entah kapan dia keluarkan. “Waw…keras banget, mana diamaternya lebar lagi” kataku dalam hati “bisa mati orgasme nih aku” Aku mengocoknya perlahan sesuai perintahnya, semakin kukocok benda itu makin membengkak saja. Pak Romli menarik tangannya keluar dari celana dalamku, jari-jarinya basah oleh cairan vaginaku yang langsung dijilatinya seperti menjilat madu.
Kemudian aku disuruh berdiri menghadap tembok dan menunggingkan pantatku pada mereka, kusandarkan kedua tanganku di tembok untuk menyangga tubuhku. “Asyik nih, malam ini kita bisa ngerasain pantat si non yang putih mulus ini” celoteh Pak Romli sambil meremasi bongkahan pantatku yang sekal. Aku menoleh ke belakang melihat dia mulai menurunkan celana dalamku, disuruhnya aku mengangkat kaki kiri agar bisa meloloskan celana dalam.
Akhirnya pantatku yang sudah telanjang menungging dengan celana dalamku masih menggantung di kaki kanan. “Pak masukin sekarang dong” pintaku yang sudah tidak sabar marasakan batang-batang besar itu menjejali vaginaku. “Sabar non, bentar lagi, bapak suka banget nih sama vagina non, wangi sih !” kata Pak Romli yang sedang menjilati vaginaku yang terawat baik.
Aku Usep mendorong penisnya pada vaginaku, walaupun sudah becek oleh lendirku dan ludahnya, aku masih merasa nyeri karena penisnya yang tebal tidak sebanding ukurannya dengan liang senggamaku. Aku merintih kesakitan merasakan penis itu melesak hingga amblas seluruhnya. Tanpa memberiku waktu beradaptasi, dia langsung menyodok-nyodokkan penisnya dengan kecepatan yang semakin lama semakin tinggi.
Pak Egy sejak posisiku ditunggingkan masih betah berjongkok diantara tembok dan tubuhku sambil mengenyot dan meremas payudaraku yang tergantung persis anak sapi yang sedang menyusu dari induknya. Pak Romli terus menggenjotku dari belakang sambil sesekali tangannya menampar pantatku dan meninggalkan bercak merah di kulitnya yang putih.
Genjotannya semakin mambawaku ke puncak birahi hingga akupun tak dapat menahan erangan panjang yang bersamaan dengan mengejangnya tubuhku. Tak sampai lima menit dia pun mulai menyusul, penisnya yang terasa makin besar dan berdenyut-denyut menggesek makin cepat pada vaginaku yang sudah licin oleh cairan orgasme. “Ooohh… oohh… di dalam yah non… sudah mau nih” bujuknya dengan terus mendesah “Ahh… iyahh… di dalam aja… ahh” jawabku terengah-engah di tengah sisa-sisa orgasme panjang barusan.
Akhirnya diiringi erangan nikmat dia hentikan genjotannya dengan penis menancap hingga pangkalnya pada vaginaku, tangannya meremas erat-erat pinggulku. Terasa olehku cairan hangat itu mengalir memenuhi rahimku, dia baru melepaskannya setelah semprotannya selesai. Tubuhku mungkin sudah ambruk kalau saja mereka tidak menyangganya kuhimpun kembali tenaga dan nafasku yang tercerai-berai.
Setelah mereka melepaskan pegangannya, aku langsung bersandar pada tembok dan merosot hingga terduduk di lantai. Kuseka dahiku yang berkeringat dan menghimpun kembali tenaga dan nafasku yang tercerai- berai, kedua pahaku mengangkang dan vaginaku belepotan cairan putih seperti susu kental manis. “Hehehe…liat nih, air sperma aku ada di dalam vagina wanita kamu” kata Pak Romli pada Dimas sambil membentangkan bibir vaginaku dengan jarinya, seolah ingin memamerkan cairan spermanya pada Dimas yang mereka kira pacarku. Opps…omong-omong tentang Dimas, aku hampir saja melupakannya karena terlalu sibuk melayani kedua satpam ini, ternyata sejak tadi dia menikmati liveshow ini di sudut ruangan sambil mengocok-ngocok penisnya sendiri.
Kasihan juga dia pikirku cuma bisa melihat tapi tidak boleh menikmati, dasar buaya sih, begitu pikirku. Sekarang, Pak Romli menarik rambutku dan menyuruhku berlutut dan membersihkan penisnya, Pak Egy yang sudah membuka celananya juga berdiri di sebelahku menyuruhku mengocok penisnya. Hhmmm…nikmat sekali rasanya menjilati penisnya yang berlumuran cairan kewanitaanku yang bercampur dengan sperma itu, kusapukan lidahku ke seluruh permukaannya hingga bersih mengkilap, setelah itu juga kuemut-emut daerah helmnya sambil tetap mengocok milik Pak Egy dengan tanganku.
Aku melirik ke atas melihat reaksinya yang menggeram nikmat waktu kugelikitik lubang kencingnya dengan lidahku. “Hei, sudah dong aku juga mau disepongin sama si non ini” potong Pak Egy ketika aku masih asyik memain- mainkan penis Pak Romli. Pak Egy meraih kepalaku dan dibawanya ke penisnya yang langsung dijejali ke mulutku.
Miliknya memang tidak sebesar Pak Romli, tapi aku suka dengan bentuknya lebih berurat dan lebih keras, ukurannya pun pas dimulutku yang mungil karena tidak setebal Pak Romli, tapi tetap saja tidak bisa masuk seluruhnya ke mulut karena cukup panjang. Aku mengeluarkan segala teknik menyepongku mulai dari mengulumnya hingga mengisap kuat- kuat sampai orangnya bergetar hebat dan menekan kepalaku lebih dalam lagi.
Waktu sedang enak-enak menyepong, tiba- tiba Dimas mengerang, memancingku menggerakkan mata padanya yang sedang orgasme swalayan, spermanya muncrat berceceran di lantai. Pasti dia sudah horny banget melihat adegan-adegan panasku. Merasa cukup dengan pelayanan mulutku, Pak Egy mengangkat tubuhku hingga berdiri, lalu dihimpitnya tubuhku ke tembok dengan tubuhnya, kaki kananku diangkat sampai ke pinggangnya. Dari bawah aku merasakan penisnya melesak ke dalamku, maka mulailah dia mengaduk- aduk vaginaku dalam posisi berdiri.
Berulang-ulang benda itu keluar-masuk pada vaginaku, yang paling kusuka adalah saat-saat ketika hentakan tubuh kami berlawanan arah, sehingga penisnya menghujam vaginaku lebih dalam, apalagi kalau dengan tenaga penuh, kalau sudah begitu wuihh… seperti terbang ke surga tingkat tujuh rasanya, aku hanya bisa mengekspresikannya dengan menjerit sejadi-jadinya dan mempererat pelukanku, untung gedung ini sudah kosong, kalau tidak bisa berabe nih. Sementara mulutnya terus melumat leher, mulut, dan telingaku, tanganya juga menjelajahi payudara, pantat, dan pahaku.
Gelombang orgasme kini mulai melandaku lagi, terasa sekali darahku bergolak, akupun kembali menggelinjang dalam pelukannya. Saat itu dia sedang melumat bibirku sehingga yang keluar dari mulutku hanya erangan- erangan tertahan, air ludah belepotan di sekitar mulut kami. Di sudut lain aku melihat Pak Romli sedang beristirahat sambil merokok dan mengobrol dengan Dimas.
Pak Egy demikian bersemangatnya menyetubuhiku, bahkan ketika aku orgasmepun dia bukannya berhenti atau paling tidak memberiku istirahat tapi malah makin kencang. Kakiku yang satu diangkatnya sehingga aku tidak lagi berpijak di tanah disangga kedua tangan kekar itu. Tusukan-tusukannya terasa makin dalam saja membuat tubuhku makin tertekan ke tembok.
Sungguh kagum aku dibuatnya karena dia masih mampu menggenjotku selama hampir setengah jam bahkan dengan intensitas genjotan yang stabil dan belum menunjukkan tanda-tanda akan klimaks. Sesaat kemudian dia menghentikan genjotannya, dengan penis tetap menancap di vaginaku, dia bawa tubuhku yang masih digendongnya ke arah kloset.
Disana barulah dia turunkan aku, lalu dia sendiri duduk di atas tutup kloset. “Huh…capek non, ayo sekarang gantian non yang goyang dong” perintahnya Akupun dengan senang hati menurutinya, dalam posisi seperti ini aku dapat lebih mendominasi permainan dengan goyangan-goyangan mautku. Tanpa disuruh lagi aku menurunkan pantatku di pangkuannya, kuraih penis yang sudah licin itu dan kutuntun memasuki vaginaku. Setelah menduduki penisnya, aku terlebih dahulu melepaskan baju dan bra-ku yang masih menggantung supaya lebih lega, soalnya badanku sudah panas dan bemandikan keringat, yang masih tersisa di tubuhku hanya rokku yang sudah tersingkap hingga pinggang dan sepasang sepatu hak di kakiku.
Aku menggoyangkan tubuhku dengan gencar dengan gerakan naik- turun, sesekali aku melakukan gerakan meliuk sehingga Pak Egy mengerang karena penisnya terasa diplintir. Kedua tangannya meremasi payudaraku dari belakang, mulutnya juga aktif mencupangi pundak dan leherku. Tiba-tiba aku dikejutkan oleh tangan besar yang menjambak rambutku dan mendongakkan wajahku ke atas. Dari atas wajah Pak Romli mendekat dan langsung melumat bibirku. Dimas yang sudah tidah bercelana juga mendekatiku, sepertinya dia sudah mendapat ijin untuk bergabung, dia menarik tanganku dan menggenggamkannya pada batang penisnya. “Mmpphh… mmmhh !” desahku ditengah keroyokan ketiga orang itu.
Toilet yang sempit itu menjadi penuh sesak sehingga udara terasa makin panas dan pengap. “Ayo dong Fita… emut, sepongan kamu kan mantep banget” Dimas menyodorkan penisnya kemulutku yang langsung kusambut dengan kuluman dan jilatanku, aku merasakan aroma sperma pada benda itu, lidahku terus menjelajah ke kepala penisnya dimana masih tersisa sedikit cairan itu, kupakai ujung lidah untuk menyeruput cairan yang tertinggal di lubang kencingnya. Ini tentu saja membuat Dimas blingsatan sambil meremas-remas rambutku.
Aku melakukannya sambil terus bergoyang di pangkuan Pak Egy dan mengocok penisnya Pak Romli, sibuk sekali aku dibuatnya. Sesaat kemudian penisnya makin membesar dan berdenyuk-denyut, lalu dia menepuk punggungku dan menyuruhku turun dari pangkuannya. Benar juga dugaanku, ternyata dia ingin melepaskan maninya di mulutku. Sekarang dengan posisi berlutut aku memainkan lidahku pada penisnya, dia mulai merem-melek dan menggumam tak jelas.
Seseorang menarik pinggangku dari belakang membuat posisiku merangkak, aku tidak tahu siapa karena kepalaku dipegangi Pak Egy sehingga tidak bisa menengok belakang. Orang itu mendorongkan penisnya ke vaginaku dan mulai menggoyangnya perlahan. Kalau dirasakan dari ukurannya sih sepertinya si Dimas karena yang ini ukurannya pas dan tidak menyesakkan seperti milik Pak Romli.
Ketika sedang enak-enaknya menikmati genjotan Dimas penis di mulutku mulai bergetar “Aahhkk… aku mau keluar… non” Pak Egy kelabakan sambil menjambaki rambutku dan creett…creett, beberapa kali semprotan menerpa menerpa langit- langit mulutku, sebagian masuk ke tenggorokan, sebagian lainnya meleleh di pinggir bibirku karena banyaknya sehingga aku tak sanggup menampungnya lagi.
Aku terus menghisapnya kuat-kuat membuatnya berkelejotan dan mendesah tak karuan, sesudah semprotannya berhenti aku melepaskannya dan menjilati cairan yang masih tersisa di batangnya. Dengan klimaksnya Pak Egy, aku bisa lebih berkonsentrasi pada serangan Dimas yang semakin mengganas. Tangannya merayap ke bawah menggerayangi payudaraku. Dimas sangat pandai mengkombinasikan serangan halus dan keras, sehingga aku dibuatnya melayang-layang.
Gelombang orgasme sudah diambang batas, aku merasa sudah mau sampai, namun Dimas menyuruhku bertahan sebentar agar bisa keluar bersama. Sampai akhirnya dia meremas pantatku erat- erat dan memberitahuku akan segera keluar, perasaan yang kutahan-tahan itu pun kucurahkan juga. Kami orgasme bersamaan dan dia menumpahkannya di dalamku.
Vaginaku serasa banjir oleh cairannya yang hangat dan kental itu, sperma yang tidak tertampung meleleh keluar di daerah selangakanganku. Aku langsung terkulai lemas di lantai dengan tubuh bersimbah peluh, untung lantainya kering sehingga tidak begitu jorok untuk berbaring di sana. Vaginaku rasanya panas sekali setelah bergesekan selama itu, dengan 3 macam penis lagi.
Lututku juga terasa pegal karena dari tadi bertumpu di lantai. Setelah merasa cukup tenaga, aku berusaha bangkit dibantu Dimas. Dengan langkah gontai aku menuju wastafel untuk membasuh wajahku, lalu kuambil sisir dari tasku untuk membetulkan rambutku yang sudah kusut. Aku memunguti pakaianku yang berserakan dan memakainya kembali. Kami bersiap meninggalkan tempat itu. “Lain kali kalau melakukan hubungan badan hati-hati, kalau ketangkap kan harus bagi-bagi” begitu kata Pak Egy sebagai salam perpisahan disertai tepukan pada pantatku. “Fita… Fita… sori dong, kamu marah ya !” kata Dimas yang mengikutiku dari belakang dalam perjalananku menuju tempat parkir.
Dengan cueknya aku terus berjalan dan menepis tangannya ketika menangkap lenganku, dia jadi tambah bingung dan memohon terus. Setelah membuka pintu mobil barulah aku membalikkan badanku dan memberi sebuah kecupan di pipinya seraya berkata “Aku nggak marah kok, malah enjoy banget, lain kali kita coba yang lebih gila yah, see you, good night” Dimas hanya bisa terbengong di tengah lapangan parkir itu menyaksikan mobilku yang makin menjauh darinya.

Agen Judi Terpercaya - Salah Kamar Berujung Ngentot

0 comments
 Promosi Terbaru Liga8.com
Likenews - Perkenlakan namaku narto saati ini aku bekerja di pabrik diwilayah Bekasai, saat ini aku berusia 21 tahun masih single dengan tinggi bandan 169 cm dan berat badan 66 kg, aku sudah bekerja di pabrik ini kira kira sudah satu tahun, sebenarnya aku sudah lama ingin menceritakan kisahku ini, tapi aku masih malu dan belum berani.
Tapi hari ini aku tekadkan untuk menceritakan kisah seksku, dipabrikku bekerja setiap seminggu selalu memberi waktu untuk bisa cuti, dan pada kesempatan ini aku ingin berencana berlibur pergi ke pantai sendiri, tak butuh waktu lama hanya memakan satu jam sudah sampai di pantai, setelah mendapatkan gaji dari atasan aku bergegas untuk mempacking apa yang aku butuhkan di lokasi.
Aku berlibur menggunakan bis untuk kesananya, setelah sampai di tujuan aku berencana untuk memesan hotel di sekitar kawasan tersebut, ketemulah hotel yang mana katanya pegawainya cantik cantik, setelah masuk ke hotel tersebut melewati recepsionis, aku berhenti untuk memesan kamar, tak aku sangka ternyata beneran aku terkejut cewek itu sangat cantik dengan tubuh yang ideal tinggi 165 cm kira kiranya.
Aku agak terbengong sejenak dan tiba-tiba….. “Ada apa pak?” tanya cewek itu. “Eee… Saya ingin memesan kamar.” Jawabku. “Mau pesan yang mana mas?, disini ada tiga macam kamar.” tanya lagi dengan menunjukan papan harga tiga kamar. Aku agak bingung memilih kamar karena aku terpesona oleh kecantikan gadis ini. “Saya ingin kelas menengah” Jawabku setelah berusaha menghilangkan melamunnya.
“Harganya Rpxxx” Jawab cewek itu. Lalu aku membayar uang tersebut. Pada saat dia mengetik komputer resepsionis, aku sengaja melihat namanya yang menempel di baju sakunya. Eli namanya. Aku juga lihat tubuhnya dan aku mengelengkan kepalaku sambil berpikir, “Benar benar sempurna.” Walaupun dia mengunakan jas seperti layaknya karyawan tapi tubuhnya sangat seksi. Aku terus bengong sambil menunggu dia selesai mengetik.
Akhirnya dia mengangkat kepalanya dan mengasih kunci itu sambil berkata “Selamat menikmati hotel kami.” Aku mengambil kunci itu dan naik ke kamar hotel. Sesampai di kamar hotel, aku berbaring di ranjang dan memikirkan perempuan tersebut. Tapi lama-kelamaan aku jadi mulai terangsang dan burungku berdenyut ingin keluar dari sarangnya. Aku ingin berusaha untuk tidak memikirkan yang tidak- tidak, tapi burungku terus berontak ingin keluar.
Jadi aku melorotkan celana jeans dan celana dalamku sampai ke paha. Muncullah Elang tanpa sayap yang tegak itu. Aku mulai memegang penisku sendiri sambil memikirkan perempuan tersebut. Aku tidak tahan dan mulai mengocok penisku sendiri dengan irama pelan. Setelah mengocok lama, aku merasakan kamarku menjadi panas jadi aku berdiri dan berhenti sejenak untuk melepaskan semua pakaian.
Aku ingin memulainya lagi tapi tiba-tiba ada orang yang membuka pintu kamarku. Aku sangat kaget dan berusaha memakai bajuku tapi seseorang terlanjur melihatku. Ternyata perempuan lain yang tak kukenal tapi sangat cantik. Kami saling bertatapan sejenak dan perempuan itu mulai bicara. “Ap..a…kah. in..i kamar no.xxx?” Aku terkejut mendengar perkataannya karena biasanya perempuan langsung menutup pintunya kalau melihat tubuh telanjang lawan jenis.
Aku bingung harus menjawab apa karena takut salah. Masih dalam keadaan telanjang,aku memberanikan diri dan menjawab. “Tolong anda masuk dan tutup pintunya dulu.” Aku mulai merasa sangat kacau karena aku tidak tahu apa yang kukatakan benar atau salah. Perempuan itu tersenyum dan masuk ke dalam kamarku.
Setelah menutupi pintu kamarku, dia bertanya lagi. “Apakah ini kamar no.xxx?” Aku sangat pusing melihat keadaan sekarang dan bermaksud untuk lari tapi aku tidak bisa lari. Aku menghembus napasku dalam-dalam dan berkata. “Ini.. bukan.. kamar… xxx..” Setelah mendengar jawabanku, dia tidak pergi malah mendekatiku dan berkata.
“Kenapa kau masih dalam keadaan telanjang?” Setelah mendengar perkataan itu, aku masih bingung sekaligus terangsang seolah ingin cepat-cepat bergumul dengannya tapi juga takut karena belum pernah melakukan hubungan dengan lawan jenis. Tangan kanan perempuan itu mulai memegang badan bidanku dengan usapan kecil.
Aku masih belum tahu apa yang harus kulakukan. Tangan kirinya memegang alat vitalku dan bertanya. “Apakah kau pernah melakukannya?” Aku tidak menjawab dan langsung mencium bibir mungil itu secara acak- acakan. Dia pun mulai membalasnya. Aku kaget dengan reaksiku sendiri karena aku tidak memerintahkan untuk mencium.
Dia mulai mengeluarkan lidahnya dan mencari lidahku. Aku jadi mulai membalasnya. Setelah beberapa saat kami ciuman, dia melepaskan ciumannya dan berkata di dekat telingaku. “Tenang saja, kita akan bersenang senang.” Dia membuka semua bajunya dan melempar di lantai.
Tampaklah bukit kembar yang lumayan besar dan garis feminimnya dengan sedikit berbulu. Aku menelan ludah setelah melihat tubuh wanita yang begitu indahnya tepat di depan mataku. Dia mendorongku ke tempat ranjang dan aku jatuh terbaring di ranjang. Dia datang dan mulai mengusap elangku.
“Ahh…………” Gunamku. “Apakah enak mas?” Tanya si cewek. “En…..ahhkk….k” belum sempat aku menjawab, dia sudah memasukin penisku ke dalam mulutnya. Dia masih mengulum penisku yang membuatku merem-melek dengan napas yang tidak teratur. “Ahhhkkkkk…………. Ahhhkkkkk……… Ahhhkkkkk…….” Aku mengerang saat lidahnya menjilati lubang penisku.
Dia terus menjilati lubang penisku jadi rasanya seperti mau cepat cepat keluar. Setelah beberapa saat, aku mulai merasa gatal dan berdenyut di sekitar penisku. “A..khhhh…u ti….d..ahkk khh…..uu…..aaaatttt.” Teriakku. Aku langsung menyemburkan cairan kejantananku ke dalam mulut perempuan itu. Cairan yang kukeluarkan sangat banyak tapi sepertinya perempuan itu menelan sebagian spermaku.
Badanku langsung terasa lemas dan serasa ingin tidur. “Mas jangan tidur dulu dong mas!!” teriak cewek itu sambil menepuk dadaku. Aku terbangun dan ingat bahwa aku sedang melakukan hubungan. “Ak..u be..nar be..nar di..buat kamu pingsan, eh ngo..mong ngo…mong kamu sia…pa?” Aku berbicara setelah ingat bahwa aku ingin tahu siapa dia. “Kalo mas ingin tahu siapa aku, kau harus melakukannya sekali lagi, setuju tidak?” tantang cewek itu.
“Iya deh.” jawabku dengan lebih percaya diri dan langsung bangun dari tempat tidur untuk melakukan seksual. Aku membalikkan badan cewek itu menjadi tidur berbaring dan langsung menjilat payudaranya mulai dari kiri dan menekan jari telunjuk ke punting kanan cewek itu. “Ahh…..” Gunam cewek itu.
Aku terus menjilat puting kirinya cewek itu dengan lembut dan menghisap sambil mengoyangkan jari telunjuk kiri ke punting kanannya. Ini membuat dia merem-melek dan… “Ahhhh……ge…li…. geee…lliiiii ahhh….” “Masssss……” rintih cewek itu dengan suara menggoda.
Aku yang tadinya sudah kecapean mulai terangsang lagi setelah mendengar suara merdu yang mengoda. Aku terus menjilati kadang kadang mencium, menghisap dalam- dalam supaya ingin merasakan nikmat punting susu seorang wanita. Setelah puas dengan yang punting kiri, aku menghisap yang kanan.
Ini kulakukan berulang kali sampai payudaranya basah penuh oleh cairan ludahku. Tangan kananku mulai menurun dan memegang bagian feminim wanita tersebut. Aku mencoba memegangnya dengan seluruh tangan tetapi wanita tersebut menolaknya dengan mengrapatkan kedua pahanya.
Aku ingin berusahanya tetapi dia mengatakan sesuatu diiringi dengan rintihan. “Mas… s…… ja…… ngan……. duuu…lll…uuuuu…..mas” “Sa…yyaaa…. ma…ssiihhh….. pe…..rrraaaa….wwa….aannn” kata cewek itu. Aku tidak perduli dengan rintihan tersebut dan mencobanya dengan mencium bibirnya dengan tangan kiriku masih memijit bagian kanan punting wanita tersebut.
Setelah mencium bibir tersebut aku menulusuri leher wanita tersebut. “Ge……llllliiiiii….. ahhhhh…. ngi……llluuuu” rintih wanita tersebut. Aku ingin sekali rasanya untuk cepat cepat menghabisinya tetapi aku masih bingung harus merangsangkan bagian mana lagi supaya dia terangsang.
Jadi aku mendekatkan kuping wanita itu dan mengatakan sesuatu. “Sayang, saya ingin sekali mencicipi keharuman feminim mu.” “Tuunnnnngggguuuuu………. Masssssss….. Ahhhh….” Jawab Cewek itu. Tetapi kata kata tersebut mulai melemah dan pada saat tangan kananku mulai membuka bagian paha cewek itu, dia sepertinya tidak menolak. Dia membuka pahanya dan aku mulai merasakan kehangatan bagian bawah cewek tersebut.
Aku mulai memegangnya dengan telapak penuh dan mengerakannya naik turun dengan irama pelan. “Shhhhh……Shhh…” Cewek itu merintih. “Hhhhhh…….hhhhhh” Aku memberanikan diri dan mulai mengosokkan vaginanya dengan agak cepat sambil menghisap puntingnya sangat dalam.
Ini membuat dia tambah terangsang dan aku mulai merasakan lembab vagina perempuan tersebut.Aku melepaskan ciuman tersebut dan langsung menurun ke bagian feminim tersebut. Aku mengendus dan merasakan keharuman yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya. Aku pun memulainya dengan jilatan kecil di permukaan vagina yang membuat napasnya tidak teratur.
“Hhhhh……….hhhhhh” “A…..ku…….ahhhhhhssssshhhh” Cewek itu sepertinya ingin mengatakan sesuatu tetapi aku tidak memperdulinya dan menjilatinya dengan lebih cepat. Aku menjilatinya terus-menerus sampai aku mulai merasakan ada sesuatu yang seperti bola kecil mencuat keluar. Aku tidak mengerti dan coba untuk menjilatinya tapi tiba-tiba……. “Ahhhhkkkkk…….. Ge…..lllllliiiiii….. niiikkk…Ahhhhh….ma…t… ahh..”
Cewek itu merintih lebih keras seolah olah ingin minta tolong pada seseorang. Aku pun mengerti ternyata dia merasa nikmat kalau dijilat di daerah situ. Dia mulai menjambak kepalaku yang membuatku kesakitan tapi aku tidak ragu-ragu lagi dan mulai menjilatinya terus-menerus sampai tiba- tiba aku mendengar sesuatu. “Ahhhhh….. kk…. Ak……uuuu…… iiiiinnnggg…iii…nnn…. kkkkeeeelllluuuuaarrr” Bersamaan dengan suara itu, aku merasa ada cairan yang keluar sangat deras.
Kepalaku pun dijepit erat-erat yang membuatku tidak bisa bergerak. Aku merasa sesak napas karena tidak ada ruangan yang bisa buat bernapas. Aku diam sejenak untuk mengetahui apa yang terjadi. Setelah beberapa saat, tangan yang memjambakku mengendor dan kaki yang menjepitku pun melepas. Aku mengangkat kepala dan lihat matanya mulai terbuka.
“Ma..sss….kamu…he…bbaattt….” Ujar cewek itu. “Kamu juga hebat sayang.” Jawabku. “Masss, kau.. tahu…. tidak…. bahwa…. kau…. sala.h kam..ar?” Tanya cewek itu dengan suara lemas. Aku agak bingung dan berbicara kembali. “Ini kan kamar yyy….” “Tid…ak, Ini kam..ar…xxx” tutur cewek itu. Aku kaget setengah mati dan baru mengerti bahwa akulah yang salah. “Nama kamu siapa sayang?” Aku tanya dia setelah tenang dengan memegang pipinya.
“Ak.u ada..lah Eli.” Jawabnya. “Apakah kau mau jadi istri saya?” Tanyaku. “Kau be..nar-be..nar nak..al.” Jawabnya. Setelah menjawab itu, aku langsung mencium bibirnya dan memulai permainannya lagi. Aku mengeluarkan lidahku dan mencari lidahnya untuk dimain. Dia pun membalasnya dengan penuh nafsu. “mmm…..mmmmm…..” itulah suara yang dikeluarkan waktu lidah kami beradu.
Aku terus memainkan lidahnya sambil kuangkat setengah badannya. Keadaanku sekarang lebih tenang dibanding yang tadi jadi aku melepas ciumannya dan dengan santai menjilati lehernya naik turun. “Hhhhhhh……..hhhhh..” itulah suara cewek yang lagi mendesah.
Permainan di leher sudah cukup untukku dan aku bermaksud untuk mulai lagi di bagian dadanya. Aku turun dan mulai menghisap payudara kirinya. Aku menyedot, mencium, mengendus payudaranya. Sedangkan tanganku mulai lagi memijit kanan payudara indah itu. Aku menghisap terus- menerus sampai payudara kirinya basah kuyup dan aku pun berpindah lagi menghisap ke punting kanan.
Aku mengulang terus-menerus dari kiri ke kanan, dan kanan ke kiri. “Ahhhh…… Ahhhhh… Ahhhhh…. geeee….llliiii…. ngi…lll…uuuu….” Itulah kata-kata yang terulang terus- menerus. “Maaaa…ssssss…. co….bbbaaa….. mm…..aa..sssuuuu…kkkiiiinnn…. mmm..aaaa..ssss..” “Akkk…uuuuu… suuu..dd..ahhh… s…iii…aaa…pppp…Akhh.”
Sepertinya kata itu mulai muncul ketika aku mengigit kecil di punting kanan wanita itu.Aku masih belum ingin menancap gas karena pikiranku sudah agak tenang, aku ingin dia merasakan kehebatan permainanku. Tetapi dia sangat ganas. Dia membalikan tubuhku dan menindihnya di atas tubuhku.
Aku tidak bisa apa-apa dan mengikuti permainannya. Dia menunduk dan menjilati puntingku. “Ahhhkk….Ahhhh.” Desahku sambil berusaha mengangkat kepalanya. Tetapi dia melarang dan menepis kedua tanganku. Setelah menjilat sebentar puntingku, dia duduk memegang penisku dan berusaha memasukinya ke dalam Eling vaginanya.
“Astaga, ini perempuan masih perawan tapi berani memasukinya, benar benar lihai.” pikirku. Saat memasuki ke dalam Eling vaginanya, aku mengalami kesulitan. Aku merasa susah sekali memasukinya. Dia mulai menekan sedikit demi sedikit dan akhirnya masuk setengah. Setelahmemasukinya, dia mulai mengenjot dengan irama pelan.
“Ahhh…Ahhh.” Kami berdua mendesah secara bersama. Aku merasa sepertinya ada sesuatu yang menyentuh seperti dinding di dalam vaginanya tetapi aku tidak tahu apa itu karena yang kurasakan saat itu hanyalah nikmat. Aku mulai mengangkat pinggulku untuk menusuknya lebih dalam. “Ahhhh….Ahhhh.” Kami terus mendesah tidak beraturan.
Permainan yang menyenangkan ini kuteruskan dengan irama agak cepat tapi sepertinya cewek itu agak kesakitan. “A….dduu..hhh… sssaa…kkkkk..iiii…tttt” “Say.., ke..na..pa?” Tanyaku. “Ak…uuu suu…dddaahh….Ahhhhh.” Jawabnya terhenti. “Ke..na..pa?” Tanyaku penasaran. “ttiii…ddaakkk…per…aaww…a..nnn” Lanjutnya lagi.
Pada saat bersamaan dengan teriakan itu, aku merasakan seperti menembus sesuatu dan aku sadar pada saat darah mengalir di daerah perutku. Ternyata aku telah meregut keperawanan gadis itu. “Celaka, aku tidak sadar bahwa dia masih gadis karena saya terlalu keasyikan bermain. “Pikirku. Pada saat yang sama, pikiranku juga merasakan menyesal sekaligus nikmat.
“Mau gimana lagi, nasi sudah jadi bubur!” Aku diam sejenak untuk menenangkan situasi. Setelah agak tenang, perempuan itu melihat ke arahku dengan agak merangsang sambil menekan dadaku dan mulai mengenjotnya lagi. Aku pun tersenyum dan mengetahui bahwa dia tidak menyesal kehilangan kegadisannya. “Ahhh……Ahhhhhh.” Kami mulai lagi mendesah hebat ketika enjotannya semakin cepat. “A….yooo….. masss….” Dia mengatakan itu sambil mendesah.
“ma…ssuuukkkiinn…. ahhh… ke….. daaaa…la…am.” Dia terus berusaha mengatakan sesuatu. “akkk….uuuu in….giii…n me…ra.a..saa..kan el…ang…aahhhh….. bb…eee..sss..aaa..rrr.” Aku tidak begitu jelas apa yang dia katakan, tetapi saya tahu bahwa dia menikmatinya karena dia terus mengenjotnya dengan irama lumayan cepat dibanding tadi.
Marathon yang melelahkan masih terus berlanjut, permainan ini kurasakan sangat lama sampai aku mulai merasa ada yang berdenyut lagi di sekujur burungku. “Cell…iiaa…, a…kkkkuuu..ahh… iinnngggiinnn…kkkeee..lllluuaaarrr..” Aku berbicara sambil memegang pinggul perempuan itu. “Sayyaa… jjjuuu.gggaaa… ttiiiddaakkk….aahhhhh… ttaahhaaannn.
“Suara histeris perempuan itu mulai kencang. Tiba-tiba aku merasakan ada cairan banyak yang keluar dari Eling tersebut dan memuncratkan di penisku. Cairan ini membuat permainanku ingin cepat berakhir karena sangat licin dan…. “Ahhhhkkkkkkkk…..Ahhhkkkkkk” Aku teriak sekencang kencangnya sambil menaik- turunkan pinggul perempuan itu dengan sangat cepat.
“Croootttt……Crooottttt….” Burungku akhirnya mengeluarkan cahaya putih yang sangat banyak. Kurasakan bahwa aku menyemburkannya 7 kali didalam Eling vagina perempuan tersebut. Setelah beberapa saat, tanganku mulai berhenti dan melepaskannya. Aku pun terasa sangat lemas.
Aku memejamkan mataku dan aku pun tertidur. Di detik terakhir, aku hanya merasakan bahwa perempuan itu tertidur di pangkuan dadaku. Setelah matahari terbit di pagi hari, aku pun pelan-pelan membuka mataku. Aku masih bingung apakah kemarin aku bermimpi atau tidak. Aku pun menengok kiri dan kanan untuk mengetahuinya.
Ternyata aku tidak mimpi dan aku melihat ada wanita sedang merapikan bajunya dan siap untuk pergi. Aku memanggilnya tapi…. “Sayang, kau mau ke mana?” Tanyaku. Dia hanya tersenyum dan pergi keluar. Aku pun tidur lagi karena aku benar- benar kecapean. Sejak kemarin aku selesai kerja, aku tidak istirahat.
Aku bangun lagi setelah segar dan memakai kembali pakaianku. Setelah selesai, aku pun keluar dengan bagasiku. Aku melihat pintu nomor yang ditempel di pintu dan ternyata aku benar-benar salah. Ruanganku ada di sebelah. Aku taruh barang-barang di kamarku dan keluar.
Pada saat aku keluar dan berjalan di lorong, aku melihat ada pembersih ruangan berjalan menuju ke sini. Aku pun mengsenyum pagi ke pembersih laki-laki itu. Aku melewati pria itu dan mendengar suara pintu terbuka. Aku menengok sebentar dan aku kaget karena pintu yang dibuka adalah ruangan yang aku tidur bersama perempuan kemarin.
Aku bergegas kembali ke sana dan menghentikannya. “Tunggu dulu pak, jangan dibersihin ruangan ini.” “Ah?” Pria itu sepertinya bingung. “Ruangan ini kan sudah check out tadi pagi.” Lanjut pria itu. “Emangnya ini ruangan bapak?” Lanjut lagi dengan pertanyaan.
Aku bingung sekaligus kaget karena wanita yang bersetubuh denganku pergi begitu saja tanpa pemberitahuanku. “Tidak pak, aku pikir itu ruangan saya.” Aku jawab setelah mengetahuinya. Aku pun keluar hotel dengan menyesal dan pergi makan siang. Sisa liburanku hanyalah hampa karena aku sendiri di dalam hotel sambil menyedih hati berbaring di ranjang.

Agen Judi Terpercaya - Bermain dengan Anjing Tanteku

0 comments
 Promosi Terbaru Liga8.com
Likenews - Umurku yang menginjak ke 17 tahun, aku sudah melakukan kegiatan sex berulang kali, entah dari pacarku atau selingkuhanku, perkenalkan namaku Evi aku mempunyai kulit yang putih body yang seksi membikin laki laki ingin bersetubuh denganku. Dengan payudaraku yang berukuran 34B kencang dan padat sungguh menambah hasrat nafsu sex laki laki terhadapku.
Bermain dengan Anjing Tanteku
Langsung saja ke ceritaku pada suatu hari, ayahku menyuruhku untuk tinggal sementara di peternakan Anjing milik tanteku, sekalian untuk mengisi waktu luangku selama 2 bulan katanya. Tadinya aku malas untuk mengawasi peternakan tanteku, tapi setelah dipikir-pikir disana aku bisa ngesex dengan pekerja peternakan, jadinya aku setuju aja dengan perintah ayahku. Besoknya aku berangkat ke peternakan ditemani supir ayahku yang sering menikmati tubuhku.
Di perjalanan, tangan kirinya menyusup ke dalam tank topku lalu dia meremas- remas dadaku yang montok dan dia juga memainkan putingku dengan lembut sehingga aku mendesah kegelian sementara tangan kanannya tetap memegang setir.Aku berkata ah bapak, tangan bapak bandel banget dee…abisnya body non montok banget sih, jadi pengen megang- megang terus, jawab supirku yang sudah berumur 53 tahun ini.
Aku membalas ,kan bapak udah sering ngentotin aku, emangnya bapak gak bosen..?mana mungkin saya bosen kalau ngentotin cewek cantik ‘n montok kayak non,balas supirku. Aku membalas dengan mengelus penisnya yang sudah tegang dari tadi. Setelah 5 menit, dia puas memainkan payudaraku, kemudian tangannya bergerak turun ke arah selangkanganku dan mengorek-ngorek vaginaku yang masih terbungkus celana dalam.
Dia menusuk-nusukkan jarinya ke vaginaku membuat aku merasakan nikmat, lalu dia menyuruhku untuk melepas celana dalam serta rok miniku, setelah kulepaskan celana dalam dan rok miniku, kutaruh celana dalamku di depan lubang vaginaku 3 jarinya langsung dimasukkan ke dalam vaginaku lalu dia menggerakkan 3 jarinya itu keluar masuk vaginaku sehingga membuatku menggelinjang kenikmatan.
Dan 10 menit kemudian aku mencapai orgasme dan mengeluarkan cairan deras sekali yang membasahi jari-jari supirku yang masih memaju-mundurkan jarinya ke dalam vaginaku dan karena banyak sekali cairanku meleleh keluar vaginaku dan menetes ke celana dalamku yang tadi kutaruh di depan vaginaku.Lalu, setelah cairanku habis, supirku menyodorkan jari-jarinya yang berlumuran cairanku ke mulutku dan langsung kujilati cairanku sendiri yang ada di jari supirku.
Kemudian, aku berkata ,nah sekarang giliran bapak yaa… lalu aku membuka resleting celananya dan mengeluarkan penisnya yang sudah keriput itu, tanpa basa-basi langsung kukulum penisnya itu yang membuatnya mendesah aaahhh,,,non teerruuss,,,aku jilati setiap senti batangnya, kuemut-emut kepala penisnya, kusentil-sentil lubang kencingnya dengan lidahku dan juga biji pelirnya kumasukkan ke dalam mulutku.
Tehnikku itu memang membuat para cowok tidak bisa menahan lama- lama, sehingga dalam waktu 3 menit supirku menyemburkan spermanya yang hangat ke dalam mulutku, yang langsung kutelan dengan lahap.Walaupun penisnya sudah lemas tapi aku masih menjilati dan mengemut-emut penisnya yang pasti membuatnya geli dan ngilu. Supirku berkata ,udah donk non, ngilu nih…gak ah, abisnya penis bapak enak sih. balasku.
Setelah sampai, aku melepaskan kulumanku, supirku berkata ;non ini emang bener-bener jago muasin cowok ya…aku hanya membalas dengan senyuman, lalu supirku pergi. Aku melihat di sekitarku tidak ada orang sama sekali, kok gak ada orang sih… pikirku, aku baru ingat kalau sekarang tanteku mengelola sendiri peternakannya sehingga tidak ada pekerja lagi, kemudian aku berjalan ke teras dan menemukan surat yang tergeletak di bawah pintu yang berisi.
Evi ,kamu langsung masuk aja, kuncinya ada di bawah keset, tante pergi sebentar, ada urusan, ttd tante Intan,Aku kesal sekali karena sekarang tidak ada pria sama sekali di peternakan ini, tapi sudah datang jauh-jauh kesini masa pulang kerumah pikirku. Kemudian aku masuk ke dalam rumah dan mulai membongkar pakaianku di kamarku yang bersebelahan dengan tanteku.
Setelah beres-beres selesai, lalu aku mandi untuk menyegarkan badanku, karena kupikir aku sendirian di rumah ini, aku membiarkan tubuhku tidak dibalut apa-apa. Untungnya, aku membawa dildo dan beberapa video porno jadinya aku bisa bersenang-senang. Setelah aku menonton film porno dan puas memainkan vaginaku sendiri, aku duduk-duduk santai di sofa dan melebarkan kakiku.
Tanpa terasa aku tertidur karena tenagaku terkuras akibat masturbasi yang kulakukan.Tiba- tiba aku merasakan jilatan lidah yang menyapu bibir vaginaku, lalu kubuka mataku dan betapa kagetnya aku, karena lidah itu adalah lidah Anjing yang paling disayang oleh tanteku sehingga dia boleh masuk ke dalam rumah. Awalnya aku menolak mati-matian dan berusaha menepis kepalanya untuk menjauh dari vaginaku tapi karena jilatan-jilatan anjingku sangat nikmat, aku menjadi pasrah dan membiarkan anjingku menjilati vaginaku sepuasnya.
Lidah anjingku yang lebih kasar dan panjang daripada manusia itu terus menjilati vagina dan juga klitorisku yang membuatku semakin merasa bertambah nikmat, dan akhirnya aku mencapai orgasmeku yang pertama kali dengan Anjing. Anjingku malah lebih meningkatkan aktivitasnya untuk meminum cairanku yang membuatku semakin menggelinjang keenakan, setelah cairanku habis diminumnya.
Dia naik ke sofa dan menjilati bibir seolah-olah dia ingin memasukkan lidahnya ke dalam mulutku, pengalaman baru nih, ciuman ama Anjing,pikirku, lalu saja kubuka mulutku dan dia langsung memasukkan lidahnya ke dalam mulutku lalu dia menyapu rongga mulutku dengan lidahnya.Nafasnya yang memburu menerpa wajahku, kami berciuman seperti sepasang kekasih, aku tak menyadari kalau tanteku sedang melihatku yang sedang berciuman dengan anjingnya karena aku menutup mataku supaya lebih nikmat.
Tiba-tiba suara terdengar Luna, lagi ngapain kamu?spontan aku langsung mendorong Anjing tanteku sehingga dia turun dari sofa, lalu aku menjawab dengan terbata- bata ,nggg,,,,gak,,,,tante Tante Intan berkata tante gak nyangka, kamu juga suka sama Anjing kayak tante ya ? emang tante suka Anjing ama Anjing ya? balasku, udah, malah tante jadi betina mereka, tiap hari dientotin terus, untung vagina tante gak melar jawab Tante.
Lalu Tante Intan memintaku untuk menemaninya menjadi betina bagi Anjing-anjingnya, aku jadi penasaran gimana rasanya kalau vaginaku diisi sperma. kalau sperma Anjing bisa bikin Evi hamil gak? tanyaku, tante menjawab ya gak lah, kan beda, yang satu hewan, yang satu lagi manusia…Gmn mau gak aku mengangguk karena aku memang penasaran. jadi alasan tante berhentiin semua pekerja disini gara-gara tante ketagihan ngesex ama Anjing ? tanyaku, iya, oh ya, tante juga suka minum sperma kuda, balas Tante Intan, aku semakin terkejut saja dengan perilaku tanteku yang berumur 25 tahun ini.
memang umur tanteku yang merupakan adik ayahku ini masih tergolong muda karena selang waktu kelahiran ayah dengan kelahiran tanteku lumayan jauh. Dengan wajah Tante Intan yang sangat cantik, kulit putih mulus, juga payudara berukuran 34C yang kencang dan padat serta pantat yang juga kencang dan padat, tidak heran kalau dulu suaminya orang Amerika yang berwajah tampan.
Tapi sayang tanteku bercerai dengan suaminya, dan anaknya dibawa ke Amerika bersama ayahnya. Oleh karena itu, dia menjadikan sex sebagai penghilang rasa sedihnya yang akhirnya Tante Intan menjadi betina bagi hewan yang ada di peternakannya sendiri.Lalu Tante Intan menjelaskan bagaimana caranya bersetubuh dengan Anjing,Setelah aku mengerti dan merasa siap.
Tante Intan membuka pintu kamar sehingga Anjing tanteku yang diberi nama Lucky oleh aku waktu aku kecil masuk ke dalam. Aku membuka bajuku sendiri sehingga kini tubuhku tidak ditutupi sehelai benang pun, lalu aku langsung terlentang dan melebarkan kakiku selebar mungkin sehingga vaginaku yang merah merekah, kesat, dan masih rapat menantang Lucky untuk segera melahap vaginaku.
Lucky datang mengendus-endus vaginaku, kurasakan hembusan nafasnya yang hangat di vaginaku membuatku semakin terangsang, lalu Lucky menjulurkan lidahnya dan menjilati bibir kemaluanku, aku langsung mendesah karena sangat nikmat, kemudian Lucky memasukkan lidahnya ke dalam vaginaku yang membuatku semakin menggelinjang merasakan nikmat. 15 menit Lucky melahap vaginaku, aku sudah mencapai 3 kali orgasme dan semua cairanku habis diminum Lucky tanpa sisa.Lalu.
Tante Intan bersiul, dan seperti Anjing yang sudah terlatih, Lucky langsung terlentang, dengan birahiku yang sudah memuncak, aku langsung mengulum penis Lucky yang masih tertidur tanpa perintah Tante Intan. Tak lama kemudian, penis itu semakin membesar di mulutku sehingga penis itu benar-benar memenuhi mulutku, tapi aku terus mengulum dan mengocok penis Lucky dengan mulutku tanpa memperdulikan ukurannya yang terus bertambah besar di mulutku.
Aku terus mengulum penis Lucky, kadang-kadang kujilati buhulnya (bagian pangkal penis Anjing yang berbentuk bola dan berukuran sebesar bola baseball), sampai 15 menit kemudian penis Lucky semakin membengkak dan berdenyut-denyut di dalam mulutku, akhirnya Lucky mengeluarkan benih anjingnya di dalam mulutku, sengaja aku tidak langsung menelannya, tapi kutunggu sampai spermanya.
Rupanya sperma Anjing lebih banyak dan kental daripada manusia sampai-sampai spermanya meleleh keluar dari mulutku, setelah sperma Lucky sudah habis, Tante Intan menyuruhku untuk tidak meminum sperma si Lucky dan tante juga menyuruhku untuk tidur terlentang di kasur.Aku menuruti perintah tante, lalu Tante Intan membuka bajunya sendiri sehingga tubuhnya yang sexy terlihat jelas olehku, kemudian Tante Intan menindih tubuhku, rupanya dia mau meminum sperma Anjing lewat mulutku.
Langsung saja kubuka mulutku kemudian kami saling berbagi sperma lewat mulut kami, sementara kami sedang asik berciuman, Lucky juga sedang asik menjilati vagina Tante Intan dan vaginaku secara bergantian, sampai-sampai kami berdua orgasme akibat jilatan Lucky.Lalu 5 menit kemudian, Tante Intan menyuruhku untuk bersiap-siap menerima penis Lucky dengan vaginaku yang sempit.
Aku langsung mengambil posisi Anjing kimpoi yaitu aku bertumpu pada kedua tanganku dan kedua lututku, kini aku benar-benar seperti Anjing betina yang siap untuk dikimpoii. Tanpa disuruh Tante Intan, Lucky langsung lompat dan memposisikan penisnya tepat di depan vaginaku sementara 2 kakinya memegangi pinggulku, untungnya Tante memotong kuku semua anjingnya sehingga Lucky tidak melukai pinggulku.
Lalu Lucky langsung menghentakkan penisnya ke dalam vaginaku dan mulai menggenjot vaginaku yang membuatku merintih antara sakit dengan nikmat, tapi lama kelamaan rasa sakit itu menghilang, tinggal rasa nikmat yang mengalir di tubuhku.Tiba-tiba aku merasakan buhulnya yang sebesar bola baseball itu masuk ke dalam vaginaku membuat vaginaku terasa penuh sehingga penis serta buhul Lucky terus-menerus menggesek-gesek klitoris dan dinding vaginaku yang membuatku semakin merasakan nikmat yang belum pernah aku rasakan sampai-sampai aku sudah orgasme 5 kali.
Ternyata sodokan Anjing lebih cepat dan lebih kuat dari manusia, ini membuatku semakin nikmat. Sementara aku sedang merasakan sensasi nikmat yang diberikan Lucky akibat genjotannya di dalam vaginaku, Tante Intan merekam ekspresi wajahku serta vaginaku yang sedang digenjot Lucky dengan handycam.Sudah 15 menit Lucky memompa penisnya di dalam vaginaku, tiba-tiba Lucky memperkuat dan mempercepat genjotannya, akhirnya Lucky menyemburkan benihnya ke dalam vaginaku.
Ternyata sperma Anjing sangat banyak dan lebih hangat dibandingkan sperma manusia. Setelah 7 kali Lucky menyemprotkan spermanya, akhirnya selesai, kini rahimku sudah diisi benih Anjing.Lucky lalu membelakangiku sehingga pantat kami saling bertemu, dengan sigap Tante Intan memegangi Lucky agar Lucky tidak menyeretku karena buhulnya berada di dalam vaginaku sehingga penisnya tidak bisa dicabut keluar dari vaginaku.
15 menit kemudian, akhirnya penis Lucky bisa keluar dari vaginaku karena buhulnya sudah mengecil, ketika penis Lucky sudah keluar dari vaginaku, spermanya meleleh keluar dari vaginaku dan mengalir ke pahaku. Lalu Tante Intan berkata ,nah karena Lucky udah ngeluarin benihnya di vagina kamu, sekarang kamu resmi jadi betina Tante, mulai sekarang Anjing-Anjing Tante adalah suami kamu, jadi kamu harus mereka dengan suami.
Tugas kamu sebagai betina Anjing-Anjing Tante yaitu melayani mereka kapanpun jika mereka mau mengawinimu, membuang kotoran mereka dengan tanganmu sendiri tanpa memakai sarung tangan, dan mulutmu akan jadi tempat kencing mereka,baik tante, mulai sekarang Evi adalah betina Anjing- Anjing Tante, Evi akan menampung semua benih Anjing-Anjing Tante, Evi akan menjadi betina yang baik bagi Anjing-Anjing Tante jawabku.
Lalu Tante Intan mengajakku makan, selama aku makan di meja makan, vaginaku terus menerus dijilati oleh Lucky. Sambil makan, Tante Intan bercerita kalau anjing-anjingnya itu sudah dilatih sedemikian rupa oleh Tante Intan untuk menyetubuhi seorang perempuan dengan tubuhnya sendiri sebagai objek pembelajaran. Lalu Tante menjelaskan kalau salah satu anjingnya menjilati kakiku berarti tandanya mereka ingin membuang kencing mereka di dalam mulutku.
Sedangkan kalau mereka menggesek- gesekkan penisnya ke betisku berarti tandanya mereka ingin menyemburkan sperma mereka di dalam rahimku.Setelah makan selesai, Lucky juga selesai menjilati vaginaku. Aku melihat jam sudah menunjukkan 9 malam, lalu Tante Intan berkata kamu mandi dulu sana, soalnya abis mandi suami-suamimu bakal minta jatah mereka Aku menuruti perintah Tante Intan.
Aku dimandikan oleh Tante Intan, setelah selesai mandi, Tante Intan menyuruhku untuk memakai celana dalam khusus yang berlubang tepat di vagina dan anusku, tapi di 2 lubang itu ada semacam cincin yang melingkar, tante Intan menjelaskan kalau benda itu ditujukan untuk mencegah buhul anjingnya masuk ke dalam vagina dan anusku agar semua anjingnya bisa membuahiku secara bergantian dan terus menerus tanpa selang waktu yang lama.Lalu aku dibawa ke sebuah ruangan yang bersih dan bagus.
Lalu aku disuruh bertumpu dengan lututku, kemudian Tante Intan mengikatkan tangan kananku ke tiang yang ada di kananku, sementara tangan kiriku diikatkan ke tiang yang ada di kiriku. Sehingga buah dadaku menjuntai ke lantai dengan bebas. Lalu ada meja kecil di depan mukaku, Tante Intan menjelaskan kalau meja kecil yang ada di depan wajahku adalah tempat untuk anjing yang ingin dioral.
Lalu tante Intan berkata ,nah sekarang, suami- suamimu akan membuang benihnya ke rahim dan anusmu sepuas mereka,cepat panggil mereka kesini tante, aku sudah tak sabar untuk memberikan vaginaku untuk dibuahi oleh suami- suamiku, jawabku.Lalu, Tante Intan memanggil ke 12 anjingnya masuk. Tak lama kemudian ke 12 anjingnya masuk ke dalam ruangan dan langsung mengelilingi tubuh telanjangku.
Kemudian Tante Intan berkata Anjing-anjingku, mulai sekarang dia jadi betina kalian, kalian boleh mengawininya sesuka kalian, buat dia mengandung anak-anak kalian…anjing-anjing Tante Intan menggonggong seolah-olah menjawab kegirangan menyambut betina baru mereka yaitu aku. Lalu Tante Intan berkata lagi nah, silakan anjing-anjingku, nikmati tubuh betina ini sepuas kalian, lalu Tante Intan keluar dari kamar diikuti oleh Lucky.
Rupanya mereka memang benar-benar sudah dilatih oleh Tante Intan, karena tanpa ada komando, 1 anjing langsung memasukkan lidahnya yang panjang ke dalam mulutku yang kusambut dengan sangat penuh gairah, lalu 2 anjing menghisapi kedua buah dadaku dari sisi kanan dan kiriku, dan 1 anjing memompa penisnya di dalam vaginaku sehingga aku merasakan sensasi yang luar biasa.
Anjing-anjing yang lain berebutan menjilati wajah dan seluruh bagian tubuhku. Setelah 25 menit, anjing yang memompa vaginaku menyemburkan spermanya ke dalam vaginaku dan karena buhulnya tidak terkunci di dalam vaginaku, anjing itu bisa langsung mengeluarkan penisnya yang berlumuran cairan vaginaku dan sperma dari vaginaku, kemudian anjing yang french kiss berganti posisi jadi menghujamkan penisnya ke dalam vaginaku sementara anjing yang sudah menyemburkan spermanya ke dalam vaginaku.
Tidur di meja kecil yang ada di depan wajahku, aku tau kalau anjing ini ingin penisnya dibersihkan dengan mulutku, makanya tanpa ragu-ragu aku langsung memasukkan penisnya yang mempunyai rasa cairan vaginaku sendiri dan sperma anjing itu ke dalam mulutku yang hangat. Ke 12 anjing itu terus menyetubuhiku secara bergantian, bahkan ada yang salah memasukkan penisnya ke dalam anusku sehingga aku merintih kesakitan karena batang penis mereka lebih besar dibandingkan lubang anusku yang masih sempit.
Tapi rintihanku percuma karena mereka hanyalah hewan lagipula tubuhku ini sudah menjadi milik mereka sehingga mereka bebas memperlakukan tubuhku sesukanya. Sampai jam 4 pagi, mereka terus bergantian menyetubuhiku. Dan akhirnya mereka sudah puas menyetubuhiku setelah kurang lebih 7 jam, mereka tertidur di sekelilingku sementara aku tertidur masih dengan posisi yang sama yaitu kedua tanganku terikat membentang ke samping sementara aku bertumpu pada lututku.
Lalu, Tante Intan membangunkanku, aku terbangun dengan badanku yang masih sangat lemas karena tubuhku mengalami orgasme terus menerus mungkin lebih dari 10x. Aku lihat anjing-anjing di sekelilingku sudah tidak ada, lalu Tante Intan melepaskan ikatan kedua tanganku sehingga badanku langsung jatuh ke lantai karena aku sudah sangat lemas. Lalu aku dipapah Tante Intan ke kamar mandi, aku melihat noda sperma di sekitar vagina dan anusku yang sudah mengering.
Sebelum memandikanku, Tante Intan mendudukkanku di toilet lalu melebarkan kakiku sehingga vaginaku yang penuh dengan noda sperma terpampang di depan wajah cantik Tante Intan, kemudian Tante Intan langsung menjilati vaginaku dan berkata ,,,mmmmhh,,,,, peju anjing emang enak banget, aku hanya bisa mendesah pelan sambil menggigit bibir dalamku karena permainan lidah Tante Intan sangat hebat.
Setelah lebih dari 5 menit, akhirnya Tante Intan menghentikan jilatan-jilatannya terhadap vaginaku lalu Tante Intan memasukkan tubuhku ke dalam bak mandi yang berisi air dingin. Aku merasa segar kembali, kemudian Tante Intan keluar dari kamar mandi. Aku menggosok badanku yang berbau air liur anjing supaya menjadi wangi kembali. Setelah selesai mandi.
Tante Intan menyuruhku untuk makan di meja makan, tentu saja aku tidak memakai sehelai benang pun di tubuhku karena sekarang aku adalah betina disini jadi Tante Intan tidak memperbolehkanku memakai baju sedikitpun.Seperti biasa ketika makan, si Lucky menjilati vaginaku sampai aku mengalami orgasme. Selesai makan, aku berkata kepada Tante Intan ,tante, suami-suamiku kok ada di luar sih? emang kenapa kalau ada diluar? balas Tante Intan.
Kan mereka jadi gak bisa setubuhin aku sesuka mereka, suruh masuk aja deh Tante, balasku, ya udah, kamu yang minta ya, oh ya sekalian kasih makan mereka balas Tante Intan. Lalu ke 12 anjing itu masuk ke dalam rumah dituntun oleh Tante dengan rantai anjing Aku menyiapkan 12 mangkuk anjing lalu kutuang makanan anjing ke dalam 12 mangkuk itu.
kemudian mereka langsung makan makanan anjing di mangkuk mereka masing-masing, sementara Lucky sedang menyetubuhi Tante Intan.Setelah makan, mereka menjilati kakiku yang artinya ingin buang air kecil, aku langsung menunduk dan memasukkan penis mereka satu per satu ke dalam mulutku sehingga mereka semua mengeluarkan air seni mereka di dalam mulutku.
Setelah mereka menyemburkan air seni mereka di dalam mulutku, mereka buang air besar di lantai, sebagai betina mereka, dengan sigap aku mengambil semua kotoran anjing itu dengan tanganku sehingga tanganku penuh kotoran anjing, lalu kubuang semuanya ke dalam toilet lalu kusiram dan kemudian aku mencuci tanganku agar wangi kembali. Aku kembali ke ruang makan.
Kulihat Lucky sudah selesai menyetubuhi Tante Intan, Tante Intan berkata Evi, sekarang kamu pergi ke kamar Tante, udah waktunya suami-suamimu menanam benih mereka di rahimmu baik tante,,balasku.Aku pergi ke kamar Tante Intan diikuti ke 12 anjing yang menjadi suamiku dan juga Tante Intan serta Lucky. Setelah sampai di kamar Tante Intan, dia menyuruhku untuk tidur terlentang dan membuka kaki lebar-lebar.
Seperti biasa, Lucky yang pertama kali menjilati vaginaku sampai aku mengalami orgasme lalu setelah cairanku habis diminum olehnya, Lucky langsung menghujamkan penisnya yang besar dan keras ke dalam vaginaku. 20 menit Lucky menggenjot vaginaku dengan cepat dan kuat, akhirnya Lucky menyemburkan spermanya ke dalam vaginaku, dan karena kali ini tanpa celana dalam khusus.
Buhul penis Lucky tertanam di dalam vaginaku sampai kurang lebih 1/2 jam, lalu Lucky mundur dan digantikan Anjing berikutnya yang menjilati vaginaku yang penuh sperma Lucky dan cairan dari vaginaku sampai kering, lalu anjing itu langsung memompakan penisnya di dalam vaginaku, lalu setelah selesai, digantikan anjing- anjing berikutnya yang kadang-kadang salah satu dari mereka ada yang menyodomi anusku.
Sementara, tubuhku sedang dinikmati oleh para anjing secara bergantian dan terus menerus, Tante Intan memfilmkan setiap adegan persetubuhanku dengan anjing-anjingnya tanpa terlewat dengan handycamnya. Setelah semua anjing menyemburkan sperma mereka ke dalam rahimku, aku dimandikan oleh Tante Intan, setelah mandi, aku makan, dan kemudian bersiap- siap untuk melayani ke 13 anjing itu semalaman.
Itulah rutinitas aktifitasku menjadi betina bagi anjing-anjing Tante Intan. Aku senang sekali dijadikan betina di peternakan Tante Intan, karena vagina dan anusku tak pernah kosong dari penis dan sperma. Kalau saja ada teman- temanku yang menemaniku menjadi betina disini, pasti lebih seru. Tapi, aku cukup senang karena selama 2 bulan vagina dan anusku akan selalu dipenuhi penis yang besar serta sperma yang hangat dan dalam jumlah banyak.
Mudah- mudahan aku bisa mengajak 2 teman baikku untuk bersama-sama menjadi betina di peternakan Tanteku. -Tamat-Nb: Cerita ini hanya rekayasa dan imajinasi saya,dan saya mohon jangan ada yg meniru atau mencontoh tingkah laku Evi dan Tantenya serta Anjing-anjing nya ,daripada sama anjing mendingan sama saya aja Sis,ok Sis…!

Saturday, January 30, 2016

Agen Judi Terpercaya - Mesum Dengan Perawan Tua

0 comments
 Promosi Terbaru Liga8.com
Likenews - Perkenalkan namasaya Emmy, diumurku yang beranjak kepala 3 aku masih melajang, padahal aku tidak jelek, kulitku putih dengan wajah yang cantik, tingi 171 cm, diusiaku saat ini statusku masih gadis, kalau secara medis seorang wanita diusia segitu untuk mempunyai keturunan sudah lewat.
Kadang aku frustasi kalau mendengar berita dari dokter, tapi kalau saya ingat – ingat terus semuanya membuat aku sedih, jadi aku tidak tenggelam dalam kesedihanku, aku selalu mencari kegiatan yang bisa membuat aku bahagia.
Namun ada yang terus-terusan mengganjal di batinku. Masalah seks ! Rasanya tidak terlalu dini untuk cewek seusiaku sering memikirkan hal yang satu itu. Bahkan mungkin sudah terlambat. Tapi mending terlambat daripada tidak.
Ya. Kalau aku sudah membayangkan yang satu itu, aku jadi bingung sendiri dan tak tahu lagi apa yang harus kulakukan.
Padahal aku sering Mbakton film bokep, baca cerita-cerita dewasa dan dengar dari sana sini tentang nikmatnya hubungan seks dengan pria. Tapi aku hanya bisa membayangkannya. Karena belum pernah merasakannya. Yang jelas ada hasrat di batinku, hasrat untuk merasakannya.
Tapi beginilah takdir wanita timur. Sekalipun ada hasrat yang terpendam, aku tak bisa seperti kaum pria yang bisa seenaknya mencari mangsa pelampiasan. Apalagi untuk berstatus belum menikah seperti aku, bisa dibilang perawan tua.
Kemelut dan hasrat terpendam ini berlangsung berbulan-bulan. Sampai pada suatu hari, aku teringat pada Roni, anak buah ayahku yang sering datang ke rumah. Aku punya nomor handphonenya, tapi tak pernah memanfaatkannya. Pada hari itu, aku memberanikan diri menelepon pria 26 tahunan itu.
“Lagi ngapain Ron?”
“Ehh…Mbak Sinta….tumben nelepon? Aku lagi di bengkel Mbak. Lagi benerin motor.”
“Sendirian?”
“Iya. Kenapa Mbak? Mau ditemenin?”
“Mau sih…tapi takut istrimu ngambek.”
“Hahaha…masa nemenin putri bossku ngambek?”
“Tapi aku pengen ditemaninnya seharian. Bisa gak?”
“Siap Mbak. Tapi harus di hari libur.”
“Minggu mendatang ini gimana?”
“Boleh.”
“Tapi hanya kita berdua saja Ron. Jangan ngajak sapa-sapa. Dan jangan bilang-bilang sama Papa.”
“Iya…iya…mau ditemenin ke mana?”
Aku lalu menyebutkan salah satu daerah wisata di dekat kotaku.
“Ke sana harus pake mobil Mbak.”
“Iya, pake taksi aja. Nanti kujemput di tempat yang sudah ditentukan. Deal?”
“Deal…tapi aku lagi bokek Mbak. Pas tanggung bulan nih.”
“Semua aku yang tanggung Ron. Santai aja.”
“Oke deh kalau gitu. Jam berapa berangkatnya?”
“Lebih pagi lebih baik. Biar jangan kemalaman pulangnya.”
Pada hari Minggu yang sudah dijanjikan, jam 9 pagi aku dan Roni sudah duduk-duduk berdua di gubuk beratap ijuk dan berada di dekat air terjun. Suasana masih sepi, maklum massih pagi. Dalam perjalanan aku belum bicara apa-apa. Karena aku tak mau sopir taksi mendengar masalah yang harus dirahasiakan ini.
“Ron…tau nggak kenapa aku ngajak ke sini?” tanyaku setelah belasan menit menikmati indahnya pemandangan di sekitar air terjun ini.
“Mungkin di rumah Mbak lagi jenuh, lalu ingin refreshing di sini,” sahut Roni sambil menyalakan rokoknya.
“Bukan Ron. Aku butuh bantuanmu, please…”
“Dibantu dalam soal apa Mbak?” Roni menatapku. Hmm…memang ganteng anak buah ayahku ini. Rasanya aku tak salah pilih meski aku tahu dia sudah beristri.
“Ini sangat rahasia Ron. Maukah kamu berjanji untuk tidak menyampaikan hal ini kepada siapa pun?”
“Iya Mbak, saya janji…” Roni mengangguk-angguk. Lalu mengepulkan asap rokok dari mulutnya.
Aku sendiri suka merokok. Karena itu kukeluarkan rokok mentholku dari tas kecilku, untuk menenangkan diri, karena aku akan mengucapkan kata-kata yang terlalu penting buatku.
Setelah menyalakan rokok dan mengisapnya dalam-dalam, aku memegang pergelangan tangan Roni sambil mendekatkan mulutku ke telinganya. Dan berkata setengah berbisik, “Aku ingin merasakan hubungan seks, Ron…please Ron….kamu bisa kan?”
Roni tersentak, pasti kaget dan tak menyangka kalau aku mau membicarakan masalah itu.
“Mbak becanda apa serius?” Roni menatapku, masih dengan tatapan sopan, karena aku ini putri bossnya.
“Serius Ron. Umurku sudah tigapuluhlima tahun. Wajar kan kalau aku ingin merasakannya?”
“Emangnya Mbak belum pernahsama sekali?”
“Belum Ron. Jangankan hubungan seks. Ciuman aja belum pernah. Sumpah deh. Tadinya aku mempertahankan kesucianku, untuk suamiku di malam pertama. Tapi sampai hari ini belum juga ada yang mau nikah dnganku. Makanya kupikir tak ada gunanya menahan-nahan diri lagi. Biarlah virginitasku buat kamu saja Ron.”
“Tapi Mbak kan tahu, aku sudah punya istri.”
“Biar saja. Aku gak minta dikawin kok. Aku hanya ingin merasakan hubungan seks aja. Ingin banget…..”
Suasana saat itu masih tetap sepi. Biasanya jam 12 mulai banyak pengunjung yang ingin refreshing di tempat yang sejuk dan indah ini. Roni terdiam. Tapi tangannya tidak diam. Mulai mengelus betisku. Membuatku merinding syur. Ih, belum apa-apa sudah dag-dig-dug gini. Kubiarkan saja tangannya menyelinap ke balik gaun putihku, menyelusuri pahaku sampai ke pangkalnya. Mungkin memang harus seperti itu awalnya.
Dan tanpa basa-basi lagi tangan Roni menyelinap ke balik celana dalamku. Tetap kubiarkan. Bahkan aku ingin diperlakukan seperti itu. Maka kurasakan jemarinya mulai mengelus-elus jembut dan bibir kemaluanku…oooh…baru dielus jari saja sudah terasa enaknya. Maka kubiarkan saja semuanya itu terjadi. Dengan hasrat semakin menggila.
“Kita tak mungkin bisa melakukannya di sini Mbak,” kata Roni setengah berbisik, “Kalau kelihatan orang lain kan bisa heboh.”
“Ya iyalah,” sahutku sambil menahan tangan Roni agar jangan menjauh dulu dari vaginaku, karena elusannya geli-geli enak. Dan ini pertama kalinya vaginaku disentuh tangan pria.
“Emang aku gak ngajak di sini. Di situ kan ada hotel, jalan kaki sepuluh menit juga sampai,” kataku sambil menunjuk ke arah selatan, “Nanti di sana aja mainya. Tapi oooh…jangan cabut dulu tanganmu Ron…elusanmu kok enak sekali….”
Sebagai jawaban, Roni mengangsurkan bibirnya ke bibirku sambil bertanya, “Beneran belum pernah dicium?”
“Bener Ron…ngapain aku bohong..” sahutku sambil membiarkan bibirnya makin dekat dan makin dekat ke bibirku. Lalu ia melumat bibirku, sementara tangannya tetap mengelus vaginaku, sehingga aku terkejang-kejang dalam perasaan yang indah dan nikmat.
Tapi lalu kubayangkan alangkah indahnya kalau semua ini dilakukan di dalam kamar tertutup, sehingga aku dan Roni akan bebas melakukan apa saja.
“Ayo Ron…kita ke hotel aja yok,” kataku sambil mencium pipi Roni.
Roni mengangguk dan mengeluarkan tangannya dari balik celana dalamku.
Kami tinggalkan gubuk yang sengaja dibangun oleh dinas parawisata itu, kemudian menuju hotel yang tak jauh dari pintu masuk ke taman itu. Sebuah hotel kecil tapi bersih, membuatku senang cek ini di situ. Kamarnya tidak besar. Hanya berisi satu tempat tidur besar dan kursi dua buah. Ada juga cermin besar di dinding dan disediakan dua helai handuk bersih berikut sabun mandi.
Berbeda dengan waktu di dekat air terjun tadi, setelah berada di dalam kamar hotel itu Roni jadi agressif. Begitu masuk ke dalam kamar dan setelah menguncikan pintunya, dia langsung menerkamku. Memelukku dengan ciuman ganas di bibir dan leherku.
Ini memang yang kuinginkan. Tapi aku tak tahu cara membalasnya. Aku hanya memeluknya dengan penuh hasrat, dengan jantung berdegup kencang dan membayangkan apa yang akan terjadi dengan benak penuh tanda tanya.
“Buka ya bajunya, biar jangan kusut,” kata Roni sambil mencium pipiku dengan bibir terasa hangat.
Aku mengangguk sambil tersenyum. Walaupundengan malu-malu kutanggalkan gaun dan underwearku, sehingga tinggal CD dan BH saja yang masih melekat di tubuhku.
“Hmmm…ternyata tubuhmu mulus banget Mbak,” kata Roni sambil mengelus perutku.
“Mulus tapi gendut…” kataku.
“Ah…gak seberapa gendut…malah tampak seksi gini….” Roni melepaskan kancing BHku yang bernomor 40.
“Wow…ini baru toge…” kata Roni setelah menanggalkan behaku. Lalu meremas buah dadaku yang besar ini dengan lembut.
“Kok kamu sendiri masih pakaian lengkap gitu? Buka juga dong biar adil,” kataku sambil melepaskan kancing baju kausnya, kemudian ia sendiri yang menanggalkannya. Disusul dengan pelepasan celana denimnya yang berwarna biru gelap.
Roni malah bertindak lebih cepat. Ia menanggalkan segala yang melekat di tubuhnya. Sehingga ia duluan telanjang bulat. Yang membuatku berdebar-debar adalah ketika melihat penisnya yang tampak sudah keras, mengacung dengan gagahnya. Aku tidak tahu apakah penis Roni itu tergolong besar atau kecil, panjang atau pendek, entahlah…karena baru sekali itu aku melihat penis dalam kenyataan (kalau nonton dari film-film bokep sih sering).
Ketika Roni naik ke atas tempat tidur, aku tak kuat lagi menahan hasrat, ingin memegang penisnya yang tampak sudah tegang itu.
“Ini harus diapain Ron?” tanyaku lugu sambil menggenggam penis Roni yang memang sudah keras dan hangat itu.
“Ya dimasukin ke dalam memek Mbak nanti…makanya buka dong celana dalamnya biar leluasa…” sahut Roni sambil menurunkan celana dalamku dengan hati-hati. Sedikit demi sedikit kemaluanku mulai terbuka….lalu terbuka sepenuhnya setelah celana dalamku dilemparkan ke dekat bantal oleh Roni.
“Hmm…kebayang…memek perawan pasti enak,” kata Roni sambil mengelus-elus jembutku yang kubiarkan tumbuh liar dan lebat sekali.
Kemudian Roni mendorong dadaku dengan lembut, supaya aku merebahkan diri di tempat tidur yang lumayan besar ini. Aku pun manut saja. Bahkan kataku, “Aku ikuti instruksi kamu aja Ron. Jangan diketawain ya…soalnya aku masih bodoh banget. Anggap aja sekarang ini aku cuma anak TK.”
“Santai aja, Mbak…kita lakukan secara smooth and clear…tapi bagaimana kalau Mbak hamil nanti?”
“Wah, jangan bikin hamil dong. Aku gak akan nuntut apa-apa, asal jangan sampai hamil aja.”
“Berarti padaa waktu mau ejakulasi, harus dicabut dan dilepaskan di luar.”
“Terserah…pokoknya asal jangan hamil aja. Kamu tentu lebih pengalaman dalam soal itu.”
“Iya, tenang aja. Aku jamin takkan hamil. Tapi besok-besok kalau mau aman, pasang alat KB aja di dokter. Bilangnya sudah punya suami gitu. Jangan ngaku masih lajang.”
“Oke….” sahutku dengan senyum.
Roni rebah di sampingku, saling berhadapan dan mulai asyik mempermainkan payudaraku. Mula-mula cuma diremasnya dengan lembut. Lama kelamaan ia mulai mengulum pentilnya, terasa disedot-sedot seperti anak kecil menyusu pada ibunya. Tapi ujung lidahnya terasa bergerak-gerak, menyapu-nyapu pentil payudaraku yang sangat montok ini. Aku jadi geli-geli enak dibuatnya.
Dan jarinya merayap ke bawh, ke arah vaginaku lagi. Mungkin melanjutkan yang terhenti di dekat air terjun tadi. Tapi…oh…elusannya di bibir kemaluanku…lalu elusan di clitorisku ini…benar2 membuatku mengejang-ngejang dalam nikmat yang luar biasa. Baru dimainkan dengan jemari saja sudah begini enaknya, apalagi kalau penisnya sudah dimasukkan…oooh…aku tak sabar lagi untuk merasakannya. Tapi aku harus menahan diri agar acaranya tidak kacau, karea aku belum mengerti apa-apa.
Tak lama kemudian ia minta agar aku menelentang. Pikirku sudah mau memasukkan penisnya ke dalam vaginaku. Tapi ternyata tidak. Ia malah menciumi pusar perutku. Lalu menurun ke arah kemaluanku.
Aku terkejut ketika ia mulai menciumi kemaluanku. Tapi lalu teringat film-film bokep yang pernah kutonton dari laptopku. Karena itu aku diam saja, karena mungkin seharusnya seperti itu. Maka aku pun menurut saja ketika kedua pahaku disuruh agar direntangkan selebar mungkin. Menuruti perintahnya dengan jantung semakin deg-degan.
LAlu aku diam saja sambil menatap langit-langit kamar hotel. Dan tiba-tiba aku merasa sesuatu yang geli luar biasa, tapi gelinya geli enak. Rupanya Roni mulai menjilati vaginaku. Oh, ini edan banget enaknya. Terlebih ketika kurasakan jilatannya terpusat di kelentitku, oooh..aku mulai tak bisa menahan rintihan-rintihan histerisku, “Rooob…ooooh…kok enak banget Ron….oooh….iya Ron…terus Ron….iya clitorisnya enak sekali….kamu edan Ron…kamu pandai banget Ron…..oooh….addduuuh….”
Aku menggeliat-geliat dalam arus nikmat yang luar biasa. Sekujur tubuhku seolah dialiri arus listrik yang membuatku berdenyut dari ujung kaki sampai ke ubun-ubun. Bahkan tak lama kemudian aku merasakan liang vaginaku berkedut-kedut….dan aku merasa seperti melesat ke angkasa, lalu jadi takut jatuh…membuatku merintih, “Rooobiiiii….oooooh….”
Aku tidak tahu apa yang sedang terjadi saat itu. Belakangan lalu tahu bahwa itu yang disebut orgasme.
Saat itu yang aku tahu, Roni seperti sengaja ingin membuat vaginaku basah sebasah-basahnya. Bukan hanya lendirku sendiri yang membasahi vaginaku, tapi juga air liur Roni yang begini banyaknya.
Kemudian Roni naik dan menelungkup di atas dadaku sambil mengarahkan moncong penisnya ke mulut vaginaku. “Sengaja kubikin becek dulu, supaya tidak sakit waktu penetrasi,” katanya sambil berusaha meletakkan penisnya di tengah-tengah mulut vaginaku. Kemudian aku rasakan desakan penisnya, membuat napasku tertahan.
“Pahanya lebih direnggangkan lagi Mbak,” kata Roni yang kuturuti juga.
Lalu terasa desakan penis Roni…kuat sekali….aaah…mulai membenam sedikit. Aku makin merenggangkan pahaku supaya Roni tidak kesulitan membenamkan batang kemaluannya.
Aku sering mendengar betapa sulitnya meneRonos kegadisan di malam pertama, malah katanya ada yang sampai seminggu baru berhasil. Tapi Roni tidak seperti itu. Aku merasakan sedikit demi sedikit batang kemaluannya membenam ke dalam liang vaginaku. Tapi dia tidak mendorong langsung sampai tuntas, melainkan digeser-geser dulu, lalu makin lama makin dalam masuknya.
“Sakit?” tanyanya ketika kurasa ada yang sedikit perih di dalam vaginaku. Mungkin karena selaput daraku (hymen) sudah tertembus penis Roni.
“Sakit sedikit….” sahutku.
“Tahan ya sakitnya…hanya pertama kali ini saja terasa agak sakit, nantinya sih gak sakit lagi.”
“Iya….aku kuat nahan sakit kok…tuntaskan aja Ron,” sahutku sambil mencumi hidung dan mata Roni .
Lalu desir-desir nikmat itu makin lama makin nyata ketika penis Roni mulai menggelusur-gelusur di dalam liang vaginaku. Oh, pantaslah orang bilang bersenggama ini laksana berada di surga dunia. Aku mulai merasakannya kini, ketika Roni mulai menggerakkan penisnya secara teratur…masuk semakin dalam, ditariklagi, didorong lagi…oooh…ini luar biasa nikmatnya…sehingga rintihan-rintihan nikmatku berlontaran begitu saja : “Ron…oooh…Ron…enak sekali Ron….oooh….Ron…iya Ron….enak Ron….oooh….”
Roni mendekap leherku sambil berbisik, “Memek Mbak juga enak banget…wah..ini bener-bener memek perawan…luar biasa enaknya Mbak….” Aku tidak tahu apakah ucapannya itu keluar dari kejujurannya atau hanya ingin menyenangkan hatiku. Yang jelas tanganku meremas-remas rambut Roni sampai kusut masai, karena menahan geli-geli enaknya enjotan penis Roni yang berada di dalam jepitan liang kemaluanku.
Roni pun mulai ganas melumat bibirku sambil meremas-remas buah dadaku dengan agak keras, sementara penisnya tetap mengenjot liang kemaluanku. Oh, ini nikmat sekali. Sehingga aku sering terpejam-pejam dibuatnya. Batinku seolah melayang-layang di langit ketujuh. Luar biasa indah dan nikmatnya.
Saat itu aku belum tahu apa yang sedang terjadi ketika tiba-tiba saa sekuur tubuhku mengejang di puncak kenikmatanku, kemudian bagian dalam vaginaku terasa berkedut-kedut, lalu seperti ada yang mengalir di dalamnya. Sekarang aku tahu bahwa saat itu aku sedang mengalami puncak orgasme. Puncak dari segala kenikmatan dalam bersenggama.
Entah berapa kali aku mengalami hal itu. Yang jelas keringat Ronbi mulai berjatuhan di tubuhku. Terasa makin lama makin hangat. Tapi aku tak peduli lagi dengan semuanya itu, kecuali satu hal..bahwa enjotan batang kemaluan Roni luar biasa enaknya. Membuatku terkadang memejamkan mata dengan mulut ternganga, terkadang melotot dan menahan napas dalam syur.
Sampai pada suatu saat, tiba-tiba saja Roni mencabut batangg kemaluannya, kemudian bergegas naik ke atas perutku, sambil memegang penisnya yang sudah berlumuran lendirku.
Lalu terdengar ia mendengus panjang. Dan moncong penisnya menyembur-nyemburkan cairan kental hangat ke buah dadaku, ke leherku dan ke pipiku. Aku sudah dapat menduga bahwa itu air mani Roni. Gilanya aku malah senang dada dan mukaku disemproti cairan kental itu. Bahkan yang di pipi kuusap dan kujilati dari telapak tanganku.
Roni pun mencium keningku disusul dengan bisikan hangat, “Mbak sangat memuaskan….”
“Masa sih?” aku bangkit dan meraih handuk yang disediakan oleh hotel. Kuseka keringatku yang telah bercampur aduk dengan keringat Roni. Ketika melirik ke arah seprai, kulihat ada genangan darah yang sudah muai mengering. Hmm…itulah darah perawanku.
Aku sudah menjadi wanita yang lengkap, yang benar-benar dewasa. Aku tidak menyesalinya, bahkan hatiku bahagia sekali. Maka dengan mesra kupeluk Roni diiringi bisikan, “Terimakasih Ron. Sekarang aku benar-benar sudah menjadi wanita yang dewasa. Aku bahagia sekali.”
“Terimakasih juga Mbak. Karena Mbak sudah mempercayakannya padaku. Selain daripada itu, aku mengalami kepuasan yang luar biasa,” sahut Roni disusul dengan kecupan hangat di bibirku.
“Kalau dibandingkan dengan istrimu pasti aku gak ada apa-apanya kan?”
“Gak Mbak. Mungkin karena dengan istri seolah hanya menunaikan kewajiban saja. Sudah terlalu hapal seluk beluknya. Tapi dengan Mbak barusan, luar biasa. Sebenarnya Mbak ini seksi banget. Bodoh juga cowok-cowok yang tidak mau sama Mbak.”
MINGGU itu benar-benar Minggu yang indah dan mengesankan. Di hari itu aku sudah menjadi wanita yang lengkap, meski belum bersuami. Setelah berada di rumah, sampai larut malam aku tak bisa tidur. Bukan karena resah, melainkan sebaliknya. Asyik mengenang keindahan yang terjadi siang harinya.
Roni memang penuh kelembutan dan sangat berhati-hati memperlakukanku. Waktu kutanya, benarkah pengantin baru bisa 5 kali bersetubuh di malam pertamanya, Roni menjawab, “Memang benar. Tapi aksi seperti itu menyiksa wanitanya. Karena luka di vaginanya belum kering, lalu dihajar lagi terus-terusan. Aku gak mau seperti itu.
Aku ingin luka di vagina Mbak mengering dulu. Kalau sudah benar-benar sembuh, ayo kita habis-habisan. Aku punya banyak cara untuk memuasi Mbak nanti. Santailah dulu. Sembuhkan dulu luka di vagina Mbak. Nanti kita ketemuan lagi. Gak usah jauh-jauh ke sini…di dalam kota juga banyak hotel yang bisa kita pakai. Jadi gak buang-buang waktu di jalan.”
Aku setuju pada pendirian Roni itu. Aku akan bersabar sampai perih di vaginaku lenyap. Lalu habis-habisan menikmati keindahan berhubungan badan dengan Roni lagi.
Hanya dalam dua hari perih di dalam vaginaku hilang. Tapi lalu ada gatal-gatal. Mungkin karena luka yang sudah mengering biasa menimbulkan gatal. Tapi gilanya, aku bayangkan gatal-gatal ini pasti enak sekali kalau digesek oleh penis Roni. Dengan kata lain, aku ingin disetubuhi oleh anak buah ayahku itu.
Aku mencoba meneleponnya. Tapi ternyata dia sedang di luar kota, bersama ayahku.
O, kecewanya hatiku. Tapi di telepon tadi aku tidak berterus terang bahwa sebenarnya aku ingin digaulinya lagi. Percuma kukatakan juga, karena dia sedang mendampingi ayahku di luar kota. Mungkin dua atau tiga hari lagi baru pulang, karena ayahku juga bilang begitu.
Tapi khayalan tentang nikmatnya kalau vaginaku yang agak gatal ini digesek oleh penis….ah…makin lama makin menggila. Sehingga aku resah sendiri di dalam kamarku.
Seperti orang kesurupan, aku telanjang di dalam kamarku. Kupandang bayangan sekujur tubuh bugilku di cermin besar yang ada di lemari pakaianku. Lalu kuremas-remas sepasang buah dadaku yang sangat montok ini. Kuelus kemaluanku yang berbulu sangat lebat ini. Aaaah…seandainya tangan yang menyentuh kemaluanku ini bukan tanganku sendiri….seandainya ada seorang lelaki yang menyentuhku malam ini….aaaah….seandainya malam ini ada seorang lelaki yang mau menggelutiku, mengelus kemaluanku, meremas buah dadaku…lalu memasukkan penisnya ke celah vaginaku…alangkah indahnya kalau khayalanku ini menjadi suatu kenyataan.
Bermenit-menit aku tenggelam di dalam khayalanku. Tiba-tiba aku teringat Seno, anak muda yang tugasnya mengurus taman, kolam dan membersihkan mobil ayahku. Kenapa aku baru berpikir sekarang mengenai orang itu?
Ya, di rumahku hanya ada tiga orang malam ini, Bi Iyem yang sudah tua itu, Seno dan aku sendiri.
Bi iyem yang sudah tua itu tidak kupikirkan. Yang menyelinap ke dalam pikiranku adalah Seno itu. Cowok 22 tahunan itu sudah hampir setahun bekerja di rumahku. Menurutku, dia tidak jelek. Lumayan lah. Kenapa baru sekarang aku memperhitungkannya? Bukankah biasanya aku jutek-jutek aja padanya?
Lalu kukenakan gaun tidurku yang putih dan transparant, tanpa mengenakan apa-apa lagi di dalamnya. Kulihat jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Bi Iyem sudah tidur, seperti biasa. Tapi pintu kamar Seno masih terbuka. Aku lalu melangkah ke arah pintu yang terbuka itu.
Sesampainya di depan pintu yang terbuka itu, kulihat Seno sedang menyisiri rambutnya yang agak gondrong. Tampak kelimis. Mungkin baru selesai mandi, karena biasanya dia suka mandi malam-malam.
“Seno…malam ini kamu tidur di kamarku ya,” kataku, “aku lagi takut tidur sendiri. Kemaren juga mimpiku serem banget.”
Seno kaget, memandangku sesaat. Tapi lalu mengangguk, “Ba…baik Mbak.”
Lalu ia menggulung tikar yang terhampar di dekat dipannya.
“Buat apa tikar itu?” tanyaku heran.
“Buat tidur saya Mbak,” sahutnya sopan.
“Gak usah. Nanti tidur di tempat tidurku aja. Tempat tidurku kan gede banget. Ngapain bawa-bawa tikar segala,” kataku sambil kembali ke kamarku.
Sesaat terkilas pertentangan di dalam batinku : Apakah aku tidak salah? Pembantuku sendiri mau dijebak agar mau menggauliku? Di mana letak harga diriku? Ahhh…persetan dengan segala harga diri ! Bukankah Seno juga manusia? Bukankah aku sedang sangat membutuhkan lelaki malam ini? Ya, yang penting lelaki ! Lelaki yang lengkap dengan kejantanannya !
Tak lama kemudian Seno masuk ke dalam kamarku, dengan mengenakan kaus oblong dan sarung. Mudah-mudahan sarungnya tidak bau. Tapi yang aku tahu, dia menjaga kebersihan juga, meski statusnya cuma seorang pembantu di rumah ini.
“Kamu bisa mijet No?” tanyaku ketika Seno masih berdiri canggung di dekat tempat tidurku yang luas dan ditutupi bad cover bercorak bunga lotus. “Mijet asal-asalan sih bisa Mbak.”
“Yang penting urut-urut aja, badanku pegel-pegel,” kataku sambil mengambil baby lotion dari meja riasku.
“Baik Mbak,” katanya sambil menerima botol lotion itu.
Aku pun lalu telungkup di atas tempat tidur. “Sarungmu lepasin dulu gih…gak enak lihatnya,” kataku, “Nanti kalau mau tidur sih ada selimut buatmu.”
“Ba…baik Mbak…tapi…tapi saya cuma pake celana dalam. Saya mau pake celana panjang dulu ya Mbak.”
“Gak usahlah. Buang-buang waktu aja. Laki-laki kan gak usah tertutup-tutup banget. Anggap aja di kolam renang. Hihihi…”
“I..iya Mbak…yang mau dipijet apanya Mbak?” Seno melepaskan sarungnya, sehingga tinggal mengenakan celana dalam dan kaus oblong aja, lalu duduk di pinggiran tempat tidurku.
“Semuanya lah. Dari kaki sampai kepala.”
“Ba..baik Mbak…”
Lalu terasa Seno mulai memijit-mijit telapak kakiku. “Enak juga pijetanmu No. Belajar dari mana?”
“Ah asal-asalan aja Mbak. Dulu waktu kecil suka disuruh pijetin ayah saya…”
“Terus naik ke atas,” kataku sambil menyingkapkan gaun tidurku sampai ke paha.
“Iya Mbak,” sahutnya sambil membalurkan lotion ke betisku.
“Yang agak kuat ngurutnya ya,” kataku.
“Iya Mbak,” sahutnya. Lalu tangannya mulai mengurut-urut betisku. Dan aku justru membayangkan sedang dipijat oleh Roni. Tapi Seno setelah tangannya berada di lipatan lutut, seperti ragu memijat ke arah paha, sehingga aku harus memberi instruksi yang jelas, “Ayo terus ke atas. Justru yang pegel di pangkal pahaku, No.” Kusingkapkan gaun tidurku sampai ke pinggangku. Padahal saat itu aku tidak mengenakan beha maupun celana dalam. Maka pastilah sekujur pantatku dilahap oleh mata Seno.
“Iya Mbak,” sahut Seno dengan suara agak terengah. Pasti karena melihat pantat besarku yang tak tertutup apa-apa lagi. Bahkan sebagian jembutku pasti ada yang nyembul di pantatku, karena memang lembutku lebat sekali tanpa pernah dicukur.
Sambil menelungkup kuamati perilaku Seno, dengan mata disipitkan seolah-olah sedang terpejam.
Dia mengurut pahaku dengan mulut ternganga. Dan kulihat di celana dalamnya ada yang menonjol. Ah, rasanya aku tak sabar lagi, ingin memegang yang berada di balik celana dalam itu. Tapi aku harus menahan diri dulu. Aku harus yakin dulu bahwa dia mau kuajak bersetubuh. Ketika tangan Seno mulai memijati buah pinggulku, aku mulai menyelidikinya, “Kamu pernah main sama cewek, No?”
“Ma…main gimana Mbak?”
“Bersetubuh, gitu…pernah kan?”
“Hehehe…pernah, di kampung saya dulu, waktu baru umur tujuhbelas.”
“Sama siapa?”
“Sama janda Mbak. Sekarang dia malah sudah nikah, dijadikan istri ketiga sama bandar tembakau.”
“Sering kamu main sama janda itu?”
“Gak terlalu sering…kalau dihitung-hitung, paling juga baru lima kali.”
“Enak gak maen sama janda itu?”
“Mmm…ya enak Mbak…tapi sudah lama sekali, sudah lupa rasanya.”
Aku tersenyum sendiri mendengarnya. Dan aku semakin tak sabar, rasanya ingin sekali liang vaginaku digesek dan dienjot oleh batang kemaluan lelaki. Lalu aku membalikkan badan, menelentang sambil menarik gaunku sampai ke perut. “Ininya pijit tapi jangan terlalu keras,” kataku sambil menunjuk ke pangkal pahaku.
“I…iya Mbak…pa…pakai minyak ini juga?” sahut Seno tergagap, pasti gugup karena melihat kemaluanku yang berjembut lebat liar ini.
“Iya,” sahutku sambil mengamati bagian yang menonjol di balik celana dalamnya itu.
Sebenarnya saat itu aku juga gugup. Tapi aku bisa menguasainya. Bahkan kurentangkan sepasang pahaku lebar-lebar, biar dia bisa mengamati kemaluanku sepuasnya. Lalu kutarik tangannya yang baru saja dibasuh dengan baby lotion, kuletakkan telapak tangan itu di kemaluanku sambil berkata binal, “Ini urutnya yang lembut ya.”
“I…iya…ininya diurut juga Mbak?” ucap Seno dengan suara hampir tak terdengar, sementara tangannya terasa gemetaran.
“Iya,” sahutku sambil menjulurkan tanganku ke arah celana dalam Seno. Dan kupegang bagian yang menonjol itu. Hihihi…benar-benar sudah ngaceng. Dan Seno terkejut. Terlebih lagi waktu aku menyelinapkan tanganku ke balik celana dalamnya, karena aku ingin memegang penisnya tanpa terhalang celana dalam lagi.
Seno gelagapan. Tapi dengan senyum binal aku berkata, “Ya sudah, kamu elus memekku, aku elus kontolmu yang udah ngaceng ini, biar adil kan?”
“I…iya Mbak…ta…tapi…duuuh…perasaan saya jadi gak bener nih…” kata Seno sambil berusaha mengikuti perintahku, mulai mengelus-elus kemaluanku dengan tangan yang sudah berlumuran baby lotion.
“Iya begitu ngelusnya, No…enak nih…oooh…” kata-kataku berlontaran begitu saja ketika tangan Seno mengelus bibir kemaluanku, “Masukin jarinya sedikit gak apa-apa No….duuuh…enaknya sih pake kontolmu ini No….” kataku lagi sambil meremas-remas batang kemaluan Seno.
“Ah…ma…masa pake punya saya Mbak….”
“Kamu mau nggak? Kalau mau ya masukin aja kontolmu ke memekku..yang jujur dong kalau jadi cowok…kalau mau bilang mau, kalau gak bilang gak…”
“Ma…mau Mbak…mau…mau…”
“Ya udah masukin aja kontolmu…pasti lebih enak…”
Dengan sikap bersemangat, Seno melepaskan celana dalamnya, lalu menempelkan puncak penisnya di mulut vaginaku.
Aku degdegan juga menunggu semuanya ini, karena tampaknya penis Seno sedikit lebih besar daripada penis Roni. Panjangnya pun melebihi penis Roni. Karena sudah dilumuri baby lotion, meskipun penis Seno lumayan gede, mudah saja ia mendorongnya sampai amblas ke dalam liang vaginaku.
“Ooooh…sudah masuk No…..ayo mainkan, kenapa didiamkan aja? Entotin aja seperti waktu kamu ngentot janda itu ayo…..nnaaaahhh…gitu No….oooh…enak No….entot terus No…ini enak sekali….”
“Duuuh Mbk….kita jadi bersetubuh ya Mbak…duuuh, punya Mbak masih kecil banget…enak sekali Mbak…”
“Ya iyalah masih kecil. Aku baru satu kali ngerasain dientot. Ini yang kedua kalinya No…”
“Oooh, pantesan masih kecil banget lubangnya….enak sekali Mbak….mmm…”
“Tetekku remas atau diemut dong, jangan dibiarkan nganggur,” kataku sambil menarik gaun tidurku tinggi-tinggi dan kulepaskan sekalian. Sehingga aku kini benar-benar telanjang bulat.
Seno patuh saja pada perintahku. Dia mulai mengentotku sambil meremas-remas buah dadaku, terkadang juga mengemutnya seperti yang dilakukan oleh Roni 3 hari yang lalu.
“Ooooh…enak No…kontolmu gede No…lebih gede daripada punya pacarku…mantap No…iya…oooh…enak banget No…..” ucapku berlontaran begitu saja sambil meremas-remas rambut Seno, terkadang menjambaknya dengan gemas….bukan main nikmatnya.
Seno sendiri tampak sangat menikmati persetubuhan ini. Hmm…namanya kusimpan di hatiku, sebagai cowok yang bisa kuajak bersetubuh kapan pun aku menginginkannya.
“Mbak…nanti kalau sa…saya mau keluar…lepasinnya di mana?” tanyanya terengah-engah.
“Di dalam memekku saja,” sahutku sambil memeluk lehernya dengan gemas. Aku memang tak takut hamil lagi. Karena kemarin aku sudah dipasangi alat KB oleh dokter. Aku mengaku pengantin baru yang belum mau punya anak. Maka dipasanglah alat KB, yang membuatku leluasa bersetubuh dengan cowok yang kuinginkan, tanpa takut hamil.
Dan memang waktu bersetubuh dengan Seno ini aku ingin tahu bagaimana rasanya waktu air mani pria menyembur di dalam liang vaginaku.
Pada waktu Seno sedang asyik mengayun batang kemaluannya, aku masih sempat menarik kaus oblongnya agar terlepas dari tubuhnya, supaya sama-sama telanjang bulat. Lalu kudekap pinggangnya erat-erat, sambil berusaha menggoyang-goyang pinggul dengan gerakan seadanya, karena aku belum berpengalaman dalam menggoyang pinggul. Yang penting jangan diam seperti gebok pisang aja.
Tapi baru kira-kira seperempat jam berlangsungnya persetubuhan ini, tiba-tiba Seno melenguh, “Oooh…Mbak…saya sudah mau keluar….”
Aku agak heran, karena aku belum mencapai orgasme, justru sedang enak-enaknya disetubuhi oleh Seno. Dan tiba-tiba saja ia mendesakkan batang kemaluannya sedalam-dalamnya…kemudian terasa ada cairan hangat menyembur-nyembur di dalam liang kewanitaanku. Oh, ini nikmat sekali. Tapi sayangnya, aku belum mencapai orgasme.
“Kok cepat sekali kamu meletusnya?” bisikku ketika kurasakan penis Seno jadi mengecil dan melemah.
“Iya Mbak,” Seno mengangguk malu-malu, “Maklum sudah lama sekali tidak merasakan. Tapi asal Mbak mau, dalam semalam ini saya kuat sampai lebih dari 5 kali. Biasanya yang kedua lebih lama. Yang ketiga jauh lebih lama lagi….”
“Ohya?” aku tersenyum, “Nanti buktikan ya. Aku mau nyoba sesering mungkin malam ini. Tapi ingat, ini rahasia No. Jangan sampai Papa tau. Bi Iyem juga jangan dikasihtau.”
“Tentu saja Mbak. Kalau Bapak tau, wah…saya bisa diusir dari sini.”
Ketika penis Seno dicabut, terasa ada yang mengalir dari vaginaku. Pasti itu air mani Seno. Aku pun turun mengambil handuk kecil dari lemariku. Kulap vaginaku, kemudian handuknya diberikan kepada Seno sambil menyuruhnya melap penisnya yang berlepotan lendir. Aku sendiri melangkah ke kamar mandi di dalam kamarku. Kusemprot vaginaku dengan air hangat shower. Kemudian menyabuninya dan membilasnya sampai bersih. Lalu kuambil salah satu handuk yang terlipat di dinding kamar mandi. Kubelitkan ke badanku dan kembali ke ruang tidur.
Kulihat Seno sudah duduk di karpet sambil menonton televisi yang sejak tadi tidak dimatikan, hanya suaranya dipelankan sekali. Ada rasa iba, kasihan bercampur sayang menjalar di dalam batinku. Karena itu aku tidak menegurnya meski kulihat dia sudah memakai sarung lagi.
Tiba-tiba aku ingat bahwa di dalam dvd player yang tersambung ke televisi itu masih ada film bokep yang belum jadi kutonton. Maka kuambil remote control TV dan DVD player.
Begitu layar LCD televisiku menayangkan isi DVD, Seno menoleh padaku yang menonton sambil rebahan di tempat tidurku. “Waduh, filmnya seru Mbak,” katanya ketika melihat layar televisi mulai memperagakan dua orang cowok sedang berdiri, di tengahnya ada cewek sedang duduk di kursi kecil sambil memegang penis kedua cowok itu.
Lalu tampak cewek itu mulai disetubuhi sama lelaki yang satu, sementara lelaki yang lainnya tampak asyik karena penisnya diemut oleh cewek itu.
“Wah, ceweknya pasti keenakan. Kenyang banget tuh, bisa dapet dua cowok sekaligus,” kata Seno lagi.
“Sini nontonnya No, jangan di bawah gitu duduknya,” kataku sambil menarik tangannya.
Seno patuh saja. Naik lagi ke atas termpat tidurku setelah meletakkan sarungnya di lantai.
Rupanya celana dalam Seno sudah dipakai lagi. Tapi biarlah, nanti gampang lepasinnya. Mungkin dia memang masih malu-malu, meski sudah menyetubuhiku tadi.
Seno duduk di pinggiran tempat tidur, dengan kaki terjuntai ke lantai seperti duduk di kursi. Aku pun memeluknya dari belakang, dalam keadaan cuma ditutupi handuk yang dililitkan di tubuhku.
Aku yang belum orgasme merasa belum terpuasi. Maka dengan binal tanganku menyelinap ke balik celana dalam Seno. Wow, ternyata batang keemaluannya sudah ngaceng lagi!
“Kamu benar-benar kuat lima kali?” tanyaku sambil meremas-remas penis Seno yang sudah tegang itu.
“Saya kalau lagi kepengen suka dikocok Mbak. Dalam semalam saya bisa ngook sampai tujuh atau delapan kali.”
“Praktekkan malam ini ya,” kataku sambil menyembulkan penis Seno dari celana dalamnya, “tuh sudah ngaceng. Ayo main lagi No. Tapi sekarang kamu di bawah, aku di atas. Pengen nyobain posisi itu.”
Seno tidak membantah sepatah kata pun. Lalu menanggalkan celana dalam dan kaus oblongnya. Aku melepaskan belitan handukku ketika Seno sudah menelentang dalam keadaan sudah sama-sama telanjang bulat.
Meski belum pernah melakukan sebelumnya, aku sudah sering nonton film bokep. Tentu tak sulit bagiku untuk berlutut dengan kedua kaki terletak di kanan kiri pinggul Seno. Lalu kupegang batang kemaluan Seno dan kutempelkan “topi baja”nya di mulut vaginaku. Kuturunkan pantatku dengan hati-hati. Dan…blessss….penis pembantuku itu terasa masuk ke dalam liang vaginaku.
Ini pertama kalinya aku merasakan bersetubuh dengan posisi di atas begini. Tapi aku bisa melakukannya dengan baik. Karena aku sering menonton posisi begini di film-film bokep. Lagian aku sudah tahu prinsip dalam persetubuhan, yang penting penis bisa menggesek-gesek liang kenikmatanku. Mudah sekali mempraktekkannya.
Ketika aku menatap wajah Seno yang berada di bawah wajahku, sekali lagi hatiku dijalari perasaan sayang padanya. Karena meski cuma seorang pembantu, ia bisa menjadi sarana kepuasanku. Maka seharusnya aku berterimakasih padanya, tanpa harus diucapkan, tapi dengan tindakan.
Maka tanpa ragu lagi, ketika aku semakin asyik mengayun pantatku berputar dan naik turun, kulumat bibirnya, yang ternyata disambut dengan lumatan penuh kehangatan juga. Bahkan kedua tangannya meremas-remas bahuku, buah pinggulku dan terkadang buah dadaku yang bergelantungan di atas dadanya pun tak luput dari remasan.
Tapi benar kata orang-orang, bahwa kalau cewek main di atas, biasanya lebih cepat mencapai orgasme.
Belum sampai setengah jam aku mengenjot dari atas, aku tak kuasa lagi menahan puncak kenikmatanku. Lalu seperti orang kesurupan aku menggelepar-gelepar di atas tubuh Seno. “Aku mau keluar No…mau keluar…keluar…oooh..oooh….”
Lalu tibalah aku di titik orgasme yang sangat nikmat. Di saat itulah kucium bibir Seno dengan penuh rasa terimakasih, karena ia telah memberikan kepuasan padaku.
Ternyata Seno itu sesosok cowok yang bisa memuaskan hasratku. Bahkan kalau aku harus bicara jujur, Seno itu lebih memuaskan daripada Roni.
Di malam yang indah itu Seno membuktikan ucapannya. Bahwa ia sanggup bersenggama lebih dari 5 kali dalam semalam.
Di kamar mandi, kami mandi bersama. Dengan telaten ia menyabuni sekujur tubuhku. Dan ketika kutantang untuk bersetubuh lagi, ia mengangguk dengan senyum. Lalu kami bersetubuh lagi untuk ketiga kalinya, sambil berdiri di bawah semburan shower air hangat.
Setelah kembali ke kamar, aku ingin mencoba posisi dogy seperti di film bokep yang sedang kuputar. Seno pun langsung setuju saja. Lalu aku menungging, Seno mengenjotku dari belakang. Ini adalah persetubuhan yang keempat kalinya. Persetubuhan yang kelima, kami lakukan di ruang keluarga, di atas sofa. Tentu saja setelah pintunya dikunci dulu, takut Bi Iyem masuk, karena hari sudah hampir subuh. Kelihatannya Seno masih mampu untuk menyetubuhiku keenam kalinya. Tapi aku menyerah, letih dan ngantuk.
“Nanti aja kita lanjutin ya. Sekarang kita harus iistirahat dulu,” kataku sambil mengelus rambut Seno.
“Iya Mbak,” Seno mengangguk patuh.
“Tapi ingat No…semuanya itu harus dirahasiakan ya.”
“Tentu aja Mbak.”
Di pagi yang masih gelap itu aku baru mulai merebahkan diri di atas tempat tidur. Dengan batin puas. Puas sekali. Terdengar suara Bi Iyem dan Seno di luar:
“Lho kamu dari mana No? Pagi-pagi gini sudah ngelayap.”
“Nongkrong di tukang bubur kacang ijo, Bi.”
Ooo, kirain ngelayap ke mana….”
Aku tersenyum sendiri di kamarku. Seno jelas berbohong. Dia bukan habis nongkrong di tukang bubur kacang ijo.Dia habis menggasak “kacang”ku. Hihihihi….