Friday, April 29, 2016

Agen Judi Terpercaya : Rani Gadis Pelajar SMU

0 comments
 Promosi Terbaru Liga8.com
Likenews - Toni adalah pria awal 30-an berpenghidupan lumayan dgn pekerjaan sebagai seorang pialang di suatu perusahaan sekuritas sedang. Tidak ada yang aneh dgn kehidupannya. Semua berjalan lancar. Bila ada tekanan-tekanan dlm pekerjaan bahkan membuatnya merasa bergairah untuk menjalaninya. Ini hidup katanya dlm hati. Kehidupan seks-nya juga demikian, hampir tidak ada masalah. Ia bisa mendapatkan apabila ia mau, tentunya dgn proses yang wajar, sebab Toni sangat menghindari ‘sex shopping’ atas alasan-alasan tertentu. “Biar cinta berjalan semestinya, ” yakinnya.
Sore itu market mendekati closing hours. Ia menjauhi mejanya, berjalan sebentar meregangkan otot. Hari ini ia sangat puas. Pasar sangat bersahabat dgnnya. Sejumlah keuntungan berhasil dibuatnya dlm one day trade. Sebagian masuk ke dlm rekening pribadinya. “Aku memang patut mendapatkan, ” pikirnya, tidak ada yang merugikan atau dirugikan, kepuasan seperti ini selalu membuatnya terangsang secara seksual.
Dipandangnya sekitarnya. Ada beberapa wanita rekan kerja yang masih berkutat. Ia segera memalingkan wajahnya. Perlu beberapa tahapan untuk mengajak salah seorang dari mereka ke tempat tidur, dan itu menyita waktu dan emosinya. Lebih baik aku pulang batinnya. Ada sesuatu yang mengingatkan untuk menunda jam kepulangannya, ia tidak mempedulikan. “Cerita Sex: Rani Gadis Pelajar SMU ”
Dikemudikan mobilnya keluar dari basement perlahan-lahan. Beberapa anak pelajar SMU tampak bergerombol di halte dekat gedung kantornya. “Ahh..” kernyitnya. Ia terjebak di kemacetan rutin sore hari. Dirinya sdh mengingatkan supaya menunda. “Instingku semakin bagus saja, ” senyumnya kecut. Dilihatnya ke luar jendela mobil. Antrean mobil sepanjang kira-kira 200-an mobil tidak bergerak sama sekali. Dilihatnya ke belakang dgn putus asa. Keadaan di belakang sama buruknya dgn pemandangan di depannya.
Toni menarik nafas dalam-dalam. Digerakkan cermin di atas ke wajahnya. “Tenang Ton, ini bukan alasan yang bagus untuk merusak 1 hari tenangmu, ” katanya sambil membenarkan letak rambutnya. Tiba-tiba seseorang berseragam LLAJR mengetuk kaca mobilnya. Dgn segan ditekannya switch jendelanya. Petugas itu memberitahu kalau terjadi kecelakaan beruntun di depan dan mungkin lalu lintas baru dapat lancar paling cepat 30 menit.
Dihempaskan tubuhnya ke kursi mobil. “Bagus!” ia menutup wajahnya. Itulah alasan yang paling tepat untuk merusak moodnya. Dibukanya TV mobil. Dipilihnya satu film porno kesayangannya di remote. Ditatapnya adegan-adegan itu dgn hambar. “Huh! Di tengah kemacetan nonton film porno malah menambah masalah, ” sungutnya sambil mematikan. Toni menyerah. Dimatikan mesin mobil sembari menatap ke arah kiri.
Baca juga cerita sex terbaru di www.orisex.com
Tampak di luar gadis-gadis berseragam SMU masih bergerombol menunggu bis kota. Beberapa di antaranya duduk di trotoar. Diperhatikannya satu persatu. “Dasar gadis remaja, mereka tidak mempedulikan cara duduknya, ” katanya dlm hati. Tiba-tiba darahnya berdesir. Tungkai-tungkai indah itu milik gadis yang sangat muda. Diperhatikannya lagi lebih seksama. Ada yang bertumpu dgn tangannya di belakang sesampai dadanya membusung ke depan. Wajahnya begitu bersih dan muda. Rambutnya sebahu dgn leher yang jenjang. Toni mulai termakan fantasinya sendiri. Ia memang tidak pernah bercinta dgn gadis belia. Itukah yang dimaukannya saat ini? “Tidak, ” sahutnya sendiri, “Itu terlalu gila. ” sambil menatap ke depan ia tak dapat menahan diri untuk melihat kembali ke arah kirinya. Diperhatikan dgn seksama lekukan pantat yang padat itu dgn lutut indah dan kulit yang bersih. Segala gerakan gadis itu ditangkap matanya dan dialirkan ke otaknya dlm format gerakan erotis.
Tiba-tiba salah seorang dari mereka tersingkap roknya. Toni bersorak dlm hati. Diperhatikannya dgn seksama paha bagian dlmnya.. begitu kencang, dan perlahan ia mulai ereksi. Kaca film mobilnya membuatnya sangat aman dlm bereksplorasi. Ia mulai menurunkan reitsleting celananya. Dibelainya lembut batang kejantanannya tanpa melepaskan pandangan dari gadis itu. Jantungnya berdetak kencang. Imajinasinya meluapkan perasaan baru yang sangat dahsyat, bercinta dgn belia. Butir keringat mengalir ke lehernya. Ditariknya beberapa lembar tissue apabila ia orgasme nanti.
Tiba-tiba para gadis itu berdiri dan berjalan menjauhi halte sebab beberapa orang berkulit gelap berbadan besar memasuki halte itu. Toni meraung keras sekali. “Arrgh!” Ditatapnya para lelaki itu. Mereka menyerupai segerombolan kera besar daripada manusia. Dilemparnya box tissue ke belakang. Ia percaya bahwa saat itu kecepatan batang kejantanannya menyusut lebih cepat dari cahaya. Dgn mengumpat ia merapatkan reitsleting celananya kembali. Langit semakin gelap. Rupanya awan berkumpul membentuk sebuah awan gelap besar. Kilat dan guntur bersahutan, diakhiri oleh curahan air yang berirama semakin cepat dan lebat.
Di dlm mobil Toni tampak melambai-lambaikan tissue putih di atas kepalanya, tanda menyerah kepada nasib buruknya. Para gerombolan kera itu bergerak melewati depan mobilnya menyeberang ke seberang jalan. Salah seorang dari mereka memukul kap mobilnya. Toni membalas dgn mengacungkan jari tengahnya. Ia merasa aman. Toh mereka takkan melihatnya.
Dinyalakannya mesin mobilnya sebab kaca mulai mengembun. Dinyalakan stereo mobilnya sambil memandang ke kiri. Toni hampir memekik girang. Salah seorang dari gadis SMU itu ada di sana dlm keadaan basah kuyup. Toni memutar kepalanya untuk mencari yang lain. Ah, tampaknya ia sendirian, sesal Toni. Tapi tunggu.. dlm keadaan basah semua lekuk tubuh gadis itu menjadi tercetak jelas. Rambutnya yang basah, pakaian putihnya melilit erat tubuhnya yang sintal, payudaranya menggelembung indah dgn pantat yang bundar, Toni kembali ereksi. Bibirnya bergetar menahan nafsu birahinya yang melintas menabraknya berulang-ulang. Matanya terasa panas. Dibukanya pintu mobilnya setelah itu ia berlari mendekati gadis itu.
Sengaja ia berdiri di belakangnya supaya leluasa menatap tubuh gadis itu. Betapa belianya gadis ini, tubuh yang belum pernah tersentuh oleh lelaki. Payudaranya sangat penuh menyesaki branya sekitar 34. Pinggul yang ramping dgn pantat bundar yang berisi ditopang oleh lutut dan tungkai yang indah dan bersih. Gadis itu memutar tubuhnya dan berhadapan dgnnya yang sedang menjadi Juri festival foto bugil. Toni tergagap dan secara refleks menyapanya. Gadis itu tersenyum sambil memeluk tasnya menutupi seragamnya yang transparan.
Dgn berdalih bosan di mobilnya, Toni mendapatkan banyak alasan dan obrolan ringan di halte itu. Gadis itu bernama Rani, kelas satu SMU swasta berumur 16 tahun. Toni tak menghiraukan secara detail percakapannya sebab suara Rani terdengar sangat merangsangnya.
“Kita ngobrol di mobil yuk, capek berdiri nih, ” kata Toni.
Rani menatap ragu. Toni menangkap maksud pandangan itu.
“Ok, begini.. Kamu nggak perlu takut. Ini dompet saya. Ini kunci mobil. Di dlmnya ada semua kartu identitas saya. Kalo saya berniat jahat dgn kamu, kamu boleh buang kunci ini dan bawa dompet saya ke polisi, ok?” Rani tersenyum riang menerima dompet itu, lalu mereka bersama-sama memasuki mobil.
Di dlm mobil Rani merasa gugup. Baru kali ini ia manuruti orang asing, laki-laki lagi. Sekilas teringat pesan ibunya untuk menjaga diri, dan bayangan pacarnya yang tidak menjemputnya. Rani menjadi kesal. Rani membuka dompet itu, terdapat beberapa credit card dan kartu identitas. Diambilnya KTP lalu diselipkan di saku bajunya.
“Ini cukup, ” ujarnya.
Dgn tersenyum acuh Toni menerima dompetnya kembali sambil menyalakan stereo setnya.
“Kamu kedinginan? saya punya kemeja bersih. Kamu bisa ganti baju di belakang. Saya janji tidak akan menengok ke belakang, ” tanya Toni penuh harap.
Rani menggelengkan kepalanya. Obrolan sore itu menjadi lancar didukung suasana gelap mendung dan derasnya hujan. Bahkan Rani pun mulai berani menceritakan dirinya. Mata Toni mencuri pandang untuk menatap paha Rani yang tersingkap. Toni menceritakan dirinya, pacarnya dan secara halus iapun menceritakan pengalaman seksualnya, bagaimana ia melakukan foreplay. Ia ceritakan dgn lancar dan halus sampai Rani tidak tersinggung. Toni menangkap beberapa kali Rani menarik nafas panjang, sepertinya Rani terangsang mendengar cerita Toni. Wajahnya mulai memerah, jemarinya memilin ujung tali tasnya.
“Tampaknya ini tak cukup, ” kata Toni.
Lalu ia menawarkan Rani untuk menonton VCD kartun kesayangannya. Rani berseru gembira. Lalu Toni membuka TVcar-nya dan berkata,
“Kamu tunggu di sini. Kunci pintunya. Saya mau keluar beli permen di sebelah halte itu. ” Rani mengangguk pelan dan matanya menatap layar TV kecil penuh harap.
Toni keluar mobil sambil membawa remote lalu menyalakan VCD changer dari luar mobil dgn film yang sama ia tonton sebelum hujan tadi. Ia berlari ke pedagang asongan pinggir jalan dan melirik jamnya.. 5 menit dari sekarang! sambil membicarakan cuaca ke pedagang asongan itu. Rani menatap adegan di mini TV itu. Lelaki sedang menjilati seluruh tubuh wanita pasangannya. Jantungnya berdegub. Ia memejamkan mata, tetapi suara lenguhan dan desisan membuatnya kembali ke layar. Dilihatnya keluar. Ia tak bisa menemukan Toni dari dlm mobil itu. Kembali ke layar, tertegun ia melihat lelaki itu menjilati puting susu. Tangannya menjadi dmau. Lelaki itu sekarang menjilati paha. Rani menyilangkan kaki kirinya di atas kaki kanannya. Lalu lelaki dlm film itu mulai menjilati liang kewanitaan wanita itu. Rani merasa seluruh tubuhnya gemetar, nafasnya terengah-engah. Iapun heran mengapa nafasnya begitu.
“Sorry rada lama, nggak ada kembalian. Terpaksa saya nunggu pedagangnya tukar uang, ” sembur Toni.
Rani tersentak dan memalingkan wajahnya. Toni pura-pura terkejut sambil cepat-cepat mematikan stereonya dan menutup layarnya.
“Aduh, maaf.. kenapa bisa ini.. maaf Ran, ” kata Toni tergagap.
Lalu ia membuka CD changer dan mengambil piringan porno itu lalu mematahkan menjadi dua dan membuangnya ke luar mobil. Rani sangat terkejut melihat itu lalu berkata,
“Udah deh Ton nggak pa-pa.. sorry juga aku nggak bisa matiinnya, ” katanya sambil memegang lengan Toni.
Toni menoleh pelan sambil menatap mata Rani.
“Sorry?” Rani menyahut pelan.
“Nggak pa-pa, ” nafasnya masih terengah-engah. Inilah saatnya, batin Toni. Now or never.
Dipegangnya lengan Rani. Ditariknya mendekat, disingkirkan tas di hadapannya. Melihat seragam putih yang masih basah dgn bra membayang itu Toni kehilangan kontrol. Bibirnya langsung mengecup bibir Rani. Rani tersentak ke belakang kaget. Toni memburunya. Dikulumnya bibir bawah Rani yang masih terengah-engah itu, sambil menurunkan posisi kursi mobilnya sesampai Rani tampak seperti berbaring. Dilepasnya bibir, dilanjutkan ke telinga. Lidahnya menggelitik belakang telinga Rani sambil sesekali menyeruak masuk ke lubang telinganya. Bau harum rambut Rani memancarkan bau alami gadis belia tanpa parfum, mengundang Toni untuk berbuat lebih jauh.
Dibukanya kancing seragam sekolah Rani sambil mengulum mulut Rani. Rani menggelengkan kepalanya perlahan. Toni mengangkat kepala sejenak melihat gundukan daging padat dan kenyal terbungkus bra berkain lembut. Betapa muda dan tak berdosanya. Biarkan aku menikmati tubuh beliamu, merasakan dgn seluruh indraku untuk membuatmu menjadi ternoda. Aku mau menyetubuhimu, menghinakan tubuh sucimu, sebab aku pantas mendapatkan tubuhmu, hati Toni berteriak. Dibukanya bra itu lalu dgn rakus dijilat puting kiri Rani sambil meremas payudara kanannya. Dikulumnya semua daging payudaranya, seakan hendak ditelannya. Rani mengerang. Kakinya menjejak-jejak lantai mobil. Lalu Toni memindahkan tubuhnya ke atas Rani. Dgn kasar dipegangnya celana dlm Rani. Rani tak sanggup berkata dan bergerak, semuanya begitu ketakutan.
Kemautahuan dan kenikmatan berbaur, muncul silih berganti menggempur hati, otak dan nalurinya. Saat ia merasa takut dgn perbuatan Toni, sedetik setelah itu ia merasa jiwanya melayang, sedetik setelah itu otaknya memerintahkan tubuhnya supaya bersiap menunggu kejutan berikutnya begitu berulang-ulang. Rani meneriakkan kata jangan sewaktu Toni dgn kasar melepas celana dlmnya, lalu ia didudukkan di atas kursi mobil bagian atas. Toni berpindah tempat dgn cepat ke bawah tubuhnya dan mulut Toni mulai menjilati liang kewanitaannya seperti hewan yang kehausan. Dicengkeramnya pegangan pintu, kakinya diangkat oleh Toni ke atas.
Rani tak tahu apa yang dilakukan Toni, tapi ia merasa ada sesuatu di dlm dirinya. Perasaan yang aneh, dimulai dari jantungnya yang berdetak lebih keras lebih cepat menjalar ke pinggulnya, sementara denyutan liang kewanitaannya membentuk impuls yang semakin kuat, semakin cepat, kakinya mengejang, pandangannya mengabur, jiwanya serasa terhempas keatas-bawah. Namun tiba-tiba semua itu berkurang. Dibukanya matanya. Tampak Toni sedang mengamatinya dgn matanya yang menyala oleh birahi. Toni mengambil nafas sejenak. Ditatapnya liang kewanitaan Rani dgn rambut kemaluan yang tumbuh tak beraturan. Setelah itu dilanjutkannya lagi jilatan sekitar klitoris Rani. Begitu muda, ditatapnya sebentar, liang kewanitaan belia sekarang milikku. Aku menjilatinya, aku menghisapnya.
Sekarang aku bahkan menggigitnya. Liang kewanitaan ini milikku, akan kunodai sesukaku, dgn caraku, dgn nafsuku. Akan kubuat tubuh suci ini ternoda oleh tubuhku, oleh nafsuku. Akan kutaburi tubuhnya dgn spermaku. Akan kuberi cairanku yang akan menyatu dgn dirinya sesampai ia akan selalu terkotori oleh nodaku. Toni semakin liar dan segera menghentikan tindakannya saat Rani mulai mengejang. Dibukanya cepat celananya, digosokkan batang kejantanannya ke permukaan liang kewanitaan Rani. Dgn mudah dimasukkannya batang kejantanannya perlahan-lahan senti demi senti, sambil mengulum dan meremas payudara kenyal Rani. Lalu dibenamkan semua batang kejantanannya. Betapa hangat, betapa nikmat. Lalu mulai digerakkan maju-mundur, semakin lama semakin cepat. Toni mendengar suara Rani hanya,
“Ssh.. sh..” terputus-putus. Lalu diangkatnya pinggul Rani. Dipercepat gerakan pinggulnya sendiri sampai tubuh Rani melengkung kaku. Kini saatnya.. Toni mengeluarkan spermanya sambil menekan dlm-dlm.
15 menit sesdh itu.. Rani menggigit ujung seragamnya yang lusuh, sementara Toni merapikan rambutnya. Oh puas, dan aku sekarang benci sekali dgn gadis ini, gadis belia yang ternoda. Diambil KTP dari saku Rani lalu sambil diselipkan ke dompet ia mengeluarkan 3 lembar seratus ribu rupiah sambil mencium pipi Rani. “Ini buat kamu. ” Rani menolak sambil terkaget- kaget.
“Aku bukan gadis bayaran Ton..” katanya sambil mulai menangis.
“Aku sayang kamu Tonii..” sambil terisak-isak.
“Tapi aku tidak sayang kamu, ” kata Toni sambil meletakkan uang itu di dlm tas Rani, lalu Toni keluar.
Dlm guyuran hujan ia membuka pintu mobil, lalu menarik Rani keluar.
“Lalu lintas akan lancar. Aku harus pulang, kamu juga. Kita pisah di sini. Eh Ran.. thanks ya?!” Rani berteriak histeris sambil lari keluar.
Toni kembali ke mobilnya mengunci pintu dan tersenyum melihat mobil di depannya bergerak ke depan.

Agen Judi Terpercaya : Winda Yang Horny

0 comments
 Promosi Terbaru Liga8.com
Likenews - Aku habis cerai dari istri saya karena masalah yang tidak bisa mengalah satu sama lainnya, kemudian dia memilih pergi dari saya. Di tempat aku bekerja juga aku menjadi pendiam peristiwa itu selalu membayangi diriku.
Dan salah satu teman Winda di kantorku merasa simpati dengan saya, sehingga setelah pulang kerja kita pulang bareng dan mencoba menghiburku, selama dalam perjalanan teman bertanya atas apa yang terjadi pada keluargaku dan aku selalu menjawab apa yang selalu ditanyakannya.
Tanpa terasa kami sudah berada di dalam tempat tinggal saya, setelah saya persilakan dia untuk mengambil apa yang dia mau di kulkas, saya langsung ke kamar mandi untuk menumpahkan air pipis yang sejak dari tadi sudah di ujung kemaluanku.
Sekembalinya saya keruang tamu, teman saya sudah duduk sambil baca baca majalah dengan satu kaleng Coca-Cola. Sayapun duduk di sampingnya. Tapi tidak terlalu rapat. Saya hidupkan TV kebetulan acara berita nasional negara ini.
Kamipun bercerita panjang lebar tentang teman saya itu, seperti sudah berapa lama dia telah meninggalkan Hongkong tempat asalnya.
Tapi setiap kali dia menjawab pertanyaanku dia selalu tersenyum sambil matanya memandang ke arah selangkanganku. Aku langsung melirik selangkanganku, rupanya aku lupa men-zip-nya. Langsung kutarik zip-nya, sambil bercanda padanya.
“Maklumlah Win, soalnya sarangnya sudah lama pergi!”, Kataku pada Winda.
“Emangnya sudah berapa lama burungmu tidak masuk kandang?”, Winda membalas candaku sambil meneguk Coca Cola dengan sedikit senyum di bibirnya.
“Kira kira Lima minggulah, emangnya kenapa nanya nanya?”, Aku meneruskan sambil mencoba membetulkan posisi dudukku.
“Akh, aku nggak percaya. Mana ada sich laki laki yang sudah pernah begituan akan tahan selama itu untuk tidak melakukannya?”, Bantahnya sambil senyum.
“Memang sich, aku nggak tahan. Jadi selama ini aku pakai tangan aja”, Jawabku.
Sambil tertawa lebar, Winda menghampiriku. Dan Winda duduk di sebelahku, rapat sekali.
”Perlu dibantu?”, Tanyanya sambil tangan kanannya meraba-raba penisku.
Winda memang gadis Hongkong yang menawan, diusianya yang dua puluhan dia sangat menarik setiap mata laki-laki yang memandangnya. Karena dengan buah dada dan bongkahan pantatnya yang lebih besar dari ukuran rata-rata orang tempat asalnya. Aku jadi berani, kurangkul pundaknya sambil kulumat bibir yang berlipstick merah muda menawan itu.
Windapun membalas dengan nafasnya yang semakin membuatku untuk mempererat rangkulanku. Aku merasa sedikit sakit pada penisku yang sudah sangat keras karena rabaan Winda. Dengan tak sabar kulepas rangkulanku dari pundak Winda dan dengan kedua tanganku kubuka celanaku sambil tetap duduk. Agak susah memang. Tapi berhasil juga.
Kudengar Winda mendesah bersamaan dengan tangannya yang menggenggam langsung penisku yang hanya pas-pasan dengan lingkaran tangannya itu. Kamipun kembali berpagutan, hanya kali ini tangan kiriku telah meremas-remas buah dadanya yang kenyal dan semakin kenyal itu. Sedangkan tangan kananku membelai-belai tengkuknya. Winda semakin memperdengarkan desahnya.
“Ed, kita ke kamarmu saja.., ayo Ed, aku sudah tak tahan nich?”, Winda memohon mesra.
Aku pun berdiri, tapi ketika aku ingin membuka pakaianku, aku tersentak kaget karena Winda sudah menarik penisku sambil menanyakan di mana kamarku.
“Pelan pelan Winda, sakit nich!”, protesku atas tangan Winda yang menggenggam penisku dengan sangat ketat itu.
Aku berjalan sambil membuka bajuku ke arah kamarku yang telah kutunjukan pada Winda. (Sebenarnya aku tak mau menggunakan kamar dimana aku dan istriku tidur sebelum istriku itu pergi. Tapi bagaimana lagi. Sudah nafsu sekali saat itu).
Sesampai di kamar Winda dengan tergesa membuka seluruh pakaiannya. BH-nya, CD-nya. Semua dibuka dengan tergesa. Lalu Winda langsung menghampiriku yang sudah lebih dulu berbaring telentang di atas kasur sambil mengocok perlahan penisku agar semakin tegang, sambil melihat Winda membuka pakaiannya.
Winda berbaring miring di sebelahku, bibirnya mencari bibirku sedangkan tangan kanannya menggantikan tanganku untuk mengocok-ngocok penisku. Aku mendesah. Windapun semakin beringas menciumi seluruh wajahku. Telingakupun tak lepas dari sapuan lidahnya. Aku merasakan nikmat bercampur geli yang tak terkira.
Jilatan Winda semakin turun ke arah leherku, dadaku dan kedua puting payudaraku juga dililitnya dengan lidah.
Sambil tangannya semakin cepat mengocok penisku yang sedikit terasa sakit karena genggamannya terlalu keras.
Jilatan Winda telah berada di atas pusarku, lidahnya dicoba untuk masuk dalam lubang pusarku, dapat kudengar desahnya. Walau desahku lebih besar darinya. Kini lidah Winda menyisir bulu-bulu penisku. Aku semakin tak tahan. Tapi aku menunggu, karena aku tahu kemana tujuan sebenarnya jilatan lidah Winda itu.
Baca cerita sex terbaru lainya di www.orisex.com
Ternyata aku salah, kukira Winda akan melahap penisku. Ternyata Winda malah menjilat jilat kedua bijiku bergantian. Tangannya tak lepas mengocok penisku. Sambil sesekali jari jempolnya menyapu ujung penisku yang telah basah karena air nikmatku telah membasahi bibir ujung kemaluanku. Geli dan nikmat sekali waktu Winda melakukan itu. Aku tersentak karenanya.
Karena waktu Winda melakukan itu badannya agak nungging di sampingku, maka kucoba meraih bongkahan pantatnya. Kuusap-usap, Winda mendesah nikmat rupanya. Jariku tak mau berhenti sampai disitu, jariku mencari-cari lubang kemaluannya. Setelah jariku menemukannya ternyata sudah basah sekali. Semua itu membuat jariku semakin mudah untuk mencari lubangnya.
Kusapu lubangnya dengan jariku sambil sekali-kali kumasukan jari telunjukku ke dalam lubangnya. Winda mendesah hebat sambil melepas jilatan lidahnya dari kedua bijiku. Kuraih pantat Winda agar tepat berada di atas wajahku.
Kini kedua tanganku beraksi atas bagian belakang tubuh Winda. Jari telunjuk tanganku yang kanan kumasukan ke dalam lubang vagina Winda sambil memaju mundurkan. Sedangkan jari telunjuk tangan kiriku menggosok gosok clitorisnya. Dapat kulihat dari bawah selangkangannya, Winda membuka mulutnya lebar tanpa bersuara merasakan nikmat.
Ketika niatku hendak menggunakan lidahku untuk menjilat vaginanya, aku merasakan nikmat dan sedikit ngilu yang tak terkira. Rupanya Winda telah melahap bagian kepala penisku. Lidahnya melilit-lilit di atas permukaan kepala penisku.
Akupun ingin menandinginya dengan mejilat-jilat permukaan lubang vagina Winda. Sambil sekali-kali kucoba untuk memasukan lidahku kedalam vaginanya. Agak asin memang, tapi yang lebih terasa adalah nikmatnya. Semakin nikmat lagi saat kudengar Winda mengeluh karena jilatan lidahku.
Winda telah memasukan penisku setengahnya dalam mulutnya sebentar sebentar dinaikan kepalanya, kemudian diturunkan lagi. Yang membuat aku merasa nikmat adalah saat Winda menurunkan wajahnya untuk melahap penisku, karena Winda telah mengecilkan lingkaran mulutnya. Sehingga hanya pas sedikit ketat ketika bibirnya menelusuri penisku dari atas ke bawah. Oh nikmat sekali.
Aku hampir saja muncrat kalau aku tidak segera minta Winda membalikan badannya hingga wajahnya berhadapan denganku. Aku membalas senyumnya yang kelelahan menahan nikmat yang baru saja kami alami.
Kucium lagi mulutnya yang sangat becek oleh air liurnya. Lalu kubalikan Winda agar berada dibawahku.
Kulebarkan selangkangannya kugenggam penisku dengan tangan kananku, lalu kugosok-gosok kepala penisku pada permukaan kemaluannya.
“Oh.., Ed.., terus Ed.., aahh.., nikmat sekali.., sshh”, erang Winda.
Akupun mempercepat gesekannya, Winda menggeleng gelengkan kepalanya.
Lalu dengan tiba tiba kutancapkan penisku ke dalam vaginanya yang sudah banjir itu dengan satu hentakan keras, masuklah 3/4 nya penisku dengan leluasa. Bersamaan dengan itu Winda berteriak sambil badannya sebatas bahu terangkat seperti hendak berdiri matanya membelalak menghadapi tikamanku yang tiba-tiba itu.
“oohh Edwiinn.., enaak.., terus.., Ed.., terus.., lebih cepat Ed.., ayo Ed.., terus.., aahh”, erang Winda sambil menghempaskan kembali bahunya ke kasur.
Kedua tangan Winda membelai wajahku sambil menggigit bibirnya yang bawah matanyapun menunjukan bahwa saat ini Winda sedang merasakan nikmat yang tiada tara. Akupun semakin cepat memaju-mundurkan penisku.
Nikmat yang kurasakan tiada bandingnya. Vagina Winda masih boleh dibilang sempit.
“Enak Win?”, tanyaku padanya sambil memaju-mundurkan penisku. Winda tidak menjawab, hanya desahannya saja yang semakin jelas terdengar.
“Enak nggak Win?”, tanyaku lagi.
Winda menjawab dengan anggukan kecil sambil menggigit kembali bibir bawahnya.
“Jawab dong Winda , nikmat nggak?”, paksaku walaupun ini adalah pertanyaan bodoh.
“Luar biasa Ed.., sshh.., aku hampir keluar nich oohh”, katanya terputus putus.
“Aku masukin semuanya yach Win?”, tanyaku padanya yang sedang melayang.
“sshh.., em.., emangnya belum semuanya dimasukin?”, Winda balik bertanya heran sambil menatapku dengan sayu.
“Belum!”, Jawabku singkat sambil terus maju mundur.
Tangannyapun bergerak ke bawah untuk memastikan belum semua penisku masuk ke dalam lubang vaginanya. Ketika tangannya berhasil menyentuh sisa penisku yang masih di luar, aku merasa tambah nikmat.
“Oohh.., Ed masukin Ed.., masukin semuanya Ed.., aahh”, pintanya sambil menarik pinggangku dengan kedua tangannya dan matanyapun terpejam menantikan.
Kucoba menahan tarikan tangan Winda pada pinggangku, agar masuknya sisa penisku tidak terlalu cepat. Aku ingin memberikan kenikmatan tak terlupakan padanya.
Benar saja, ketika sedikit demi sedikit sisa penisku masuk, Winda mendesis seperti ular yang berhadapan dengan musuhnya.
“Sshhhh.. sshhhh”, sambil matanya terpejam ketat sekali menahan nikmat telusuran penisku ke dalam vaginanya.
Kedua tangannyapun menjambak-jambak rambutnya sendiri.
Tanpa diduga kucabut penisku, hanya tinggal kepalanya saja yang masih tenggelam. Winda seperti ingin protes, tapi terlambat. Karena aku telah menekannya lagi dengan sekali tancap masuklah semua penisku.
“Edwiinnnnnn!”, teriak Winda keras sekali sambil tangannya memukul-mukul tempat tidur.
Aku semakin percepat gerakanku, walaupun aku sudah merasa sedikit lelah dengan pinggangku yang sejak tadi maju mundur terus.
“Terus Ed.., oohh.., terus.., teruss.., oohh.., oohh.., aahh”.
Winda mengerang bersamaan dengan tercapainya Winda pada puncaknya, sambil tangannya meremas-remas sprei tempat tidur di kanan dan kirinya, badannya tersentak-sentak hanya putih yang kulihat di matanya.
Tapi aku masih terus memacu untuk menyusulnya, makin cepat, makin cepat lagi nafasku memburu. Bunyi nikmat terdengar dari dalam vagina Winda karena air nikmatnya itu.
“Oh Winda.., oohh.., aahh..”, cepat kucabut penisku agar tak muncrat di dalam, kugenggam penisku, kuarahkan penisku ke perut Winda, di sanalah air nikmatku mendarat.
Winda cepat bangkit dan mendorongku agar telentang, kemudian Winda melahap separuh penisku ke dalam mulutnya. Lidahnya menjilat-jilat mulut kecil di ujung penisku. Aku merasa ngilu sekali dan tangan Winda yang mengocok-ngocok penisku seperti hendak memastikan agar keluar semua air nikmatku.
“Sudah Windaaa.., sudah.., ngilu nich.., uuhh.., sudah”, pintaku padanya.
Tapi Winda masih saja memaju-mundurkan mulutnya terhadap penisku yang semakin ngilu sekali. Setelah yakin tidak ada lagi air nikmat yang akan keluar dari penisku Windapun merebahkan kepalanya di atas perutku sambil memandangku dengan penuh kepuasan.
Kemudian keadaan membisu, hanya detak jam dinding yang mengingatkan akan kenikmatan yang baru saja kami alami. Kami memang mencoba untuk mengingat kembali kejadian yang sempat membawa kami ke awang-awang.
“Winda, sudah jam 8 nich. Kamu nggak pulang?”, tanyaku memecahkan kesunyian.
Winda seakan tak mendengar ucapanku. Kemudian dengan lembut kuangkat kepalanya dan keletakan di atas kasur. Akupun coba bangkit, tapi sebelum aku turun dari tempat tidur kurasakan tangan Winda memegang perutku.
“Mau kemana Ed?”, tanyanya sambil melepas nafar panjang.
“Mau mandi dulu nich, lengket semua rasanya badanku”, Jawabku sambil menoleh ke arahnya.
“Tunggu dikit lagi, kita mandi sama-sama” Winda memohon sambil melingkarkan kedua tangannya di pinggangku.
Lalu kamipun pergi ke kamar mandi dan mandi berdua serta mengulanginya permainan seks yang sempat terputus tadi di kamar mandi. Setelah merasa puas kamipun istirahat sambil berpelukan hingga esok pagi.

Agen Judi Terpercaya : Bude Asna Guru Seks Ku

0 comments
 Promosi Terbaru Liga8.com
Likenews - Aku masih ingat, waktu itu masih klas 4 SD. Jadi aku dan kawan-kawan sama sama berkhitan. Takut juga aku. Setelah berkhitan, luka kemaluanku dirawat. Seminggu, luka kemaluanku masih belum sembuh. Tiap hari harus dibersihkan lukanya. Untunglah ada Bude Asna, adik Ibuku, membantu membersihkan luka kemaluanku. Malu juga aku rasanya. Tahu sendirilah, menunjukkan kemaluanku, kan?
“Nggak pa palah, sebab Andi masih anak-anak. Baru berumur 10 tahun.” kata Bude Asna.
Bude Asna berusia 32 tahun. Setiap pagi dia selalu mencucikan luka bekas khitananku, memberi obat dan membalutnya dengan perban. Kata Ibuku, aku tidak boleh malu. Dia Budeku sendiri. Aku ini badannya saja yang besar. Seperti murid yang berumur lebih dari 12 tahun saja. Aku suka sekali main bola kaki. Jadi, badanku kuat dan kekar. Bude Asna bekerja di Kantor kelurahan di kota Pekanbaru.
Aku tahu bahwa Budeku ini baru saja bercerai dengan suaminya. Rupanya, suaminya sudah kimpoi sebelum kimpoi dengan dia. Dia tidak mau dimadu katanya. Jadi dia minta cerai setelah perkimpoian berjalan baru 6 bulan. Kasihan juga dia. Dulu dia datang ke rumah dengan berderai airmata. Ibu dan Bapak kasihan juga melihatnya. Karena rumah kami kecil, tidak ada lagi kamar kosong, jadi Ibu menyuruhku tidur sekamar dengan Bude Asna. Jadi tidak menjadi masalah bagiku, karena dia Budeku sendiri. Lagi pula aku anak saudaranya, dan masih anak-anak lagi. Badanku saja yang besar, tapi umurku masih kecil. Belum tahu apa-apa.
Bude Asna pun dapat mengajariku pelajaran Matematik. Sekarang aku sudah tidak suka menonton TV lagi. Bila hari sudah malam setelah makan, aku langsung masuk kamar untuk membaca buku. Ibu menyuruhku belajar, dan Bude Asna mengajarkan jika aku mendapat kesulitan di dalam pelajaranku. Ibu suka aku belajar dengan Bude Asna. Dulu Bude Asna hendak menjadi guru, tapi dia lebih suka menjadi pegawai pemerintahan.
Bude Asna memang agak cantik. Sekali lihat seperti Krisdayanti. Tinggi semampai, bidang dadanya luas, pantatnya lebar. Padat. Dadanya montok dan berisi. Suaranya lembut dan pandai membujuk dan memanjakan. Dulu dia orang paling cantik di kantornya. Setelah itu ada pemborong konstruksi / bangunan yang senang sama dia. Itu sebabnya dia mau kimpoi. Tapi setelah kimpoi baru diketahui bahwa orang tersebut sudah kimpoi dan mempunyai anak. Bude Asna tidak suka ditipu dan dimadu, dan minta cerai.
Bude Asna bila tidur, dia suka memeluk guling dan mengempitkanya di sela pahanya. Kadang-kadang aku melihat kainnya tersibak, sehingga kelihatan pahanya yang putih mulus. Aku tidak ambil pusing karena dia Budeku sendiri. Memang kulitnya putih mulus. Tidak seperti Ibuku, kulitnya coklat. Bapak Budeku adalah keturunan Cina. Nenekku keturunan Melayu. Nenek kimpoi setelah ayah Budeku meninggal, setelah itu Ibuku lahir. Jadi Bude Asna lebih tua 3 tahun dari Ibuku.
Setelah 3 minggu, luka kemaluanku sudah membaik. Libur sekolahku pun sudah berakhir. Aku harus ke sekolah lagi. Tiap pagi Bude Asna membangunkanku. Dia selalu lebih pagi. Pagi-pagi dia selalu memandikanku. Dia menyabuni badanku, menggosok daki di badanku. Kami pun mandi sama-sama. Sebab aku anak-anak dan masih kecil, jadi aku mandinya telanjang saja. Bude Asna berkemben saja jika mandi. Dia pakai kain basah yang sudah lusuh. Kain itu diikat dari atas dada sampai ke pangkal paha atas lutut. Putih mulus kulit pahanya.
Setelah selesai mandi, dia menolongku mengenakan pakaian sekolah. Habis itu dia pun mengenakan bajunya dengan ditutupi pintu lemari yang ada kaca cerminnya. Mula-mula dia tanggalkan handuk yang melilit tubuhnya dari kamar mandi, dan menggantikanya dengan pakaian kerjanya. Setelah itu dia memakai celana dalamnya. Aku tidak dapat melihatnya. Lama-lama aku sudah lupa untuk melihat badannya. Aku tahu, dia bertelanjang bulat di belakang pintu lemari kaca itu. Kadang-kadang aku berkhayal juga, gimana bentuk tubuhnya bila Bude Asna tidak memakai pakaian. Tentu sangat seksi sekali tubuhnya.
Baca juga cerita sex lainya di www.orisex.com
Malam itu aku tidur lebih awal. Menjelang tengah malam cuaca agak panas. Memang di kamarku tidak ada kipas angin, apalagi yang namanya AC. Lagi pula cuaca waktu itu musim panas. Maka malam-malam pun terasa panas. Aku dengar Bude Asna gelisah. Panas. Setelah itu dia bangun. Aku pura-pura tidur. Mata kututup rapat-rapat. Kuintip, dia lagi membuka bajunya. Setelah itu dia buka celana dan celana dalamnya. Dia letakkan di sudut kamar. Kemudian dia berkemben menggunakan sarung. Dia naik ke tempat tidur dan tidur di sebelahku.
Kali ini dia tidur dengan gaya yang lain. Dia tidur menyonsang. Kepalanya ke ujung kakiku, dan kakiku dekat wajahnya. Bila udara sudah agak dingin, barulah rasa kantuk datang. Hampir saja aku tertidur lelap, tiba-tiba aku rasakan pantatku kena peluk. Aku terjaga. Rupanya Bude Asna memeluk pantatku. Dia tidak sadar. Setelah itu kepalaku terasa kena jepit oleh pahanya. Dia kira aku ini bantal guling agaknya. Bantal guling ada di belakang dia. Boleh jadi dia benar-benar tidak sadar.
Cahaya lampu di beranda luar masuk dari ventilasi ke dalam kamar tidur, sehingga aku dapat melihat paha mulus Bude Asna. Putih semua. Aku mau memejamkan mata kembali. Tetapi kalau aku mulai tertidur, Bude Asna mulai gelisah. Dia merapatkan kepalaku di bawah perutnya. Mmhh..! Ada bau yang masih asing bagiku, sepertinya berasal dari pangkal pahanya Bude Asna. Belum pernah aku mencium bau seperti itu. Seperti wangi sabun mandi bercampur dengan sedikit pesing. Makin lama baunya makin makin mengusikku. Bila aku gerakkan kepala, maka dia makin kuat menjepit. Bagiku, bau itu masih asing. Akhirnya aku tertidur sampai pagi.
Besok pagi dia membangunkanku. Seperti biasa, kami mandi sama-sama lagi. Seperti tidak ada kejadian apa-apa. Dia berbuat seperti biasanya. Dia mandikan aku. Dia gosok kemaluanku.
“Sudah sembuh lukanya,” kata Bude Asna,
“Nggak usah diberi obat lagilah.” katanya.
Dipencetnya ujung kemaluanku. Dia tanya,
“Sakit nggak..?”
Aku geleng kepala,
“Nggak bude.” kataku.
Dia pun tersenyum melihatku.
“Andi, kalau mandi harus disabuni setiap hari seperti ini.” katanya.
Diambilnya sabun, digosok ke tapak tangannya, dan langsung diusapkannya ke batang kemaluanku. Sekali dua kali, tidak apa-apa, ketika dia gosok berulangkali aku merasakan kenikmatan. Kemaluanku menjadi tegang dan terasa mau kencing.
Aku bilang ke Bude,
“Nanti dulu Bude, Andi mau kencing.”
Dia pegang batangnya dan mengarahkannya. Dan aku pun kencing. Setelah itu dia cuci. Tidak ada sedikit pun berprasangka yang lainnya, karena aku masih kecil.
Selesai dia memandikan aku, dia pula sekarang yang mandi. Dia gosok badannya, ketiaknya, payudaranya dan celah pahanya dengan sabun. Sampai berbusa badannya karena sabun. Baru aku tahu bagaimana bentuk payudara perempuan. Aku pernah melihat payudara Ibuku waktu menyusui adik, tapi lembek saja. Payudara Bude Asna beda. Bagus dan putih. Padat. Kelihatan waktu dia menggosok payudara dan di sela-sela bawah payudaranya. Aku lihat ketiaknya ada bulu sedikit. Tapi kadang-kadang kain basahnya terangkat waktu dia menggosok payudaranya.
Aku lihat ke bawah perutnya ada bulu. Banyak dan lebat. Dipandanginya wajahku. Aku melihat ke arah lain, berpura-pura tidak melihat ke bawah perutnya. Dia tersenyum. Aku pun tersenyum. Bude Asna tidak marah. Aku tidak mau melihat lama-lama. Aku malu untuk melihat. Karena aku masih kecil. Lagi pula aku merasakan suatu kenikmatan yang lain rasanya. Dia siram badannya. Kemudian dia berjongkok. Diangkatnya kain basahannya sampai-sampai nampak pantatnya. Uuhh putihnya. Dia buang air kecil membelakangiku. Berdesir bunyinya. Aku tidak perduli, karena memang selalu begitu.
Lalu aku tanya,
“Apa sebabnya perempuan kalau buang air kecil bunyinya lain?”
Bude menjawab,
“Besok Bude tunjukkan apa sebabnya.”
Aku tanya,
“Kapan?”
Dia jawab,
“Nantilah.”
Bila aku mendengar dia kencing hari itu, aku merasa perasaanku menjadi lain. Habis itu dia cebok dan berdiri. Kami masuk ke kamar. Dia pakaikan baju dan celanaku. Setelah itu dia berpakaian. Seperti itulah tiap hari.
Malam ini, sekali lagi cuaca sangat panas. Bude Asna terbangun. Dia buka baju lagi, dan menggantikan dengan sarung. Ketika tidur, dia pun menjepit kepalaku seperti malam kemarin. Aroma itu kembali mengusikku. Tapi agak lain dari malam kemarin. Ketika dia memeluk pinggulku, aku merasakan kemaluanku menyentuh mulutnya. Kemudian aku merasakan ujung kemaluanku seperti dijilat. Geli sekali rasanya. Kukepitkan pahaku untuk melindungi kemaluanku. Tapi tidak bisa karena kepala Bude Asna menghalangi pahaku. Lama-lama aku biarkan saja.
Aku rasa mula-mula dia menjilat kepala kemaluanku, setelah itu ada rasa sepertinya kepala kemaluanku masuk ke dalam mulutnya. Aku rasakan lidahnya menjilat dan menguit-nguit kepala kemaluanku di dalam mulutnya. Uhh.., gelinya, bukan main lagi. Aku rasa kemaluanku, aku menjadi tegang. Aku mengerang menahan geli. Aku mendengar suara berdecap-decap sepertinya sedang menghisap ujung kemaluanku, ada suara “Crup.., ceruppp..”
Bude Asna menyedot kepala kemaluanku beserta air liurnya. Aku tidak dapat berbuat apa-apa, kutahan saja. Aku merasakan hendak kencing.
Lama juga Bude Asna berbuat seperti itu, tapi kutahan, sebab terlalu geli. Pantatku bergoyang gelisah. Tapi Bude Asna memeluk pantatku kuat-kuat. Aku tidak dapat bergerak. Terpaksalah aku biarkan saja. Ketika aku sudah tidak tahan lagi, aku kencing dalam mulutnya. Banyak sekali. Aku rasakan nikmat sekali kencing di dalam mulut Bude Asna. Waktu kencing, kurasakan seperti dalam khayalan saja rasanya. Kututup mataku. Dalam gelap itu, aku tidak melihat apa-apa.
Saat itu juga aroma dari pangkal paha Bude Asna bertambah kuat. Rasanya ingin aku untuk mendekatkan hidungku ke sumber aroma tersebut. Habis itu badanku terasa letih. Lama-lama aku tertidur sampai pagi. Esok paginya dia bangunkan aku. Seperti biasa, kami mandi bersama-sama lagi. Apa yang terjadi tadi malam, seakan kami tidak ingat saja. Bertingkah seperti biasa.
Seperti biasa, Bude memandikan aku. Kemaluanku dibersihkan dan digosok.
Aku tanya sama Bude,
“Kenapa tadi malam aku kencing tapi rasanya lain sekali, Bude?”
Dia jawab,
“Itu tanda kau sudah besar.”
Dipencetnya ujung kemaluanku. Dia tanya,
“Sakit nggak..?”
Aku menggeleng kepala,
“Nggak.” kataku.
Dia pun tersenyum padaku, katanya,
“Lain kali Bude ajarkan bagaiman caranya Andi bisa kencing enak..”
Aku menganggukkan kepala.
Seperti itulah setiap malam. Aku tidak ceritakan kepada siapa pun. Karena dia Budeku sendiri. Dia sangat sayang padaku. Lagi pula dia seperti guruku sendiri. Pada hari Sabtu awal bulan, Bapak dan Ibuku hendak pulang ke kampung dengan adik yang belum sekolah.
Ibu berkata padaku,
“Ibu dan Bapak bersama adik mau ke kampung. Satu minggu lamanya. Karena Andi sekolah, maka Andi sama Bude aja di rumah. Lagi pula Bude Asna kan kerja. Dia tidak cuti.”
Aku jawab,
“Nggak apa-apalah. Lagipula Bude Asna ada menemani.”
Sore itu Bude Asna mengajakku nonton film bioskop. Dia baru gajian. Setelah itu kami makan sate dan jalan-jalan. Dibelikannya aku baju dan celana dalam. Sedangkan Bude membeli BH warna merah kusam dengan celana dalam warna hijau pucat dan body-lotion juga sabun mandi cair wangi. Parfum satu botol. Kemudian setelah sore kami pulang. Sekalian dia beli kipas angin merk Sharp. Hari memang panas.
Sesampai di rumah, Bude Asna menyiapkan makanan. Kami makan sama-sama. Setelah makan, Bude Asna mau mandi. Aku pun juga mau mandi, sebab badanku berkeringat habis jalan-jalan. Lengket rasanya. Kami masuk kamar mandi. Seperti biasa aku buka baju, disiram dan disabuni badanku. Kali ini dia pakai sabun cair yang dibeli tadi. Dia pun menyiram badannya dan bersabun juga. Busanya banyak sekali. Dia suruh aku duduk mencangkung di tepi bak air dalam kamar mandi. Kemudian dia tuang sabun cair itu ke telapak tangannya. Digosoknya semua badanku. Wangi sekali aroma sabunnya. Banyak busanya. Selangkangku juga Bude bersihkan dengan menggosok sabun yang di tangannya, aku merasa geli.
“Kalau Andi geli, tutup saja matanya, ya..!” kata Bude dengan suaranya yang lembut.
Aku menutup mata. Aku rasakan batang kemaluanku tegang. Lain rasanya. Tidak seperti biasanya, karena dia sudah biasa mengobati kemaluanku setelah berkhitan dulu. Waktu dia menggosok batang kemaluanku, aku rasa enak sekali. Geli. Badanku lemah, lututku menggigil seakan mau terduduk. Karena takut jatuh, aku pegang kain kemben di tubuh Bude. Entah bagaimana kainnya terlucuti. Copot. Melorot sampai ke pusarnya.
Dia bilang,
“Nggak apa. Biarkan.. Bude pun mau menyabuni badan juga.”
Bude biarkan badan atasnya terbuka. Dia hanya mengikat kain basahannya di bawah perutnya. Di bawah pusarnya. Perutnya kelihatan. Ikatannya longgar saja. Kelihatan pusar dan payudaranya. Berayun-ayun dan bergoyang-goyang di depan mataku. Aku nikmati pemandangan itu. Sebab betul-betul terpampang di depanku. Alamak, besar juga payudara Bude Asna. Sshhh..! Seperti buah semangka besarnya.
Di tengah-tengahnya ada puting sebesar jari kelingking. Di sekelilingnya ada lingkaran sebesar duit coin seratus besar, ketika aku lirik ke atas perutnya yang putih. Warnanya coklat. Kontras dengan warna kulit Bude Asna yang memang putih mulus. Jadi jelas sekali beda antara coklat sekeliling putingnya dengan kulit payudaranya yang putih. Sshh.., geram aku dibuatnya. Belum pernah aku melihat payudara wanita sejelas di depan mataku seperti saat ini. Ibuku waktu menyusui adik pun, selalu ditutup dengan selendangnya atau Ibu pergi ke kamar menyusukan adik, tetapi kali ini justru Bude mempertontonkannya padaku.
Tengah aku berkata dalam hati, Bude Asna mengambil sabun cair lalu dituangkan ke tanganku.
“Untuk apa Bude?” tanyaku.
Bude menyuruhku menggosok badannya, menggosok payudaranya. Kemudian disuruh menggosok perutnya, pusarnya. Terus balik ke payudaranya, sampai ke ketiak-ketiaknya. Kulihat ketiak Bude ada bulu. Bulunya sedikit dan halus. Sementara itu, dia terus menggosok paha dan kemaluanku. Aku rasa geli-geli enak. Sshh.., desisku menahan rasa nikmat dan geli.
Kain basahan mandinya dibuka sekarang. Tanggal semua. Tenggorokanku terasa kering tiba-tiba. Aku menelan ludah. Sshh.., geramku. Aku belum pernah melihat perempuan telanjang di depanku. Adikku pun belum pernah melihatku lihat telanjang. Bude menyuruhku menggosok bawah pusarnya. Awalnya aku rasa tidak mau. Malu aku rasanya. Aku tatap wajahnya.
Bude berkata,
“Gosoklah di bawah perut Bude. Nggak apa-apa. Bude nggak marah kok.”
Aku pun menggosok kemaluan Bude. Tapi aku tidak lihat di situ. Malu aku.
Aku tidak melihat apa pun. Tanganku gemetaran ketika aku mulai meraba kemaluannya. Rasanya kemaluannya agak kesat. Aku rasa itu bulu kemaluannya. Bude Asna merapatkan dadanya ke wajahku. Wajahku menempel di antara dua payudaranya. Puting payudaranya berwarna merah kehitaman. Aku tidak berani lihat ke bawah, aku malu melihat kemaluannya. Aku tahu ada banyak bulu disana. Ihhh.., geram aku. Lagi pula aku takut Bude marah. Bude menggosok aku, aku pun menggosok dia.
Bude menyuruhku meremas-remas payudaranya. Rasanya kenyal-kenyal empuk. Kulihat Bude Asna memejamkan mata. Dadanya bergemuruh berdegup kencang seperti orang habis berlari kencang. Kemaluanku makin kuat dipegangnya. Bude menyorong tarik batang kemaluanku. Ketika aku menggosok kemaluannya, dan meremas payudaranya, menghisap puting payudaranya, kurasakan kenikmatan tersendiri. Kenyal dan lembut terasa di mulutku. Aku ikuti apa yang disuruh Bude.
Tidak lama setelah itu, Bude menarik tanganku dan meletakkannya ke bawah perutnya. Bude menyuruhku memainkan daging sebesar kacang tanah. Bude menyuruhku menguit-guit. Aku pun mengnarik-narik daging kecil yang sudah agak keras itu. Tapi aku belum juga berani melihat ke bawah.
Bude bilang,
“Kalau nggak mau melihat, aku boleh tutup mata.”
Aku memainkan daging kecil itu dengan tangan kiri. Disodorkanya payudaranya ke mulutku dan disuruhnya menghisap putingnya. Sedangkan tangan kananku dibawanya meremas payudaranya yang di sebelah kanan. Aku hanya mengikuti. Bude pun meneruskan mengurut-urut dan mengocok-ngocok kemaluanku. Lama juga kami melakukan itu. Terasa nikmat bagiku.
Tiba-tiba aku mendengar Bude Asna menarik nafas dalam-dalam. Panjang sekali. Dia memeluk tubuhku. Ditekannya payudaranya ke tubuhku. Aku lemas karena didekap kuat. Badannya tegang mengeras, seperti orang ngejan.
Dia melenguh seperti orang sakit kepala,
“Uhh.. sstt..!” mulutnya mendesis seperti orang menahan rasa perihnya luka.
Disuruhnya aku menggosok daging kemaluannya lebih cepat. Aku pun lebih cepat memaikan dan menggosoknya.
Aku mengangkat wajahku. Tapi ditekannya lagi ke dadanya lebih kuat. Digosok-gosokannya wajahku di payudaranya. Aku rasa aku seperti mau lemas. Aku pun menghisap kuat puting payudaranya. Tanganku sebelah lagi terus meremas payudaranya. Tidak lama setelah itu aku mendengar Bude Asna mengerang, seperti orang yang telah lega. Letih nampaknya.
Lalu dia mandi menyiramkan air ke tubuh indahnya. Kain untuk penutup badan yang tergeletak di lantai dibilas dan digantung di kamar mandi. Dia keluar memakai Handuk. Dia masuk duluan ke dalam kamar. Berkemben handuk saja. Aku masih di kamar mandi menyiram badan menghilangkan busa sabun. Kemaluanku tegang dan merah karena digosok Bude Asna tadi. Setelah mandi terus melap badan dan masuk ke dalam kamar untuk mengenakan baju baru yang dibelikan Bude tadi.
Ketika aku masuk dalam kamar, kulihat Bude Asna bersandar di dinding tempat tidur. Dia masih memakai handuk. Matanya terpejam. Seperti orang letih saja. Diam. Aku merasa takut juga. Boleh jadi perbuatanku tadi membuat Bude Asna tidak suka.
“Marahkah Dia..?” tanyaku dalam hati.
Aku pun naik ke atas tempat tidur, duduk dekatnya.
Kutanya,
“Bude marah ya..?”
Matanya membuka memandangiku. Dia tersenyum. Rambutnya wangi.
“Nggak.” katanya.
Dirangkulnya aku menempel ke tubuhnya. Wajahku dekat ke lehernya. Diusapnya punggungku, seperti berbagi rasa sayang padaku. Hatiku sangat senang sekali.
Bude Asna bilang,
“Luka Andi sudah baik..?”
Aku mengangguk dan balik bertanya,
“Tadi kenapa Bude seperti orang sakit?”
“Apa Bude sakit..?”
Dia menggelengkan kepala, katanya,
“Kalau tidak ada orang membantu Bude seperti Andi perbuat tadi, kepala Bude terasa sakit. Badan Bude terasa lemas.” katanya.
“Bolehkah Andi menolong Bude?” kutanya.
Lalu dia menjawab, “Entahlah. Kalau Andi nggak cerita sama orang lain, Andi boleh nolong Bude untuk nyembuhkan sakit kepala Bude.” katanya.
Kujawab,
“Andi sumpah nggak cerita pada siapa pun Bude. Andi sumpah. Betul..!”
“Benar ya Ndi..?” Bude menatap wajahku.
Dia tersenyum seperti tidak percaya. Aku sangat kasihan melihat Bude. Aku mengangguk.
Kemudian dia berkata,
“Bude mau minta tolong sama Andi untuk mijitin badan Bude, boleh nggak? Capek jalan-jalan tadi,” katanya.
Aku mengangguk. Bude Asna pun memposisikan badannya untuk telentang. Di punggungnya diletakkan bantal. Disuruhnya aku mengambil minyak yang dibeli tadi di pinggir ranjang dan duduk di sebelah kanannya. Dituangkannya di telapak tangannya. Aromanya wangi. Dia menyuruhku untuk menyingkap handuk di dadanya. Kubuka, terpampang payudaranya seperti gunung. Putingnya merah coklat.
Dia menyuruhku memijat seperti di dalam kamar mandi tadi. Aku lakukan. Dia menyuruhku meremas-remas dan memainkan putingnya. Lama-kelamaan putingnya menjadi keras. Mata Bude Asna terpejam seperti orang tidur. Lama aku berbuat begitu. Aku hanya diam saja memperhatikan mimik wajah Bude. Kemudian dia menyibakkan handukku. Dipegang-pegang dan diremas-remasnya kemaluanku, kemudian diurut-urutnya. Aku merasa nikmat. Aku merasakan kemaluanku tegang. Minyak itu melicinkan kemaluanku. Aku merasa kemaluanku makin tegang dan makin panjang. Kepalanya tersa mengembang.
Kemudian dia menyuruhku mengelus perutnya. Perutnya agak gemuk. Ouuh.., lembut dan kenyal. Dia menyuruhku memutar-mutar jari telunjuk kananku di pusarnya. Sedangkan tangan kiri meremas-remas payudaranya. Kadang aku putar-putar puting payudaranya. Aku melakukannya agar Bude Asna sembuh dari sakit kepalanya. Lagian dia baik hati. Kami pun tinggal berdua saja. Kalau dia sakit, pada siapa kuminta tolong antar ke rumah sakit. Semua itu menjadi pikiran bagiku.
Setelah itu Bude Asna menyuruhku membuka handuknya lagi.
“Andi tolong urut paha Bude, yaaa..!” lembut suaranya.
Waktu aku menyibakkan handuknya, aku melihat bulu hitam kemaluan Bude Asna. Uhh.., geramku. Tidak pernah aku melihat bulu kemaluan perempuan sebelumnya.
Aku melihat wajahnya. Dia melihat wajahku.
“Andi, pijitin paha Bude, ya..?”
Lalu dia meneteskan minyak dalam botol tadi ke tanganku. Aku melihat paha Bude putih dan mulus, bagus sekali. Betisnya padat, licin dan putih, seperti kapas. Aku pura-pura tidak meliat bulu kemaluannya. Lebat. Hitam. Banyak di bawah perutnya, seperti jambang. Kuraba bulunya. Halus. Lembut. Kemaluannya tertutup oleh ketebalan bulunya.
Kemudian Bude Asna membuka pahanya. Aku malu untuk melihat.
Bude pun berkata,
“Andi lihatlah..! Ada belahannya kan..?”
Aku diam saja, karena belum pernah melihat kelamin perempuan. Kulihat wajahnya. Bude meremas-remas kemaluanku. Aku merasa nikmat. Dia menyuruhku mengurut pangkal pahanya. Tangan Bude Asna mengurut-urut batang kemaluanku. Kadang-kadang diremasnya batang kemaluanku pelan-pelan. Enak sekali rasanya. Geli bila kena kepala kemaluanku di jarinya.
“Andi lihat nggak celah rambut kemaluan Bude, ada air nggak..?” kata Bude.
Jadi sekarang kuberanikan untuk melihat dekat-dekat. Dia yang menyuruh. Kusibakkan bulu vaginanya, nampak ada alur panjang dari atas ke bawah. Di celah kemaluan itu ada air. Aku mengangguk.
“Andi sibakkanlah dan buka belahan itu, lihat di sebelah atas ada daging sebesar kacang goreng, ada nggak..?” dia tanya padaku.
Huhh.., aku geram sekali. Selama hidup aku tidak pernah melihat kemaluan perempuan yang dewasa seperti Bude Asna. Tapi sekarang Bude menyuruh melihat punyanya. Aku tidak tahu mau berbuat apa. Tidak pernah sekali pun melihat itu.
Sebelum aku menyibakkan kulit yang dia bilang itu, aku melihatnya dulu betul-betul. Ketika kusibak bulunya, aku melihat kemaluan Bude seperti terbelah dari atas memanjang ke bawah. Ada jalur. Panjang. Seperti mulut bayi tembam. Seperti bukit kecil. Tapi jalur yang terbelah itu tertutup rapat. Tidak kelihatan apa-apa.
Aku bilang,
“Nggak ada Bude. Nggak ketemu.”
Bude Asna ketawa. Dia berkata dengan suara lemah lembut,
“Andi, lihatlah dekat-dekat..!”
Kemudian kusibakkan kulit itu kiri-kanan, terbukalah kemaluannya.
“Udah nampak belum..?” katanya.
Menggigil juga tanganku ketika aku mengusik kemaluannya seperti yang dia suruh. Aku pun membuka dengan ujung jari. Aahhhk.., ketika terbuka aku kaget. Rupanya, dalam kulit luar ada kulit lagi. Warnanya merah. Memang ada air. Aromanya aneh dan enak. Aku belum terbiasa dengan aroma itu. Aku mainkan dan sibakkan. Berlendir. Melekat di jariku. Rupanya di dalamnya ada lidah, di kiri dan di kanan. Kusibakkan lagi, nampak di bawah seperti ada lubang. Kecil saja. Rasanya lembek. Seperti daging kecil.
Kemudian aku bertanya,
“Ini dia Bude..?”
Dia menjawab,
“Bukan. Bukan di bawah. Tapi diatass..,”
Aku melihat ke sebelah atas. Kusibakkan lagi. Kutekan baru kelihatan daging kecil menonjol.
“Hahaha.. itulah yang Bude maksud..!” kata Bude. “Pintar kamu Ndi..” katanya lagi.
Aku senang karena berhasil menemukannya. Kutekan sedikit dengan dua jempolku. Kulit luarnya masuk ke dalam. Tonjolannya seperti kemaluan kucing. Luarnya dibungkus kulit. Pendek saja ukurannya, tapi kelihatan. Sepertinya keras. Memang ada daging sebesar biji kacang goreng.
Aku mengangguk lagi,
“Ada Bude..!” kataku.
“Ya, itulah itil kepala bawah Bude. Namanya itil atau kelentit. Andi mainkan seperti mainkan puting susu Bude tadi, ya… Nanti dia akan keras. Mainkan perlahan-lahan ya. Nanti akan berkurang sakit kepala Bude. Andi lakukan lah yaaa..!” Bude Asna seperti minta tolong kepadaku.
Aku pun menuruti kemauan Bude. Ada aroma lagi datang dari kemaluan Bude Asna. Aku senang aromanya. Makin kumainkan klitoris Bude, makin kuat aromanya. Enak sekali. Sepertinya wangi sabun dan bau agak mentega bercampur menjadi satu. Ingin rasanya aku mencium lebih dekat ke kemaluan Bude.
“Ada air liur keluar di bibirnya, Bude.” kataku.
Bude menjawab,
“Nggak apa-apa, Andi mainkanlah terus sampai Bude puas.” katanya lagi.
Aku melihat Bude Asna rilek saja. Matanya tertutup rapat. Nafasnya kencang. Tangannya memegang sprei ranjang dan diremas-remasnya.
“Sakit Bude..?” kutanya dia.
Dia hanya menggelengkan kepala,
“Nggaak..!” katanya pelan.
“Andi lakukan terus sampai Bude bilang berhenti.” katanya lagi.
Aku terus melakukannya.
Lama-lama kurasakan paha Bude Asna meregang. Betisnya mengeras. Jari kakinya juga meregang. Dia mengerang, “Uuhh.., hhhmm.., iss.. isshh..! Enaak Ndi..!” katanya,
“Gosok dengan kencang Ndiii..!”
Aku pun mengikuti. Aku pun ingat waktu dulu. Ibu menyuruhku memijat kepalanya. Aku pun disuruh menggosok, tapi di dahinya. Ibu pun bilang enak juga. Tapi Bude Asna agak lain. Dia menyuruhku memainkan kepala kecil di dalam kemaluannya. Kelentitnya. Ku dengar nafasnya makin kencang, kepalanya digelengkan ke kiri dan ke kanan. Dia menyuruhku meremas buah dadanya kuat-kuat. Aku meremas.
Tidak berapa lama kulihat Bude agak lega. Kemudian Bude membuka matanya, dan senyum padaku. Aku pun tersenyum.
“Udah sembuh sakit kepala Bude..?” kutanya.
Dia menjawab,
“Belum seberapa hilangnya. Sekarang coba Andi telungkup di atas badan Bude, bolehkan..?” katanya.
Aku pun bertanya,
“Telungkupnya gimana Bude..?” kataku.
Bude Asna pun memegang pinggulku. Ditariknya aku ke atas dadanya. Dia menanggalkan handukku. Aku pun telanjang sudah, dan aku telungkup, pinggulku di atas dadanya. Kepalaku tepat di atas kemaluannya. Ahhk.., aroma kemaluanya enak sekali.
Kemudian Bude Asna menyuruhku untuk menunggingkan pinggulku, berlutut di atas wajahnya. Aku pun menunggingkan pantatku dengan mengangkangkan pahaku tepat di atas wajahnya. Bude pun membuka dan mengangkangkan pahanya lebar-lebar. Kemaluannya menonjol karena pantatnya dialasi dengan bantal. Bude menyuruhku menyibakkan celah kemaluannya dengan jari. Kusibakkan.
“Ada airnya nggak, Ndi?” Bude Asna bertanya. Kujawab ada.
“Andi lihat agak ke bawah, ada lubang, kan?” katanya lagi.
Aku jawab, “Ya.”
Bude menyuruhku meletakkan lidah di celah kemaluannya. Dia menyuruhku menyapukan vaginanya dengan lidahku. Setelah itu dia menyuruhku memasukkan jari tengahku ke dalam lubang itu. Tekan dan tarik pelahan-lahan. Aku memasukkan jariku ke lubang kemaluan Bude. Mmhh, aroma air kemaluan Bude Asna memang enak menusuk hidungku. Rasanya seperti sampai di otak kenikmatanku. Wangi. Kuhisap air vagina Budeku. Bude Asna pun memegang kemaluanku yang sudah mulai tegang sedikit. Aku merasakan seperti dijilat. Seperti malam dulu, kubiarkan.
Setelah itu aku merasakan seperti dikulum kepala kemaluanku. Dimainkanya dengan lidah. Dan kurasakan kemaluanku seperti menyentuh bibir mulutnya. Kurasakan ujung kemaluanku seperti kena jilat di dalam mulutnya. Enak dan geli betul rasanya. Kurapatkan kakiku, tapi terhalang kepala Bude. Aku terpaksa menahan rasa enak dan geli. Badanku meriang. Lama-kelamaan hanya rasa enak yang terasa. Aku merasa Bude menjilat-jilat, habis itu rasanya kepala kemaluanku masuk ke dalam mulutnya. Habis semua batang kemaluanku. Kadang-kadang dikeluarkan kemaluanku, dijilat-jilatnya buah pelirku. Aku biarkan saja. Enak dan nikmatnya makin bertambah.
Kurasakan lidahnya mengulum kepala kemaluanku. Uhh.., gelinya bukan main. Kurasa kemaluanku semakin tegang. Aku mengerang menahan nikmat. Kudengar dia seperti menghisap kuat-kuat ujung kemaluanku. Crup.. cruppp.. bunyi air liurnya. Aku tidak dapat berbuat apa-apa. Kutahan saja. Aku terasa mau kencing. Aroma dari kemaluan Bude Asna masuk ke lubang hidungku sewaktu dia memeluk pinggulku. Aku terus menjilati kemaluannya seperti yang dia suruh. Jariku pun kudorong tarik di dalam lubang kemaluanya. Berlendir dan banyak, sehingga meleleh sampai ke pangkal jari tanganku. Bulu vaginanya kulihat basah kuyup. Air liurku bercampur dengan lendir Bude. Mulutku pun belepotan seperti adikku makan bubur bayi.
Aku terus menjilati kemaluan Bude. Aku dan Bude Asna mengerang kenikmatan seperti orang sakit kepala. Aku mulai merasa melayang-layang. Keringatku mulai meleleh di tubuhku. Kujilat terus kemaluan Bude sampai Bude keluar peluh juga. Tiba-tiba Bude Asna menyuruhku bangun. Dia menyuruhku pergi ke kamar mandi untuk kencing dulu. Memang benar. Aku kencing. Banyak sekali. Langsung kubasuh wajahku dan kumur-kumur.
Setelah kembali ke kamar, Bude menyuruhku untuk telentang. Dia naik ke atas dadaku. Aku di bawah. Aku diam saja. Aku tidak tahu apa yang mau Bude lakukan. Kubiarkan saja karena Bude lebih tahu apa yang akan dilakukannya. Bude menyuruhku meremas-remas buah dadanya seperti tadi. Aku meremasnya. Kemaluanku pun mulai mengeras. Dipegangnya batang kemaluanku. Dikocoknya seperti dalam kamar mandi tadi. Setelah keras, Bude menyuruhku untuk memejamkan mata. Kurasakan perlahan-lahan diarahkan kepala kemaluanku di lubang vaginanya, di tempat yang kujilati tadi. Diusap-usapnya kepala kemaluanku sampai berlumur lendir vaginanya. Aku rasakan licin. Basah.
Kemudian ditekan pelan-pelan batang kemaluanku ke lubang kemaluannya. Kurasakan kemaluanku masuk ke dalam lubang kemaluannya. Panas rasanya. Seperti kejepit. Ditekannya dalam-dalam. Kemudian Bude Asna berhenti. Dia menarik nafas panjang. Waktu berhenti aku merasakan kepala kemaluanku seperti kena urut dalam vaginanya. Dikemut-kemut. Bude Asna merebahkan dadanya di wajahku. Aku sudah paham. Kupegang payudaranya, keremas-remas sambil kukulum puting susunya.
“Oouuhhhhh.., Andi sudah pintar yaa..?” katanya, suaranya menggetar.
Aku terus menghisap. Terus kuraba-raba payudaranya. Aku merasa gerah, badan Bude Asna pun sudah berkeringat. Aku terus meremas payudaranya. Sesekali kudengar Bude menarik nafas panjang. Bunyi nafasnya juga bertambah kencang. Nafasku pun begitu. Bude menyuruhku memainkan biji kacang di celah kemaluannya. Bude membantu tanganku dengan membungkukkan badannya, sehingga tanganku lebih leluasa memainkan kelentitnya.
Setelah itu Bude Asna menggoyang pantatnya yang lebar itu. Ke atas dan ke bawah. Pelan-pelan saja. Aku merasakan ada sesuatu yang menjalar di batang kemaluanku. Bude memutar-mutar lubang kemaluannya dengan cara memutar-mutar pantatnta yang lebar itu di atas kemaluanku. Seperti orang mengaduk dodol. Dia goyang ke kiri dan ke kanan. Habis itu diangkat dan tekan pinggulnya. Aku rasakan nikmat tiada taranya. Jari tengah Bude meraba lubang pantatku. Bulu kemaluan Bude kena ke pangkal kemaluanku. Geli. Bunyi nafasnya bertambah keras.
“Enak nggak Ndii..?” tanya Bude Asna.
Kujawab, “Hhhmm..” mataku tidak dapat kubuka, badanku terasa seperti melayang.
Batang kemaluanku makin tegang dan keras. Aku pikir karena digenjot Bude. Diusapnya pantatku. Lembut saja. Bude Asna memang pintar mengusik tempat yang membuatku melayang. Enak. Bude Asna terus menggenjot dan menggoyangkan pantatnya ke atas ke bawah, kadang memutar. Sesekali dirapatkannya wajahnya ke wajahku. Diciumnya mulutku. Kubuka mulutku. Dihisap lidahku. Seperti orang berciuman di TV. Aku pun membalas. Kuhisap lidahnya seperti yang diajarkannya tadi.
Bude Asna seperti bertengger di atas kemaluanku. Sedikit demi sedikit batang kemaluanku terpacak keras, terbenam masuk ke dalam lubang kemaluannya. Dia menggenjot dari atas. Aku tahan di bawah. Dia memelukku kuat-kuat, sehingga membuatku susah untuk bernafas. Kami seperti beradu tenaga. Memang Bude Asna mudah memasukkan batang kemaluanku, sebab lubang kemaluannya sudah banyak lendir. Kemaluanku rasanya licin bila disorong tarik di dalam lubang kemaluanya.
“Aahhgg..!” Bude Asna merengek setiap kali dia bergoyang.
“Enaaak Nddiii..!” katanya padaku.
Aku mulai meriang. Tenggorokanku kering. Ada rasa seperti kesemutan di tenggorokanku saat Bude menggenjot pantatnya. Kutusuk dan hentakkan kemaluanku ke dalam lubang kemaluan Bude. Semakin cepat dia genjot, semakin sering dia merengek,
“Ehhh eh es eh eh esssss..!”
Sambil menggenjot dari atas, tanganku mengusap-usap payudaranya. Puting payudaranya kuputar-putar. Kadang kuangkat kepalaku agar dapat aku menghisap puting payudaranya.
Puas bermain tanganku di putingnya. Begitu seterusnya sehingga puting susu Bude menjadi tegang dan keras.
Mulutnya melenguh,
“Uhh uhhh uhhh..!”
Bude Asna membiarkanku untuk berbuat sesuka hati terhadap payudaranya. Semakin kuremas dia semakin melenguh dia. Kuat. Enjotannya pun makin kuat dan cepat. Hisapan kemaluan Bude Asna memang kuat, lama-lama aku seperti mau kencing. Aku tidak bisa rasanya menahan kencing.
Aku memberitahu Bude,
“Bude, Andi mau kencing niih..!”
Bude Asna menjawab, “Nggak apa-apa, kencing aja dalam lubang kemaluan Bude.”
Terus Bude menggenjot lebih cepat, lagi dan lebih. Lama-lama aku sudah tidak tahan lagi. Melihatku makin tidak tahan, Bude Asna memeluk bahuku. Maka terpancutlah kencingku, aku memekik,
“Budee.. Andi udah mau.. keluaarr.., aahhk..!”
Aku sudah nggak tahan. Bude Asna pun menekan habis kemaluannya dan menggenjot, angkat, enjot, angkat, enjot. Cepat. Lebih sering. Tenggorokannya pun mengeluarkan bunyi dari dalam.
“Arrrrrggggg.., Andi.., Aarrgggghhhhh..!”
“Andi dah keluar Bude.” kataku sambil memeluk pinggang Bude erat-erat.
Kupeluk seperti itu agar kemaluanku terbenam lebih dalam ke dalam lubang kemaluan Bude. Wajah Bude kelihatan berkerut. Aku tidak tahu, apakah sakit kepalanya kambuh lagi. Pelan-pelan dia tekan pinggulku karena mau mencabut kemaluanku yang tertanam dalam lubang kemaluannya. Bude Asna masih memelukku. Lubang kemaluan Bude masih belum mau melepaskan kemaluanku. Entah berapa kali aku pancutkan ke dalam rahim Bude. Aku rasa kencingku banyak. Kencingku memancut tidak putus-putus. Pekat rasanya.
Aku melihat biji mata Bude Asna terbeliak bila aku kencing dalam rahimnya. Hangat pancutan air kencingku itu dapat kurasakan mengalir di buah pelirku. Mungkin di dalam kemaluan Bude sudah penuh dengan air kencingku tadi. Aku diam saja. Bude Asna juga terdiam. Seperti bisu. Dia memelukku. Keringat Bude mengalir di dahinya. Aroma keringatnya wangi-wangi amis. Ketiaknya menempel di hidungku. Batang kemaluanku terasa mulai kendur. Berangsur-angsur menjadi kecil. Lama Bude Asna membiarkan kemaluanku di dalam lubang kemaluannya.
Waktu itu perasaanku sangat bangga, karena aku berhasil menolong mengobati sakit kepala Bude Asna. Kemaluan Bude memang enak menjadi tempat kencingku. Memang pintar dia membuatku kencing. Enak. Liang kemaluan Bude pun sangat kuat mengemut batang kemaluanku. Kemutannya saja dapat membuatku melayang lupa diri. Kuharap dia senang hati, karena aku menolongnya menyembuhkan sakit kepalanya. Aku tidak menyangka, anak lelaki sepertiku boleh kencing di dalam liang kemaluan perempuan. Nikmat pula. Aahhh..!
Lebih kurang sepuluh menit Bude Asna memeluk tubuhku. Dia sepertinya tertidur. Mulutku mengulum puting payudaranya. Bude membiarkan saja. Kuremas, kumainkan, kuhisap putingnya. Ketika dia bangun, baru dia cabut kemaluanku dari lubang kemaluannya. Diciumnya pipiku.
“Masih sakit kepala Bude..?” kutanya.
Dia menjawab,
“Tidakk Sayang. Udah baikan sekarang. Kan tadi Andi udah menyiram sama air ke dalam kemaluan Bude..?” dia tersenyum.
“Apa..? Andi tadi kencing Bude.” kataku.
“Husyy.. itu bukan kencing. Air mani namanya.” diajarkannya aku namanya.
Setelah itu kami tidur. Bude Asna memelukku. Waktu mau tidur, diurut-urutnya batang kemaluanku. Aku pun meremas-remas payudaranya. Mulutnya menghisap lidahku. Aku pun begitu juga.

Agen Judi Terpercaya : Istri Temanku Yang Binal

0 comments
 Promosi Terbaru Liga8.com
Likenews - Sebut saja namaku Arif (24 tahun), aku masih kuliah di Perguruan Tinggi Negeri di Kota Surabaya , aku memiliki kenangan yang indah bersama seorang wanita bernama Ima, (28 tahun) dia adalah istri temanku sekampung yang bernama Haris (35 tahun) dan bekerja di sebuah perusahaan swasta di Surabaya. Perselingkuhanku dengan Ima terjadi setahun yang lalu. Semua berawal dari pertemuanku dengan Haris yang tidak sengaja di sebuah kantor bank swasta di Kota Surabaya. Kami sama-sama terkejut karena bisa bertemu di kota perantauan, karena kami sebenarnya berasal dari Kota Kebumen.
Setelah pertemuan itu Haris mengajak aku mampir ke rumah kontrakannya dan disanalah aku diperkenalkan dengan Ima, istrinya. Terus terang saat pertamakali bertemu aku sudah tertarik pada Ima karena cantik dan ramah, namun demikian aku sadar diri kalau dia ada yang punya. Singkat cerita… aku jadi sering main di rumah Haris dan aku jadi akrab dengan Ima.
Sekitar 3 bulan kemudian Haris dan Ima menawariku untuk tinggal dirumahnya dari pada aku kos sendiri, itung-itung menghemat biaya kuliah, karena masih ada kamar yang kosong dirumahnya. Tentu saja aku langsung menerima tawaran itu dan akupun segera pinndah ke rumah Haris. Sejak tinggal bersama itu aku makin sering berinteraksi dengan Ima dan… perlahan akupun semakin tertarik padanya, aku sering mencuri-curi pandang untuk melihat kecantikannya.
Setiap pagi dan sore hari aku dapat melihatnya ketiaka dia selesai mandi karena selain waktu tersebut dia selalu berpakaian tertutup dan berjilbab… kulitnya yang putih dan bodynya yang bahenol selalu membuatku gregetan… dan untuk melampiaskan hasratku aku selalu beronani ria di kamar mandi dengan berkhayal ngentot bersama Ima. Kegiatan itu selalu kulakukan hingga akhirnya sebuah kesempatan datang. Saat itu Haris mendapat tugas dari kantornya untuk mengikuti training karyawan di kantor pusat Jakarta salama 10 hari.
Setelah Haris pergi akupun mulai merancang strategi untuk merayu Ima agar mau di entotin. Dan rencana itu akhirnya berhasil pada hari ke 4 setelah Haris pergi. Saat itu pagi hari seperti biasa aku selalu mengintip Ima mandi, mumpung ada kesempatan saat suaminya tidak dirumah. Namun pagi itu benar-benar istimewa, karena Ima tidak hanya mandi, tetapi juga bermasturbasi dengan buah ketimun yang telah disiapkannya… dan inilah kesempatanku. .
Baca cerita sex terbaru lainya di www.orisex.com
Aku segera melucuti pakaianku dan bugil di depan pintu kamar mandi… dan pada saat Ima keluar akupun segera menyergapnya, Ima terkejut dan berusaha berteriak, namun aku langsung membekap mulutnya. Dia terus berontak hingga handuknya terlepas dan kamipun jadi sama-sama bugil… akupun langsung menekan mental Ima… Sudahlah Ma… aku tau ko kamu lagi pingin ngentot, kamu kesepian kan di tinggal suami kamu ke Jakarta..? daripada pake ketimun mendingan pake punyaku aja… namun dia terus berontak walau hanya sebentar…. serbuan jariku di memeknya dan permainan lidahku di leher dan toketnya membuatnya tak berdaya… akhirnya diapun terangsang. Jariku terus kumainkan di memeknya… klitorisnya jadi basah dan memerah karena terus ku kocok-kocok dengan jariku… lalu diapun mencapai orgasme.
Tubuh Ima langsung lemas dan memeluk tubuhku… nafasnya terengah-engah seperti baru lari jarak jauh. Gimana Ma… enak kan…? Ima langsung memandangku dan memelukku dengan erat,
Rif kamu ko pintar si mainnin memek aku…? enak banget rasanya…!!!
Itu masih pemanasan aja Ma, aku bisa membuat kamu lebih horny dari yang tadi…. kamu mau kannn? Ima langsung tersenyum dan meremas Penisku dengan gemas.
Aku tau ini artinya Ima tidak menolak, segera saja kugiring dia meneju ke kamar. Masih dalam kondisi bugil kami berjalan mesra kekamarku seperti pengantin baru.
Sesampainya di kamar Ima langsung berbaring terlentang di atas kasur. Sesaat aku berdiri di sampingnya menikmati pemandangan ini. Ima memang wanita yang mantap abis… wajahnya cantik, bodinya putih dan mulus, namun yang membuatku kesengsem adalah Toketnya yang berukuran 36 C dan Vegynya yang bersih. Setelah puas memandanginya akupun lansung menindihnya, Kami berdua begumul mersra dengan penuh gairah.
Klitoris Ima yang merah berkilauan menjadi mainan bagi lidah dan bibirku… sungguh nikmat rasanya. Sesaat kemudian aku segera meminta Ima mengulum penisku, walaupun awalnya menolak karena belum pernah diapun akhirnya mau juga… bahkan merasa keenakan. Sambil menikmati sedotan Ima, kumainkan jari-jariku di Vegynya.
Akhirnya Imapun mulai tak tahan, dia berhenti mengulum dan dengan malu-malu dia berkata,
Rif…Aku sudah nggak tahan pingin ngentot ni… Punya kamu dimasukin ya…!! aku hanya tersenyum..
dalam hatiku aku berkata, akhirnya… tercapai juga harapanku…!! Segera saja Kulentangkan tubuh istri temanku itu dan langsung kuarahkan ujung penisku ke mulut Vegynya yang menganga lebar dan basah… Bless Slepp tenggelam sudah penisku..
Kulihat mata Ima terpejam dan dari mulutnya terdengar desahan Ohh…… Ahh…… dan perlahan aku mulai bergoyang maju mundur sambil tanganku terus meremas-remas toket Ima. slep…slep….slepp… suara yang merdu terdengat dari vegy Ima. Dia mulai merintih dan mendesah nikmat seiring dengan goyanganku yang kupercepat….Ah…Uhhh… Ooohh…. dan 3 menit kemudian tubuh Ima mulai mengejang dan Croooot…. Ima mencapai orgasme pertama dengan penisku.
Setelah beristirahat sebentar Ima kembali kuentoti, namun dalam posisi nungging dan rasanya benar-benar nikmat sambil meremas-remas pantat Ima yang putih dan bahenol kugoyangkan kotolku dengan tempo cepat sehingga Ima hanya mendesah saja.. lalu tak lama kemudian ia kembali orgasme yang kedua… Ima mengerang merasakan nikmatnya penisku…
Oh… Ahhh… Rif… Penismu enak bangetz…… Oh…. Ahhh.
Sesudah itu kamipun beristirahat, sambil kupeluk tubuh Ima akupun berusaha merayunya…
Ima maafin aku ya sudah berbuat kurang ajar sama kamu, terus terang sebenarnya aku sangat tertarik sama kamu, kamu sangat cantik.
Imapun langsung tersenyum dan menjawab.
Sudahlah Rif… Ga papa ko… aku malah senang di kurangajari sama kamu…. aku jadi bisa merasakan nikmatnya hubungan intim yang sebenarnya… karena selama ini Mas Haris belum pernah membuatku orgasme.
Sesudah perbincangan itu akupun merasa lega karena Ima mau menerimaku, akupun kembali mencumbuinya dan Ia menurut saja saat kembali kuentoti dalam berbagai macam gaya sampai akhirnya akupun mencapai orgasme dan tertidur kelelahan.
Siang harinya Ima membangunkanku dan mengajak makan siang bersama… Kulihat dia sudah berpakian rapi dan berjilbab seperti biasanya. Ima kamu ko sudah rapi mau kemana? Nggak kemana-mana, tadi baru saja jemput Muna (Muna anaknya Ima) dari sekolah Rif. Oo aku baru ingat kalau Muna yang baru duduk di kelas 2 SD selalu di jemput saat pulang sedangkan saat berangkat ikut bonceng dengan tetangganya.
Aku segera bangun dan berpakaian lalu pergi ke kamar mandi. Selesai mandi aku melihat Ima sedang membuat teh di dapur entah kenapa tiba-tiba aku kembali horni melihat Ima. segera saja aku menghampirinya, Ima pun menyapaku… eh sudah mandi yaa.. pasti segerr!! aku hanya tersenyum dan langsung memeluknya dari belakang.
Dia berusaha menolak, jangan gitu Rif… nanti Muna melihat bisa masalah.. tapi aku tidak peduli dan langsung kusingkap roknya keatas dan kutarik CDnya kebawah… Ima tau maksudku Ia pun langsung bersikap, Rif kalau pingin lagi pintu dapurnya di tutup dulu… akupun segera menutupnya dan kembali menghampiri Ima yang sudah siap nungging dengan rok yang tersingkap sampai ke punggung, segera kulepas handukku dan kuarahkan penisku ke vegynya…. slep… Bless!!! setelah masuk akupun langsung bergoyang dengan cepat hingga kami mencapai orgasme bersama-sama.
Sejak saat itu, selama Haris masih di Jakarta aku bebas ngentot bersama Ima, dan untuk mengenang saat-saat indah itu aku merekam adegan ngentot kami dari semua lokasi di rumah Ima, mulai dari tempat tidur, dapur, kamar mandi, meja makan, ruang tamu, ruang TV, dan halaman belakang rumah. Bahkan ngentot di samping Muna yang sedang asik bermain boneka juga pernah kami coba dan sensasinya sungguh luar biasa.
Selama seminggu itu aku benar-benar puas ngentotin istri temanku itu dan satu hari sebelum Haris pulang, aku sengaja menyewa handycam untuk membuat film bokep pribadi. Tentu saja Ima menolak ide gilaku tersebut namun dengan sedikit rayuan diapun menurut saja. Dan adegan hot itu kami mulai setelah Muna berangkat sekolah.
Tanpa membuang waktu segera kuminta Ima melucuti bajunya di ruang tamu sambil kurekam. setelah bugil aku segera memintanya berbaring terlentang di kursi sofa dan bermasturbasi dengan ketimun yang telah kupersiapkan. Saat itulah aku datang dengan kondisi bugil menghampiri Ima setelah sebelumnya kuletakkan handycam di tripot dan aku setel otomatis. Diatas sofa itu kucumbui Ima dengan sangat hot… hingga puas. sesudah itu baru kami ngentot dengan beraneka gaya sampai kami orgasme bersamaan.
Setelah Istirahat cukup, pada siang harinya kami kembali beradegan ngentot di ruang dapur dan dilanjutkan di meja makan. Pada sore harinya kami kembali bermesum ria sambil nonton TV dan dilanjutkan ngentot di kamar mandi. Aksi kami terus ber lanjut di malam harinya di kamarku sampai pukul 8 malam. Kami benar-benar puas dibuat mabuk oleh birahi selama sehari.
Lalu sekitar jam 9 malam kami berdua pergi ke Bandara untuk menjemput Haris yang pulang dari Jakarta. Setelah Haris sampai kami bersikap biasa saja seolah tidak terjadi apa-apa selama kepergian Haris. Namun demikian sejak saat itu aku menjalin hubungan selingkuh dengan Ima. Setiap ada kesempatan bagus aku selalu memanfaatkan untuk bisa ngentot dengan Ima dan hubungan itu terus berlanjut hingga sekarang dan aku tidak tahu kapan akan berakhir.

Agen Judi Terpercaya : Pengalaman Seks Dengan Tante Yuki

0 comments
 Promosi Terbaru Liga8.com
Likenews - Namaku Bagas, aq mau cerita tentang sex aq, siapa tau jadi inspirasi untuk kalian. ini adalah pengalaman pertamaku berhubungan seks 5 th lalu..ironisnya pengalaman seks pertamaku itu bersama tanteku.. namanya Miyuki, aq biasa memanggilnya tante Yuki.
aq berasal dari daerah dan pergi merantau ke jakarta saat usiaku 18 th, karena khawatir aq dititipkan dirumah tante Yuki, dia berumur 28 th saat aq dititipkan dirumahnya. suaminya bekerja disebuah perusahaan pertambangan swasta dijakarta.
karena usaha orang tuaku sedang bangkrut aq tidak dapat meneruskan kuliah, tanteku bilang,
”Gas, mending kamu kuliah saja biar tante dan om yg biayain!” tp aq menolak, alasanku tidak mau merepotkan mereka dan ingin coba bekerja. padahal aq sangat ingin kuliah..
aq coba kirim cv kebeberapa perusahaan dijakarta, setelah 1 minggu ada beberapa perusahaan yg memanggilku.. om melarangku saat aq hendak pergi interview, katanya,
”kamu gak usah dateng om sedang urus kerjaan buatmu dikantor tante Yuki.” singkat cerita aq bekerja dikantor tante Yuki, setiap hari aq berangkat kerja naik mobil bersama tante, maklum aq gak bisa nyetir mobil jadi tante yg nyetir, dikantornya tante seorang manager yg sangat dihormati.
aq sangat suka masturbasi, koleksi film bokepku banyak dari yg indonesia, bule, korea, jepang, china, india sampe arabpun ada.hehehe setiap 2 hari sekali aq masturbasi sambil nonton bokep, paling sering dipagi hari ketika bangun tidur kontol aq tegang..hehe sampai akhirnya tante Yuki tau ketika aq sedang asyik mengkocok kontolku, tante masuk kamarku untuk memanggilku sarapan..
“Gas sarapan dulu, ehhh kamu lagi asyik yak?!”, ujarnya sambil tersenyum dan dia menutup pintu kamarku lagi sambil berkata,
“selesein dulu tuch sampe keluar..” aq kaget setengah mati dan sangat malu sekali.. aq lupa mengunci pintu kamar rupanya semalam.
aq sangat heran karena tante tidak memarahiku tp malah tersenyum..dan seharian itu kerjaanku jadi kacau karena masih malu banget sm tanteku. slese makan malam aq langsung buru-buru masuk kamar.
Baca juga cerita sex di www.orisex.com
keesokan harinya aq terbangun ketika spermaku keluar karena aq mimpi basah, dan kontol aq masih tegang serta berdenyut-denyut..rasanya pagi itu aq ingin masturbasi lagi.. kucari hp ku dan kunyalakan film bokep jepang..kuusap-usap kontol aq yg masih dibungkus CD..sesekali kumasukan tangan kedalam CD untuk mengkocok-kocok kontolku.
ketika tanganku sedang asyik mengkocok tiba-tiba terdengar suara tante Yuki,
” Gas keluarin aja kontolnya biar tante yang kocokin..”pintanya manja.. spontan aq tersentak kaget..
“udah kamu gak perlu malu sm tante, tante juga lagi horny karena udara pagi ini dingin banget.” tante Yuki mendekatiku dan duduk dikasurku sambil tangannya menarik CD ku dan kontolku mencuat keluar karena udah tegang sedari tadi.
“jangan tante nanti ketauan om…!!”, ujarku..
“gpp Gas, om tidak ada dirumah, dia tadi jam 5 berangkat ke papua untuk urusan kantornya.” tanpa banyak bicara lagi tante Yuki langsung mengulum kontol aq..disedot-sedot kepala kontol aq… dijilati dari testis, batang dan kepala kontolnya…uggghhhh bigini yakk rasanya dioral…nikmat banget..
melihatku merem melek keenakan permainan lidah tante Yuki makin belingsatan..dia sangat nafsu banget kulumin kontolku..dihisapnya dalam-dalam kontolku…
aaakkkkhhhh…gila nikmat banget banget tante…ujarku.. tak mau kalah dengan permainan tante Yuki, tanganku mulai berani memegang payudara tante Yuki yg berukuran 34b, tidak terlalu besar tp masih padat berisi dan kenyal.. kuselipkan tanganku masuk dalam piyama yg tante Yuki kenakan..rupanya dia tidur tidak mengenakan bra..kuusap-usap puting kanannya..tanganku yg 1 lagi membelai rambutnya yg halus dan lembut sebahu panjangnya.
kupilin-pilin putingnya yg mulai mengeras dan kuremas dengan lembut…
aq semakin bergairah dibuatnya dan kuangkat tubuhnya agar aq bisa mencium bibirnya yg tipis.
kukulum bibirnya, kuhisap-hisap lidahnya.. eehhmmmm…hmmm..gumam tanteku.. tanganku terus bergerilya kali ini kedua payudaranya bisa kuremas remas..kujepit kedua putingnya dan kugesek-gesek dengan ujung jariku.. aaahhhh…desahnya menggoda…terus Gasnn…enak banget, katanya…kuciumi lehernya telinganya terus turun ke payudaranya… aq hisap kuat putingnya, sssssllllluuuurrrrppppp….ssssshhhhh….begitu terdengar suara hisapanku..
aaaaakkkkhhhhhhh….nikmat banget Gaasssss….
“kamu hebat banget!!“ lengkuhnya..sambil matanya terpejam menikmati jilatanku…
tangan kiriku kuselipkan masuk CD tante Yuki,kucari itilnya, rupanya tante Yuki udah sangat terangsang, memeknya basah banget..
“foreplay kamu hebat…terusin Gas, puasin tante hari ini..“ ujarnya manja..
tanpa ragu kupijit-pijit lembut itilnya yg mungil..kutekan kebawah keatas..tante Yuki jd belingsatan.. tubuhnya mengeliat..jariku kumainkan disekeliling itilnya..sesekali kumasukan jari tengahku keliang memeknya yg udah basah banget…kulepasin semua piyama tante Yuki dan CD nya hingga telanjang bulat, kubuka kakinya lebar-lebar lalu kujilatin memeknya.. itilnya kutekan dengan lidahku..kulumat tanganku membelai jembutnya yg tipis dan lurus…
“Bagaaaassssss… jangan siksa tante lagi cepet masukin kontol kamu, tante gak tahan..!!“ pintanya dengan mata terpejam dan kedua tangannya menekan kepalaku kememeknya..
tanpa bicara lagi kujulurkan lidahku masuk lubang memeknya..kutekan dalam-dalam sampe hidungku mentok di itilnya..kuputar-putar lidahku didalem memek tante Yuki yg sangat basah.. haaahhhh…aaaaahhhhh…tubuh tante Yuki mengelinjang gak karuan…Gasnn tante mau keluar… aaaaaaaaaahhhhhhh…….tante Yuki melengkuh hebat, tubuhnya menegang dan ssseeerrrr.. cairan hangat memeknya tumpah dalam mulutku..tante orgasme…. kujilat habis cairan memeknya dan kuminum…
kupeluk tubuh tante Yuki sambil kubelai-belai rambutnya, kutunggu sampai nafasnya teratur kembali,
“Gas gila yah kamu bisa bikin tante orgasme cuma dengan foreplay?!!“ ucapnya..dan aq hanya tesenyum.
kukecup keningnya..tanganku membelai pantatnya yg kenyal..sekarang telinganya aq kulum..hhmmm..
kubisikan,
”sekarang akan kumasukan kontolku..”
dia membalas ciumanku dengan ciuman penuh nasfu dileherku…kujilat dan kuciumi lehernya..sambil kugesek-gesekan bulu dadaku dikedua payudaranya.. aaaahhhh desahnya…kuselipkan jari tengahku dalam memeknya, kukocok-kocok, sesekali kumentokin dan kugesek-gesek bagian atas memeknya..kukenyot putingnya,,,,
tangan tante ga mau kalah dia memegang kontolku yg tegang banget..sambil dikocok-kocok kontolku… aaaahhh…aaaakkkhhhh…ku jadi makin horny….jariku mulai basah lagi oleh cairan memek tante Yuki.. kumasukan jari manisku, kubuat gesekan memutar dlm memeknya.. hhhhhhhhhhmmmmm….aaahhhhh…tante Yuki mengerang trs menggigit pundakku,,,,
“Gasnn ayooo cepet masukin kontol kamu…tante gak tahan banget memeknya pengen digenjot kontol kamu…“ pintanya..
kuangkat tubuh tante Yuki yg mungil, karena aq lumayan gede badannya jadi enteng angkat tubuh tante Yuki,,,kugendong tante Yuki dan kupinta ML nya pake “monkey style” kusuruh dia melingkarkan tanganya dileherku dan kakinya menjepit pinggangku.. ku tekan kontolku masuk pelan-pelan dalam memek tante Yuki…oooohhhhh dengan mudah kontolku masuk lubang memek tante Yuki karena memeknya udah basah lagi…perjakaku ilang….kutekan makin dalam sampe mentok…
lalu pantatku mulai kugoyang maju mundur…sambil kupegang pantatnya untuk mengimbangi kocokan kontol aq.. mulutku gak bisa biarkan puting tante Yuki menganggur,sambil goyang aq sedotin puting tante Yuki bergantian..kadang aq gigit pelan putingnya…
“Gaaasss yang kenceng lagi goyangnya“, lengkuh tante Yuki….
“aaaaahhhh…ooohhhh enak banget Gas posisi kaya gini…kontol kamu mentok sekaligus neken-neken itil tante…enaknya double“, rancu mulut tante Yuki..
kugoncang tubuh tante Yuki lebih keras dan lebih cepat lagi kocokan kontolku… dannn…..kurasakan kenikmatan yg tiada taranya….tubuhku mulai mengejang….rasanya sebentar lagi mau keluar spermaku…mulut tante Yuki meracu gak karuan…melengkuh… mendesah,,,,,,
dan sesaat kemudian kurasakan jepitan memek tante Yuki makin kuat..membuatku makin gak tahan…
“sumpah nikmat banget,,,,,,hhhhhhhhhhhhaaaaaa,,,,,aaaaaahhhhhhhhhh aq gak tahan banget tante…. mau muncrat nih,,,,,cabut aja tante….“.ucapku…tapi tante Yuki tak menhiraukan ucapanku…dia terus menggenjot kontol aq….dan oooooooooooohhhhhhhhhhhh…..spermaku keluar…sesaat kemudian
tante pun mengejang dan kakinya makin erat menjepit pinggangku dia mendesah dengan keras…. aaaaaaaaaahhhhh….aaaaakkkkkhhhhhh….aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhh…. cairan memeknya mengalir membasahi pahaku…
kita berdua merebah dikasur dengan posisi kontolku masih menancap di memeknya..kubiarkan tante Yuki tiduran diatas tubuhku..matanya masih terpejam menikmati orgasmenya…memeknya pun masih berdenyut-denyut…..kupeluk erat tubuhnya…
“Gas makasih banget udah puasin tante…capek banget Gas, kita tiduran dulu sejam dua jam“,kata tante Yuki..
balasku,
“tp tante kita udah terlambat masuk kerja?!!“
“gpp Gas tenang aja kmu ga usah takut nanti aq yg bilang sama HRDnya kalo kamu aq kasih tugas jadi kamu ga akan kena SP..“
pagi itu sangat tak terlupakan…dan menjadi awal mula kisah sex ku..
kalau suami tante Yuki sedang tidak ada, aq sering diminta untuk memuaskan hasrat menggebu tante Yuki..

Thursday, April 28, 2016

Agen Judi Terpercaya : Sejuknya Alam Pegunungan

0 comments
 Promosi Terbaru Liga8.com
Likenews - Liburan kali ini mungkin yang terindah selama hidupku. Niko adalah namaku dan aku berasal dari keluarga yang cukup bahagia.
Kejadiannya sekitar beberapa bulan yang lalu ketika Mamaku datang ke Boston tempat aku menuntut ilmu. Tidak kusangka setelah hampir sekitar 9 bulan tidak bertemu, penampilan beliau semakin ok saja. Bagaimana tidak, di usianya yang 40 tahun (aku sendiri 19 tahun) dengan ukuran vital 38C-29-36 ditunjang pula dengan kegiatan fitnes membuat badannya seperti gadis berusia 25 tahun. Nah faktor inilah yang membuat nafsu birahiku berkobar-kobar.
Setelah menginap dua malam di apartemenku, beliau mengajak untuk keluar kota menikmati alam indah pegunungan. Tanpa pikir-pikir lagi kita segera berkemas dan segera berangkat di pagi hari karena perjalanan ke sana memakan waktu sekitar 3 jam dengan mobil. Kalau hitung jarak sih seperti dari Jakarta ke Pangandaran. Sesampainya di sana kita segera mencari area perkemahan yang nyaman di dekat sungai. Setelah mendirikan tenda, aku bergegas mencari kayu bakar untuk memasak air dan untuk menghangatkan badan, maklumlah suhu di sini sekitar 5 derajat Celcius. Mamaku sendiri segera menyiapkan peralatan memasak untuk keperluan makan malam.”Cerita Sex: Sejuknya Alam Pegunungan”
Menjelang makan malam kita bercerita mengenai keadaan masing-masing. Beliau bercerita mengenai ayah kami yang sekarang sudah semakin sibuk dengan pekerjaannya dan juga adik saya (pria) lagi gila dengan hobinya balap mobil. Aku sadar bahwa setelah kepergianku untuk sekolah Mamaku agak kesepian.
Sambil bersantap Mamaku banyak menanyakan hal-hal pribadi yang menyangkut kehidupanku dan aku jawab dengan jujur apa adanya.
Sambil meneguk beberapa gelas wine, beliau bertanya,
“Niko, kamu udah punya pacar belum di sini?”
Kaget juga mendengar pertanyaannya,
“Kalo yang tetap sih yah..belum, tapi temen cewe sih banyak. Mau yang bule juga ada kok.” kataku sambil nyerocos.
Beliau tertawa mendengarnya dan aku dipeluknya erat. Entah kenapa kok tiba-tiba batang kemaluanku segera tegang, mungkin karena buah dada Mamaku yang besar itu mengganjal di dadaku atau juga karena cuaca yang cukup dingin. Beberapa saat kita bersenda gurau melepas rindu dan akhirnya kita memutuskan untuk tidur. Beliau segera terlelap di kantung tidurnya mungkin karena capek di dalam perjalan tadi siang. Sedangkan aku sulit tidur karena masih membayangkan bentuk tubuh Mamaku dan juga batang kemaluanku belum turun. Dengan susah payah, akhirnya aku tertidur juga.
Baca juga cerita sex lainya di www.orisex.com
Pagi harinya aku terbangun karena sinar matahari masuk ke tenda kami. Kutengok ke katung tidur Mamaku, ternyata beliau sudah tidak ada. Setelah sarapan seadanya aku ingin segera mandi di sungai. Jarak dari sungai ke tenda kami sekitar 100 meter. Dari kejauhan aku melihat seorang wanita sedang main air. Ternyata setelah aku dekati tidak lain adalah Mamaku sendiri. Penasaran juga, aku semakin dekat sambil mengintip sedang apa sih beliau.
Tak lama kemudian, beliau membuka kaos putihnya dan juga celana pendeknya. Habis itu beliau melihat sekitarnya memastikan tidak ada orang dan juga membuka BH-nya serta celana dalamnya, kemudian langsung terjun ke sungai. Menyaksikan pemandangan yang indah ini, batang kemaluanku kembali menegang bahkan lebih tegang dari kemarin malam. Tanpa disadari aku mengocok-ngocok batang kemaluanku sendiri sambil berkhayal aku sedang ML denga beliau.
Melihat pantatnya yang bulat menyembul dari permukaan air, semakin keras pula aku kocok batang kemaluanku.
Tidak tahan lagi,
“Creet.. crett.. crettt..” maniku keluar.
Kuputuskan untuk tidak jadi mandi dan kembali ketenda. Setelah itu kulihat beliau juga balik ke tenda dengan raut wajah yang segar kembali. Kita bergegas ganti pakaian karena ingin melihat beberapa acara di pusat perkemahan. Menjelang sore, kita kembali ke area tenda untuk istirahat. Aku segera mengambil handuk untuk pergi mandi, karena seharian ini aku memang belum mandi. Aku pamit dan beliau berkata akan segera menyusulku ke sungai. Tentu saja aku kaget campur gembira. Setibanya di sana, ingin tahu juga rasanya mandi berbugil ria di alam terbuka. Kucopot kaos dan celana pendekku sekaligus celana dalamku. Pertama sih aku kedinginan, tapi setelah itu malah keasyikan sampai aku lupa kalau Mamaku mau menyusul.
“Niko, kayaknya kamu asyik banget tuh,” tiba-tiba suara beliau menyadarkan lamunanku.
Refleks aku menutupi batang kemaluanku yang sudah lama tegang. Aku sadar mukaku mungkin merah kuning hijau saat itu. Apalagi dia tanpa ragu-ragu membuka kaosnya dan rok mininya.
Terus katanya,
“Boleh dong mama ikutan?”
Sambil terheran-heran kujawab,
“Bo.. boleh kok..”
Segera beliau masuk ke dalam air. Setelah membasahi badannya, beliau segera melepas BH-nya diikuti celana dalamnya (mungkin beliau menyadari bahwa tidak adil kalau hanya aku yang berbugil ria). Wah birahiku semakin tidak bisa diajak kompromi nih, begitu juga batang kemaluanku yang sudah mulai kram karena kelamaan tegang.
Kami bercanda siram-siraman, saling mengelitiki dan lainnya. Karena sebel dikitikin (aku paling geli soalnya), kupeluk erat Mamaku dari belakang sampai beliau tidak bisa bergerak. Ternyata tanpa disengaja, batang kemaluanku yang sudah tegang ini bersentuhan dengan pantatnya yang bulat (seperti punya bayi) itu.
Beliau bilang,
“Udah dong Niko, mami sakit nih.. aduh apa nih yang nempel di pantat mami?”
Karena kaget bercampur malu, aku tarik mudur pantatku supaya batang kemaluanku tidak menyentuh pantatnya.
“Niko, Niko mami rasa tadi ada benda yang neken pantat mami. Barang kamu yah?” tanyanya.
Dengan malunya, saya jawab,
“Ngga tau tuh mam, mungkin daun kali.”
Mamaku tertawa mendengarnya dan tiba-tiba tangannya sudah memegang batang kemaluanku.
“Nah, ini nih kayaknya yang mengganjal tadi,” katanya sambil mengelus-ngelus batang kemaluanku.
Aku tidak bisa bicara apa-apa, kecuali mengendurkan peganganku. Dielusnya batang kemaluanku dengan lembut sambil dikocok sekali-kali. Aku semakin tidak tahan dibuatnya. Kuciumi lehernya yang putih mulus dari belakang serta tanganku bergerilya ke payudaranya yang besar dan kenyal itu. Terdengar desahan keluar dari mulut Mamaku.
Rupanya beliau juga sudah tidak kuat menahan nafsunya. Kuputar badannya sehingga kita berhadapan muka dan segera kukulum bibirnya yang sexy itu. Beliau juga membalas ciumanku dengan ganas pula, sehingga lidahku disedot ke dalam rongga mulutnya yang hangat itu. Tidak mau kalah, aku juga melakukan hal yang sama sampai kami kesulitan bernapas karena nafsunya. Air dingin sebatas leher sudah menjadi hangat sepertinya.
Dengan tangan kiri menempel di pantatnya dan satu lagi meremas payudaranya, membuat keadaan semakin berkobar. Kubimbing tangannya menuju batu besar di tepi sungai, lalu kusuruh beliau duduk di atasnya, sementara aku masih berada di dalam air. Kurentangkan kedua belah kakinya yang indah itu dan segera terlihat bukit yang ditumbuhi bulu-bulu halus serta goanya yang mulai terbuka. Dengan insting seorang lelaki, aku jilat lubang kemaluan Mamaku, tempat aku muncul di dunia ini 19 tahun yang lalu. Hal ini membuat beliau semakin menekan-nekan kepalaku serta membelai rambutku.
“Ohh Nikooo.. enak banget.. teruss.. mami udah ngga tahan,” desahnya.
Kujulurkan lidahku semakin dalam dan semakin terasa pula cairan kewanitaannya di lidahku yang terasa sangat nikmat.
“Ohh yess.. oh yeh.. mami keluaarr..” tiba-tiba badannya menegang.
Kujilati kembali badannya dari perutnya menuju lehernya hingga tiba di bibirnya. Sekarang badannya sudah berada di dalam air lagi sambil membelakangiku. Kulebarkan kakinya berlawanan arah dan kuisyaratkan untuk lebih membungkuk. Dengan keadaan begitu, aku bisa memasukkan batang kemaluanku yang dari tadi sudah dengan sedikit leluasa.
Ternyata ML di air itu membuat lubang kemaluan menjadi serat dan agak sulit dimasuki. Susah payah juga, sedikit demi sedikit akhirnya amblas juga semuanya (20 cm dengan diameter 4 cm punyaku).
“Oh mmam, you are the best..,” bisikku.
“And you had the biggest dick inside me.” sahutnya sambil mengulum bibirku.
Mulailah kugenjot, pertama perlahan-lahan, lama kelamaan semakin cepat sambil memutar-mutar batang kemaluanku di dalam lubang kemaluannya seperti orang mengebor. Kadang aku sengaja agak keras sehingga perutku mendorong-dorong pantatnya. Hampir sekitar 20 menit, kami menikmati adegan ini dan sudah yang kedua kalinya Mamaku mengalami orgasme.
Sambil merem melek, aku mendesah,
“Mam aku udak mau keluar iih.. akh.. ahh.. croott.. croott.. crot..”
Tidak tahan lagi aku tembakkan saja spermaku di dalam hampir sebanyak 6 kali tembakan. Dan kelihatan Mamaku sangat menikmati pertemputan ini. Kami kembali berciuman seperti layaknya sepasang kekasih.
Sesudah itu, Beliau naik duluan ke atas dan kembali ke tenda sambil membawa bajunya tanpa mengenakannya terlebih dahulu. Sementara aku masih memikirkan apa yang baru saja aku lakukan.
Menjelang malam, kulihat Mamaku sedang mempersiapkan makan malam untuk kami berdua. Sambil makan malam, kami kembali membahas apa yang terjadi tadi siang, dan tentu saja beliau berpesan agar semua yang terjadi di sini hanya kami berdua yang mengetahuinya. Aku sih setuju banget. Setelah kenyang dan mencuci peralatan masak, kami kembali mengobrol sambil menikmati wine yang kami bawa. Mengingat besok sudah harus kembali ke kota, kami berdua sepakat untuk membuat kenangan yang tidak terlupakan.
Kembali kami berciuman mesra di samping api unggun sambil kami saling membukakan pakaian kami masing-masing. Udara dingin yang tadinya menyengat berubah menjadi kehangatan yang tiada tara. Tanpa disadari kami sudah telanjang bulat dan posisiku terlentang di tikar. Sambil berciuman tangan beliau mengocok batang kemaluanku yang sudah mulai menegang, dilanjutkan dengan mejilati dadaku dan pentilku, turun menuju perut terus sampai ke jempol kaki.
Dihisapnya jempol kakiku yang membuat aku melayang.
“Niko, ini namanya mandi kucing.” terangnya.
“Aduh mam, enak banget, geli tapi enak.” sahutku gemetaran.
Kembali beliau menjilati betisku, dengkulku dan terakhir buah batang kemaluanku dilahapnya. Dijilatinya satu persatu hingga mengkilap terkena sinar api unggun. Gilanya lidah beliau sekali-kali menyapu lubang pantatku yang membuat aku semakin melayang. Tiba akhirnya, lidahnya menjilati kepala batang kemaluanku sebelum dimasukkan ke mulutnya yang hangat.
Dengan sedikit menjulurkan kepalaku, bisa kulihat kepala Mamaku naik turun sambil tangannya membelai-belai dadaku. Semakin cepat gairah, kepalanya naik turun sehingga membuatku mau orgasme.
Kubilang,
“Mam kayaknya mauu kkeelluuaarr nih.”
“Yah udah, keluarin aja yah di mulut.” katanya.
Tanpa ragu-ragu kusemprotkan semua spermaku di rongga mulutnya. Lalu terdengar bunyi, “Glek” seperti orang menelan air. Ternyata semua spermaku habis ditelannya tanpa setetes pun tersisa sambil terus menyedot-nyedot batang kemaluanku dengan rakusnya serasa buah batang kemaluanku ikut tersedot. Sesudah puas, beliau bangkit dan mengambil 2 gelas wine untuk kami berdua, kemudian kami toast.
“Niko, mami sayang banget sama kamu.” katanya.
T
idak mau kalah kataku,
“Niko juga sayang sama mami, sayang buanget,” kemudian disambutnya dengan ciuman mesra.
Akhirnya, kami tertidur kecapean tanpa sehelai benangpun di dalam kantong tidur yang sama.
Paginya, kami segera berbenah untuk segera kembali ke kota, karena sore harinya Mamaku sudah harus kembali ke LA untuk menemui teman lamanya sebelum beliau kembali ke Jakarta. Setibanya di kota aku kembali sibuk mengurus tiketnya dan dia juga sibuk membeli beberapa cindera mata. Sekitar jam 19:30, tibalah waktunya untuk mengantar Mamaku ke airport. Terbersit kesedihan di matanya karena kami harus berpisah beberapa saat. Aku juga tidak tahan sebetulnya dengan perpisahan. Setelah boarding, kami mengobrol dulu sejenak, tapi tiba-tiba Mamaku menarik tanganku menuju ke suatu tempat.
Tempatnya agak pojok seingatku, itu adalah toilet khusus wanita. Setelah menunggu isyarat darinya, baru aku berani masuk dan ternyata kosong. Kami memilih salah satu bilik dan menguncinya dari dalam. Mungkin karena berada di negara yang bebas, aku sedikit tidak terlalu takut. Mamaku mengulumku dengan ganasnya sambil membuka retsleting celana jeansku. Maka dengan mudah batang kemaluanku keluar karena sudah tegang dari tadi. Diciumnya dengan mesra sekali kepala batang kemaluanku berkali-kali yang kemudian dibenamkan dalam-dalam mulutnya.
Di sela-sela kulumannya sempatnya beliau berpesan,
“Nikoo, kalau mami ngga ada, jangan ML sembarangan yah! Pilih-pilih dulu and jangan lupa pake komdom. Buat ngga kena penyakit.”
Aku sih hanya bisa menganggukkan kepala saja, sebab lagi asyik. Semakin menggalak saja beliau menghisapnya, sambil tangannya memainkan buah batang kemaluanku.
“Mam.. aku udah mau keluar nihh.. ahh.. uuhh.. crot.. croot..” kataku sambil menutup mulutku takut terdengar orang lain.
Kali ini mungkin terlalu banyak, sehingga sebagian dari spermaku mengalir keluar melalui bibirnya yang seksi. Diusapnya pakai tangannya kemudian dijilati kembali dengan lidah mungilnya.
Tiba-tiba, kenikmatan kami terganggu karena berita panggilan kepada para penumpang untuk segera naik ke pesawat. Dengan tergesa-gesa aku menaikkan celanaku dan kami merapihkan baju masing-masing.
Sementara itu Mamaku malah membuka celana dalam G-stringnya dan memberikannya kepadaku sambil berpesan,
“Niko, kamu simpan ini, dan bawa balik ke Jakarta kalo kamu pulang nanti..”
Kaget bukan kepalng, aku terima dan aku masukkan ke dalam kantong celana jeansku.
“Ok Mam, aku janji deh.” sahutku sambil mencium keningnya.
Kami berlari menuju pintu masuk. Sempat-sempatnya aku memperhatikan pantat Mamaku terguncang-guncang karena tanpa celana dalam dan dibungkus rok mini ketat. Di depan pintu aku mencium tangannya seperti hubungan normal ibu dan anak. Mamaku bergegas masuk sambil melambaikan tangannya, yang sementara itu aku masih berpikir, sepertinya ada yang janggal di bibir Mamaku tadi. Pikir punya pikir ternyata itu bekas spermaku yang membentuk garis putih di atas bibir, seperti orang habis minum susu atau milkshake. Tapi sudah terlanjur masuk, jadi aku tidak sempat untuk memperingati beliau supaya menghapusnya dengan tissue.
“Have a nice flight, Mom.. see you soon.” kembali aku bergumam.