Tuesday, May 3, 2016

Agen Judi Terpercaya : Nafsu Terpendam Biarawati

 Promosi Terbaru Liga8.com
Likenews - Sr. Floren yang berusia 39 tahun adalah seorang suster dengan badan sintal dan sensual. Karena tubuhnya cukup pendek (155 cm) maka ia kelihatan sedikit gemuk. Sikapnya yang agak genit ditambah lagi dengan ukuran pinggulnya yang aduhai dapat membuat para pria yang menghadapinya salah tingkah. Apalagi payudaranya yang berukuran 36B, tampak indah membusung di balik baju putihnya, membuat jantung para pria berdebar keras saat menatapnya. Jadi meskipun kulitnya berwarna coklat gelap, hal itu tidak mengurangi sensualitasnya.
Sr. Floren pernah menonton film xxx dan membaca beberapa buku buku dewasa. Pada masa awalnya sebagai suster, Sr. Floren pernah satu kali melakukan hubungan seksual dengan murid di sekolah tempatnya mengajar. Hilangnya keperawanan itu begitu membekas sehingga dia kerap merindukan saat-saat menggairahkan itu. Sayang sekali muridnya itu telah pindah jauh ke luar kota.
Sebagai seorang suster yang tidak boleh menikah dan tidak diperbolehkan melakukan hubungan seksual, perbuatan Sr. Floren itu tentu saja merupakan pelanggaran yang sangat berat. Tapi selain Sr. Floren dan muridnya itu, tak seorangpun tahu mengenai aib itu. Untunglah Sr. Floren tidak sampai hamil karenanya.
“Ah…. toh cuma sekali saja, yang penting sekarang aku tidak pernah melakukannya lagi”, begitu pikir Sr. Floren tatkala ingatan tentang hubungan sex pertamanya itu terbayang kembali.
Sikap Sr.Floren yang seolah menantang dan menggoda para pria yang bertemu dengannya itu sebenarnya dimaksudkan untuk mengakrabkan diri, agar tidak dianggap sebagai suster yang angkuh dan sombong. Di saat-saat yang memerlukan pertimbangan dan pengambilan keputusan yang sulit, Sr. Floren tetap menjaga sikap tegasnya sebagai seorang suster.
Namun sikap Sr. Floren itu ditangkap lain oleh 4 orang pemuda yaitu Arnold, Wiro, Roy dan Tono. Keempat pemuda itu sepakat untuk menculik dan memperkosa Sr. Floren. Tempat untuk itu sudah dipersiapkan, sebuah vila di tengah-tengah kebun teh yang terpencil. Jarak dari villa tersebut ke desa terdekat kira-kira 6 kilometer. Sebuah tempat ideal untuk bermain seks, apalagi hawa daerah itu yang cukup dingin dianggap cocok untuk berhangat-hangat dengan tubuh Sr. Floren yang sintal itu.
Di pagi hari yang masih dingin, Sr. Floren berjalan dari gedung biara ke gedung sekolah tempatnya mengajar, yang letaknya tidak terlalu jauh. Karena hari masih sangat pagi, jalanan sepi. Hal ini dimanfaatkan oleh keempat pemuda itu yang sudah mengamati kebiasaan Sr. Floren selama beberapa waktu.
Tiba-tiba sebuah mobil dengan pintu tengah model geser berhenti mendadak, memepet Sr. Floren. Sr. Floren yang terkejut tak sempat bereaksi apa-apa saat Arnold dan Wiro melompat turun dan menyeretnya masuk mobil. Dalam mobil, Roy telah menyiapkan chloroform yang dibekapkan ke mulut Sr. Floren. Tanpa sempat menjerit, Sr.Floren langsung pingsan terbius chloroform. Tono yang mengemudikan mobil itu langsung tancap gas ke villa yang telah mereka persiapkan.
Sesampai di villa mereka mendudukkan Sr. Floren di kursi rendah dan mengikat tangannya di belakang sandaran kursi itu. Payudara di dada Sr. Floren yang naik turun seiring napasnya itu makin membuat mereka bernafsu. Mereka telah sepakat membagi-bagi ‘jatah’. Jatah pertama untuk urusan ‘karaoke’ atau oral seks adalah Roy. Wiro kebagian penetrasi vagina pertama, sedangkan Arnold yang merupakan pemimpin di antara mereka bertugas melucuti pakaian Sr. Floren. Ia juga mendapat kehormatan sebagai yang pertama menikmati dan menjilati payudara serta vagina Sr. Floren. Tono sendiri kebagian jatah menggarap mulut dan leher Sr. Floren.
Pukul 07:22 Sr. Floren tersadar dari pingsannya. Perlahan-lahan ingatannya pulih dari pengaruh chloroform, begitu pula tenaganya berangsur-angsur kembali seperti sediakala. Menyadari dirinya diikat, Sr. Floren meronta, tapi ikatan itu terlalu kuat. Sia-sialah ia meronta. Sr. Floren melihat ke sekeliling ruangan tempat ia diikat. Ia ditempatkan di ruangan berukuran besar. Pintu ruangan itu tertutup dan terletak agak jauh di sisi kirinya. Di tengah ruangan, terhampar kasur tebal yang juga berukuran besar.
Baca juga cerita sex lainya terbaru di www.orisex.com
Ia diikat di sebuah kursi rendah. Kira-kira 4 meter di depannya ada sebuah kursi lain yang jauh lebih tinggi daripada kursi tempatnya diikat. Ia heran karena belum pernah melihat kursi setinggi itu dan juga tidak tahu apa gunanya. Pukul 07:24 Sr.Floren tersentak terkejut karena tiba-tiba pintu ruangan itu membuka dan masuklah 4 orang pemuda berbadan kekar. Keempat pemuda itu dikenalnya, karena beberapa kali pernah bertemu. Yang lebih membuat Sr.Floren terkejut lagi adalah karena keempat pemuda itu dalam keadaan telanjang bulat. Penis mereka mengacung tanda birahi. Semuanya berukuran besar. Paling panjang adalah milik Arnold, panjangnya kira- kira 25 cm dan berdiameter 8 cm. Namun penis Wiro, Roy dan Tono pun panjang. Rata-rata panjangnya mencapai 20-an cm dan diameternya 5 cm.
Keempat pemuda itu menyeringai nakal.
“Halo, Suster….menggairahkan sekali bukan, suasana pagi ini ?” begitu sapa Arnold sambil terus menyeringai.
“MAU APA KALIAN ? LEPASKAN SAYA !!” Sr.Floren masih mencoba meronta.
“Hmmm….. jangan pura-pura alim deh, Suster tentu tahu apa yang kami mau. Suster akan kami ajari beberapa permainan menyenangkan yang takkan pernah Suster lupakan” giliran Wiro bersuara.
Keempat pemuda itu terbahak-bahak mendengar perkataan Wiro. Jantung Sr.Floren berdebar keras. Ia sadar dirinya akan jadi ’santapan’ keempat pemuda telanjang itu. Ia sadar, dirinya takkan mampu melawan mereka.
“Jangankan melawan keempatnya, melawan seorang saja aku belum tentu mampu”, demikian pikirnya kalut.
“Arnold, LEPASKAN SAYA !! KALAU TIDAK SAYA AKAN BERTERIAK-TERIAK SAMPAI TETANGGA MENDENGARNYA !!”
“Ha…ha…ha… silakan berteriak, kita berada di tengah kebun teh yang sepi. Jarak terdekat ke rumah orang kira-kira 6 kilometer !” Arnold berkata sambil tertawa.
Pukul 07:26 Sr.Floren makin panik mendengar hal itu. Ketakutannya kian terbukti. Dirinya akan diperkosa beramai-ramai oleh keempat pemuda itu. Ia terus meronta-ronta hendak melepaskan diri. “Lebih baik melawan daripada menyerah sama sekali. Jika aku diperkosa, setidak- tidaknya aku sudah melawan”, begitu pikir Sr.Floren.
“Ha…ha…ha… rontaanmu sungguh menggairahkan, Suster ! Ayo, teman-teman, kita mulai !!” seru Arnold.
Mereka menarik kursi tinggi yang tadi dilihat Sr.Floren, sehingga tepat berada di hadapan Sr.Floren. Kursi itu memang dibuat untuk tujuan khusus, yaitu sebagai sarana ‘karaoke paksa’ bagi korban-korban keempat pemuda itu. Roy duduk di atas kursi tinggi itu dan memegang rambut dan kepala Sr.Floren yang masih terbungkus slayer (kerudung penutup kepala bagi suster-suster) hingga tidak dapat bergerak.
“Ayo kulum punya saya, Suster ! Cicipi sarapanmu pagi ini: kontol split, variasi seksual dari banana spilit, ha…ha…ha…” sambil berkata begitu Roy menarik kepala Sr.Floren.
Ia memajukan penisnya mendekati muka Sr.Floren sambil menjepit hidung Sr.Floren untuk membuat Sr.Floren membuka mulutnya. Ketika Sr.Floren kehabisan nafas dan membuka mulutnya untuk menghirup udara, Roy mendorong penisnya ke dalam mulut Sr.Floren. Laki-laki itu berhenti begitu bibir Sr.Floren telah melingkar di penisnya dan mulai mendorong dan menarik kepala Sr.Floren. Kepala Sr.Floren bergerak maju dan mundur terus menerus. Saat kepala penis itu masuk ke tenggorokannya Sr.Floren tersedak, tapi Roy tetap mendorong hingga kepala penis itu masuk lebih dalam di tenggorokan Sr.Floren. Sr.Floren dipegangi agar tak bergerak dengan penis yang terbenam hingga tenggorokannya, sementara mereka berbicara satu sama lain.
“Enak, lho ! Hangat-hangat empuk ! Tapi gua pikir dia musti banyak berlatih soal beginian.” kata Roy.
“Mungkin dia belon pernah pake mulutnya buat karaoke. Gimana, Suster?” tanya Wiro penuh nafsu.
“Bisa nggak makan kontol split, Sr.Floren sayang?” tanya Arnold.
“Terang aja dia bisa ! Mulutnya nggak dipake buat makan nasi doang tau?! Liat aja, punya gua dijepit sama bibirnya, kan?” kata Roy.
Tangan Roy kemudian menjambak rambut Sr.Floren dan mulai menggerakannya lagi dengan kasar membuat penisnya kembali bergerak keluar masuk di mulut Sr.Floren. Semua orang dapat mendengar erangan Sr.Floren yang terdengar setiap kali penis itu masuk jauh ke tenggorokannya. Ketika Roy akan mengalami ejakulasi ia menarik kepala Sr.Floren hingga terbenam dalam-dalam di rimbunan rambut kemaluannya. Sperma langsung menyembur keluar memenuhi mulut Sr.Floren. Dan dari sudut mulut Sr.Floren sperma menetes keluar, mengalir turun, menggantung di dagu Sr.Floren.
“Aaaaaaggghhhhh……. enak, Suster ! Terus telan semua sperma saya, kalo nggak, saya bakal terus menekan kepala Suster kaya gini!” Kemudian Roy mulai bergerak lagi.
Sperma terus mengalir keluar, jatuh dari leher Sr.Floren ke atas pakaian putih yang dikenakan Sr.Floren. Ketika akhirnya ia menarik penisnya dari mulut Sr.Floren, Sr.Floren megap-megap menarik nafas dan tersedak saat berusaha menelan sisa sperma yang masih ada di mulutnya. Sr.Floren sendiri lunglai tak berdaya setelah baru saja ia mengalami shock, merasakan sperma yang disemburkan masuk ke dalam mulutnya. Pelan tapi pasti Arnold membuka kancing-kancing baju Sr.Floren. Begitu kancing-kancing yang terletak di bagian dada itu terbuka, tampaklah dua payudara montok membulat yang terbungkus BH putih berenda. Puting susu Sr.Floren tampak menonjol dari balik BH yang tipis itu. Arnold mengecup dan mencaplok (menyupang) payudara Sr.Floren dengan bibirnya, satu demi satu. Kiri, lalu kanan.
Ia sengaja tidak mengulum putingnya, menyisakan kenikmatan itu untuk tahap selanjutnya. Meskipun payudara Sr.Floren masih terbungkus BH, namun Arnold dapat merasakan ketegangan yang timbul akibat rangsangannya. “Aah, Suster, kau punya payudara yang menggairahkan” kata Arnold kagum.
“LEPASKAN, BANGSAT!! LEPASKAAAAAAANN!!”
“Tenang, Suster…… kami akan buat Suster menikmati dan ketagihan seks!” kata Tono.
Tanpa diduga Sr.Floren, Arnold menghentikan ’serbuannya’. kini giliran Wiro duduk di kursi tinggi itu. S ama seperti Roy, ia menyodorkan penisnya untuk dikaraoke oleh Sr.Floren. Bedanya, Tono menahan ejakulasinya. Ia bertekad menghemat spermanya untuk session berikutnya. Begitu hendak ejakulasi, posisinya digantikan oleh Arnold, lalu kemudian oleh Wiro. Mereka berdua pun sama seperti Tono, menahan ejakulasi untuk tahap perkosaan selanjutnya. Menyimpan sperma untuk kenikmatan berikutnya.
Pukul 08:45 Kursi tinggi itu disingkirkan dari hadapan Sr.Floren.
“Nah, Suster manis, sekarang gantian, ya. Kami pun ingin sarapan. Gimana kalo Suster sediakan omelettte vagina ? Ha…ha…ha…” Arnold tertawa sambil berjongkok di depan Sr.Floren, lalu melucuti rok bawah dan celana dalam Sr.Floren.
Usaha itu harus dibantu oleh Wiro dan Tono yang masing-masing memegangi kaki Sr.Floren, karena Sr.Floren tak hentinya meronta dan menggeliat. Sebenarnya Sr.Floren sudah mulai terangsang ketika Arnold menggarap payudaranya.
“Celaka!! Arnold membuatku terangsang, padahal payudaraku masih terbungkus BH. Apa jadinya kalau aku sudah telanjang ?? Aku harus terus melawan. Aku takkan pasrah begitu saja!!” Sr.Floren berpikir dengan panik bercampur cemas.
Setelah rok bawah dan celana dalam Sr.Floren terlucuti, tampaklah vagina Sr.Floren yang berwarna kemerahan dan ditumbuhi sedikit bulu-bulu halus. Tanpa ragu Arnold menggarap vagina itu. Pertama-tama ia menciumi vagina itu, lalu sedikit demi sedikit mulutnya menyeruak masuk ke bagian dalam. Lidahnya mencari-cari clitoris Sr.Floren. Begitu ditemukan, clitoris itu dijilat dan dikulumnya dengan penuh nafsu.
“Hhmm…..mmnnyemm…ccp…slu uurppp” Arnold dengan bernafsu menyantap clitoris Sr.Floren. Ia sama sekali tidak mengacuhkan Sr.Floren yang merintih dan memohon agar semuanya ini dihentikan.
“AAAAAGGHHH…….STOP…..SSS STTOOOPPPP……ARRRNNNOOLLLD, TTO.. TTOOLONGG SS… SSSTOOPPP…………. ADUUUUUHHH………… HHE… HENTIKAAAAN, OOOHHHH…. HHE.. HHENTTIKAAAAAN!!!!”
“Alaaa, Suster…… bilang aja enak, gitu…. Emangnya kalo udah enak kaya gini, Suster mau berhenti ?” tanya Tono gemas.
“AAAAGGHHH…… ENAK ATAU TIDAK, SAYA TIDAK MAU INI DITERUSKAN!! TOLONG JANGAN RANGSANG SAYA TERUS!!” Sedetik kemudian Sr.Floren sadar bahwa ia kelepasan omong !!
“Ah, jadi Suster sudah terangsang, ya ? Hei, ayo kita rangsang terus sampe dia nyerah!!” Wiro berkata dengan penuh semangat.
Sementara itu dari arah samping, Roy menggarap payudara Sr.Floren yang masih terbungkus BH. Sr.Floren menjerit putus asa ketika Arnold meningkatkan volume serangannya. Kini ia juga menggigit-gigit clitoris Sr.Floren, sehingga tak ayal lagi Sr.Floren makin mengggelinjang-gelinjang. Jeritan Sr.Floren teredam oleh Tono yang mengulum bibirnya dengan penuh nafsu. Aksi Tono tidak di situ saja, melainkan juga menggarap leher Sr.Floren. ia menyupangnya, menjadikan leher Sr.Floren penuh bekas kemerahan. Tono kembali mengulum mulut Sr.Floren dalam mulutnya. Lidahnya menjelajahi mulut Sr.Floren dengan penuh nafsu.
Sementara itu Sr.Floren tak hentinya meronta. Rontaannya seolah terbagi dua, hendak menghentikan perkosaan ini tapi juga menikmati gairah birahinya yang kian memuncak. Vagina Sr.Floren sudah basah oleh cairan yang keluar dari kelenjar seksualnya. Ia kini tak dapat memungkiri lagi. Ia tahu, keempat pemerkosanya pun tahu, bahwa kini Sr.Floren sudah terangsang. Pukul 09:01 Arnold mengentikan ’sarapan’-nya dan posisinya digantikan oleh Roy. Posisi Roy yang menggarap payudara Sr.Floren digantikan oleh Wiro yang juga sudah tak sabar lagi mencicipi tubuh Sr.Floren. Arnold tersenyum melihat teman-temannya begitu bersemangat menggarap Sr.Floren. Bergantian mereka menyantap vagina Sr.Floren sampai mereka puas.
Pukul 09:49 Sr.Floren lunglai……. ia kelelahan merasakan kenikmatan gairah yang timbul akibat rangsangan pada payudara dan vaginanya.
“Aduh….. payudaraku masih terbungkus BH dan mereka belum melakukan penetrasi, tapi aku sudah begini terangsang. Apa jadinya nanti? Bagaimana jika aku ‘kalah’ ? Haruskah aku menyerah pada mereka? Tidak…tidaaaaakkk!!” Sr.Floren berpikir makin kalut.
Ia cemas atas nasibnya di tangan keempat pemuda ini. Ia malu jika harus mengakui ‘kekalahannya’ ini. Pukul 09:50 Belum sempat Sr.Floren pulih dari kelelahannya, Arnold dan Wiro melepaskan Sr.Floren dari ikatannya. Mereka menyeret Sr.Floren dan menghempaskannya ke kasur besar di lantai tengah ruangan itu. Kesempatan ini dipakai oleh Sr.Floren untuk berusaha kabur, tapi usahanya itu kandas ketika Roy dan Tono memegangi tangan dan kakinya. Kedua tangan Sr.Floren direntangkan sambil terus dipegangi oleh Roy. Tono dan Arnold masing-masing memegangi kakinya yang juga direntangkan lebar-lebar. Wiro mulai merendahkan dan hendak menelungkupkan tubuhnya, siap mempenetrasi lubang vagina Sr.Floren dengan penisnya yang besar dan panjang.
Sr.Floren panik, ia makin meronta-ronta dan menggeliat-geliat.
“LEPASKAN!! OH!! LEPASKAN!! KALIAN MEMANG BANGSAT!! AAAGHHH…….. HENTIKAN……. LEPASKAN, BANGSAAAAATT!!” Sr.Floren menjerit-jerit.
“Wah, kok seorang suster ngomongnya kasar gitu ? Kalem aja, Suster sayang……. kami pasti bisa bikin Suster merasa nikmat. Ayo mulai, Wiro!” kata Arnold sambil tersenyum.
Wiro tidak segera mempenetrasi Sr.Floren. Ia menunggu hingga Arnold selesai merenggut BH putih tipis yang berenda itu. Pelindung terakhir payudara Sr.Floren pun terbuka, mempertontonkan dua bukit kembar yang amat menggiurkan birahi. Mereka semua mendesis menyaksikan kemolekan payudara Sr.Floren. Dengan ganas Wiro mulai mempenetrasi Sr.Floren. Ia menggenjotnya dengan kuat dan mantap. Karena baru sekali berhubungan seks, vagina itu masih sempit sekali. Penis Wiro serasa dijepit oleh sesuatu yang hangat dan kenyal.
Namun walau begitu, Wiro bisa merasakan bahwa Sr.Floren tidak lagi memiliki selaput dara, tanda keperawanan.
“Astaga!!!! Suster kita ini rupanya udah pernah ngentot!! Selaput daranya udah hilang!!” Wiro berseru kaget.
“Haa? Biarawati kan nggak boleh ngentot, gimana bisa hilang, hah??” Arnold juga tak kalah kaget.
“Naaaahhh….. ketahuan deh….. rupanya diam-diam dia binal juga. Ngentot sama siapa, Suster?” Roy bertanya. “AAAAGHHH, LEPASKKAAAANNN……. SAYA CUMA SEKALI… OHHHHH….TIDAK…TIDDAAAKKKK” Lagi-lagi Sr.Floren kelepasan omong !!
“Astaga, kenapa aku ini, aku kelepasan omong lagi! Kenapa aku nggak bilang saja aku dulu pernah diperkosa?” Sr.Floren berpikir dengan rasa putus asa dan sesal yang mendalam.
“Lhooo…. dia ngaku rupanya… hayooo sama siapa, Suster?” tanya Arnold.
“AGGGHHHH…….GGGHHHH… .. JJA…JAA…JJAANGANHH…. HHHAARRAP SSA….SSAYA MAU BBBI… BBI…BILANGG…GHHHH” Sr.Floren terus merintih dan mendesah.
“Ah, nanti juga Suster pasti mau bilang. Saya punya ‘resep khusus’ supaya Suster mau bilang, siapa yang ngejebol selaput dara Suster yang pertama itu” kata Arnold.
Tanpa belas kasihan Wiro menggenjot Sr.Floren. Payudara Sr.Floren yang sudah tak berpelindung BH itupun digarap oleh Wiro, bersamaan dengan Arnold yang memegangi tangan Sr.Floren. Mereka menjilat, menyupang dan menggigiti payudara Sr.Floren. Kali ini puting payudara Sr.Floren yang berwarna coklat kemerahan itu ikut menjadi sasaran serbuan. Sr.Floren terus meronta dan menggelinjang. Vagina Sr.Floren benar-benar sempit. Vagina itu menjepit dengan ketat serta berdenyut-denyut terus-menerus. Penis Wiro yang berada di dalam vaginanya terasa bagaikan diremas-remas dengan keras.
“Layani ketiga teman saya dulu, Suster. Setelah itu saya ada kejutan buat Suster!” kata Arnold sambil nyengir.
Pukul 10:27 Akhirnya Wiro pun tidak tahan lagi, saat tubuh Sr.Floren mengejang karena sampai pada puncak kenikmatan (orgasme), Wiro mempercepat gerakan naik turun sampai spermanya menyembur-nyembur ke dalam vagina Sr.Floren. Wiro tidak langsung menarik penisnya keluar dari vagina Sr.Floren. Ia ingin merasakan kehangatan vagina Sr.Floren setelah lelah menggenjotnya. Pukul 10:31 Wiro menarik penisnya keluar. Kelegaan Sr.Floren tak berlangsung lama karena Tono menggantikan peran Wiro. Kini giliran Tono mempenetrasi vagina Sr.Floren. Tono pun mulai berpacu menuju puncak birahi. Genjotannya agak berbeda dengan gaya genjotan Wiro. Kalau Wiro menggenjot dengan ganas dan cepat, Tono menggenjot lebih pelan tapi sambil menghunjamkan penisnya dalam-dalam ke vagina Sr.Floren. Penetrasi Tono lebih dalam daripada Wiro.
Hal ini membuat Sr.Floren makin kelimpungan. Ia menggelinjang setiap kali penis Tono menghunjam dalam-dalam. Tentu saja urusan penggarapan payudara pun tidak dilupakan Tono. Mana ada pria normal yang mau melewatkan kesempatan mencicipi payudara indah milik Sr.Floren!! Tapi rupanya Sr.Floren ini bukan wanita dengan seksualitas biasa- biasa saja. Ketahanan seksualnya sungguh luar biasa. Wanita normal biasanya akan orgasme setelah penetrasi dan rangsangan selama kira- kira 5 sampai 10 menit, tapi rupanya Sr.Floren ini mampu berlama- lama mencapai orgasme. Ia gampang atau cepat terangsang, tapi lama mencapai orgasme. Sungguh suatu tantangan tersendiri bagi kaum pria!! Pukul 11:04 Seperti Wiro, Tono pun harus menunggu sampai setengah jam sebelum ada tanda-tanda bahwa Sr.Floren akan mencapai orgasme.
Ketika ia merasa bahwa otot vagina Sr.Floren makin kencang menjepit penisnya dan payudara Sr.Floren pun mulai mengeras, Tono pun makin memperdalam hunjaman penisnya dan menyemprotkan spermanya ke dalam vagina Sr.Floren. Ia menggeletak lemas di atas tubuh Sr.Floren yang juga lunglai kelelahan.
Pukul 11:08 Setelah Tono, kini giliran Roy. Karena spermanya sudah terkuras akibat karaoke paksa pada awal perkosaan ini, Roy membutuhkan waktu agak lama mencapai ejakulasi dibanding kedua pendahulunya. Tipe genjotan Roy merupakan gabungan gaya genjotan Wiro dan Tono. Brutal dan dalam. Hal ini membuat Sr.Floren tak mampu menghentikan rontaannya. Ia sebenarnya sudah lelah meronta, tapi gaya genjotan Roy sungguh membuatnya tak bisa pasrah begitu saja.
Pukul 11:44 Sperma yang disemburkan Roy tidak sebanyak Wiro ataupun Tono, tapi makin membuat vagina Sr.Floren makin banjir karena leleran sperma dan juga cairan vagina Sr.Floren sendiri. Setelah mencabut penisnya dari vagina Sr.Floren, Roy menggeletak lemas.
Pukul 11:47
“Nah, gimana, Suster ? Ngaku deh…. siapa sih cowok beruntung yang merebut mahkota kewanitaan Suster?” tanya Arnold.
“HHJJJHHAA….JJJA…JJANGAN.. .. HHA…HHHA…HHHHARRAPP SSA… SSAYA MMAU NGG…NNGG…NNGGAAKKU” kata Sr.Floren tersengal kelelahan.
“Coba saya lihat, sampai seberapa jauh Suster tahan terhadap saya! Akan saya buat Suster memohon-mohon minta diberi orgasme!” kata Arnold. “JJJA…JJANGAN HARAP SAYA MENYERAH, BANGSAT!!!!”
Pukul 11:48 Tanpa ba bi bu lagi Arnold menghunjamkan penisnya ke dalam vagina Sr.Floren. Ketiga teman Arnold kini sudah tergeletak. Satu demi satu tertidur kelelahan. Mereka tak menyangka suster ini mampu membuat mereka lemas karena nikmat. Tanpa ada yang memeganginya lagi, Sr.Floren mencoba sekali lagi untuk berontak. Tapi Arnold yang sudah dikuasai nafsu birahi itu mampu menahannya. Arnold memegang kedua tangan Sr.Floren dan merentangkannya lebar-lebar. Yang lebih tak disangka lagi oleh Sr.Floren adalah gaya genjotan Arnold yang luar biasa. Arnold mampu memadukan berbagai gaya dan rangsangan. Payudara ? Ah, payudara Sr.Floren kini dipenuhi bekas cupangan berwarna merah.
Putingnya makin memerah karena hisapan, gigitan dan kenyotan bibir Arnold. Mulut Arnold beraksi silih berganti antara payudara, belahan payudara, leher dan bibir Sr.Floren. Saat berciuman, mulut Sr.Floren dikuasai dan dijelajahi sepenuhnya oleh Arnold. Genjotannya bervariasi antara lembut dan dalam, dangkal dan cepat, brutal dan mengoyak, dan sebagainya. Bagi Arnold, seolah Sr.Floren merupakan inspirasi seksualitas tanpa batas.
“Nnnaaahhh…. Susterku sayang….. siapa cowok beruntung itu…hhmmm…? Ayo jawab, Suster sayang!” kata Arnold di sela-sela genjotannya.
“JJHHJA…… JJJHA…JJJANGAN HHHA… HHA..RRAP SSS… SS.. SSAYA MAU KKATT …TTA….TTTAKAN….” Di saat Sr.Floren hendak mencapai klimaks, Arnold menghentikan genjotannya, membuat Sr.Floren penasaran.
“Ayo, Suster…… siapa ?” tanya Arnold menggoda. Sr. Floren tidak menjawab, ia hanya meronta-ronta dengan liar.
Maka Arnold pun mulai lagi merangsang mulai dari bibir, leher, lalu turun ke belahan payudaranya. Puting payudara Sr.Floren yang seolah menunggu untuk digarap, dibiarkannya dahulu. Hal ini membuat Sr.Floren makin penasaran. Sr.Floren meronta-ronta, menggeliat-geliat dan menggelinjang-gelinjang dengan liar. Arnold yang sudah berpengalaman menghadapi wanita binal, mengetahui dengan pasti bahwa semua rontaan Sr.Floren itu adalah hasrat terpendamnya untuk dipuaskan secara total.
“SShhh…..shhh…. Suster…. saya akan puaskan Suster kalo Suster mau bilang ke saya dua hal. Pertama, siapa cowok yang mengambil keperawanan Suster, lalu kedua: Suster harus memohon pada saya untuk dipuaskan. Pikirkanlah, Suster….. bayangkan kenikmatan yang bisa saya berikan….. Pokoknya, Suster akan saya puaskan setelah Suster menjawab pertanyaan saya dan melakukan permintaan saya. Oh ya,.. satu lagi. Sebelum saya puaskan, saya ingin Suster melayani saya dengan binal dan penuh gairah. Lepaskan semua hasrat terpendam Suster selama ini……!” Arnold terus merayu Sr.Floren.
“JJA…JJAJJANGAN…….SSSSTT TOOPPP….. OOOOGHHHH…. SSTTOOPP………” “Yakin nih, mau berhenti….?” tanya Arnold makin menggoda.
Arnold memang menghentikan serangannya, tapi lalu dimulai lagi dengan lembut lalu makin lama makin ganas, panas dan bergairah. Dan ketika Sr.Floren untuk kesekian kalinya hampir mencapai orgasme, Arnold berhenti.
“Ssstt….ayo Suster……buat apa Suster mempertahankan gengsi? Kalau dengan saya, nggak usah malu. Terus terang saya pun kagum dengan Suster. Jarang wanita punya daya seks sekuat Suster. Seandainya Suster bukan biarawati, pasti Suster sudah saya lamar untuk dijadikan istri!” Arnold terus merayu Sr.Floren dengan perkataan dan rangsangannya.
Pukul 13:40 Hampir dua jam Arnold menggauli Sr.Floren, akhirnya Sr.Floren menyerah……..
“AAAGGHHH…..AAGHHHH…..OOOO HHH…. ARRNOOOOLD…… BBE…BEBBBE…BBENARKAH YANG KKAU KATTT… TTA…TTAKAN?” “Suster ingin kenikmatan, kan ? Kalo mau, percayalah pada saya….. mari kita capai kenikmatan itu bersama-sama, Suster manis…..
Tapi sebelum itu, jawab dulu dua pertanyaan saya dan satu permintaan saya tadi” kata Arnold berusaha meyakinkan Sr.Floren.
“NNNNA……NNNA……..NNNAMM MA… CCHHO…CCOWWOKK IT.. ITTU SANN…NNNO, MMURRID SSA..SSAYYA DDULU….. KKEJJA… JJADIANNYA TTIGATTA… TTAHUNN LALU DDI..DDI… RRUANG UKS…SSE.. SSSEEKKOLAHHH………….” Sr.Floren pun menceritakan pengalaman pertamanya itu.
“SSSA…SSA…SSA….SSSAA YYYA MMO…MMOHHON, AARR.. ARRRNNOLD SUDI MMEMMME…MMMEMMUASKKHAN SSA.. SSAYA…” Sr.Floren memohon-mohon sambil meronta dan menggeliat. “Ssssttt….. masih ada permintaaan saya yang Suster belum penuhi…..” kata Arnold sambil mengedipkan mata.
“AA…AAAPPPA ITU, AAARRNOLD SSA…SSSHAYANNGG….” Sr.Floren pun rupanya berusaha merayu Arnold dengan panggilan ’sayang’ agar ia cepat dipuaskan.
“Ah, masa lupa…?? Hayoo…. apa…?? Jangan malu, Susterku sayang! Ayo katakan, Sayang………” Arnold menyeringai nakal.
“SSA…SSSA…. SSAYYA RRE..RRELLA MME… MMELAYY… YYANI ARR…RRNOLD…”
“Suster mau bermain seks dengan binal?” tanya Arnold. Sr.Floren mengangguk lemah.
“Jangan cuma mengangguk, Suster Floren sayang…….., katakan bahwa Suster juga mau bermain seks dengan binal demi kepuasan kita berdua” kata Arnold lembut tetapi mengandung ketegasan dan perintah.
“SSA…SSA…YYA RRELA MME..MMEMMMELLAYYANI ARR.. RRNOLD DDE…DDENGAN BINAL…… DDE..DDEMI KKEBAHAGGIAAAN KKITA BBE..BBEBBBERRDUA…… AAAAGGGHHH……. TTU TTUTTUNNGGU APP…PPPPA LLAGGI, ARRR..RRNOLD SSA..SSAYYANG?” kata Sr.Floren makin memelas.
Arnold tersenyum, lalu ia mulai menggarap Sr.Floren dengan lebih bergairah. Rontaan dan geliat Sr.Floren kini berubah menjadi gerakan-gerakan erotis yang liar dan binal. Jeritan dan rintihan Sr.Floren kini menjadi erangan penuh kenikmatan saat mereka berpacu menuju puncak birahi. Sr.Floren ternyata sangat binal. Erotismenya liar sekali. Pengalaman pertamanya yang lama belum terulang membuatnya haus seks luar biasa. Ia bagaikan musafir yang penuh dahaga. Arnold memenuhi janjinya. Dibawanya Sr.Floren menuju puncak birahi, seluruh daya seksnya dikerahkan untuk merangsang Sr.Floren. Mulut, leher, belahan payudara, payudara dan putingnya dilalap oleh Arnold dengan penuh nafsu.
Vagina Sr.Floren digenjot dan dijelajahi oleh Arnold, termasuk bagian G-spotnya (bagian tersensitif dalam vagina wanita). Keperkasaan Arnold diimbangi oleh kebinalan Sr.Floren. Pukul 15:55 Akhirnya setelah lebih dari 4 jam Arnold menggaulinya, Sr.Floren merasa bahwa orgasmenya tak mungkin ditahan lagi. Arnold pun menyadarinya. Tanda-tanda itu jelas terlihat dan terasakan olehnya. Payudara Sr.Floren mengencang, putingnya menegang disertai mengerasnya jepitan vagina Sr.Floren. Gerakannya makin erotis. Dadanya membusung, seolah menyodorkan dan menawarkan payudaranya seluruhnya penuh damba.
Dengan penuh gairah, Arnold menyemburkan seluruh spermanya ke dalam vagina Sr.Floren, sambil mengenyot puting payudara Sr.Floren, bergantian kiri dan kanan. Sr.Floren memekik tatkala dirasakannya cairan hangat memenuhi vaginanya. Rasa nikmat itu sungguh luar biasa. Rasa nikmat itu terasakan di sekujur tubuhnya, terutama di bagian dalam vaginanya dan di puting payudaranya.
“AAAAAAAAAAAAAAAAAGGGGGHHHHHHH HHH…………. AAAAAAAAGGGHBB …….” pekikannya itu diredam oleh kuluman mulut Arnold.
Setelah semburan puncak birahi selama beberapa detik yang berharga itu, mereka lunglai lemas. Penis Arnold bersarang di vagina Sr.Floren yang kini sudah banjir oleh sperma dan cairan vaginanya sendiri. Mereka tertidur dalam kebahagiaan seksual. Sr. Floren yang berusia 39 tahun adalah seorang suster dengan badan sintal dan sensual. Karena tubuhnya cukup pendek (155 cm) maka ia kelihatan sedikit gemuk. Sikapnya yang agak genit ditambah lagi dengan ukuran pinggulnya yang aduhai dapat membuat para pria yang menghadapinya salah tingkah. Apalagi payudaranya yang berukuran 36B, tampak indah membusung di balik baju putihnya, membuat jantung para pria berdebar keras saat menatapnya. Jadi meskipun kulitnya berwarna coklat gelap, hal itu tidak mengurangi sensualitasnya.
cerita-sex-nafsu-terpendam-biarawatiCerita Sex: Nafsu Terpendam Biarawati – Ist
Cerita Sex Biarawati – Semasa kuliahnya Sr. Floren pernah menonton film xxx dan membaca beberapa buku buku dewasa. Pada masa awalnya sebagai suster, Sr. Floren pernah satu kali melakukan hubungan seksual dengan murid di sekolah tempatnya mengajar. Hilangnya keperawanan itu begitu membekas sehingga dia kerap merindukan saat-saat menggairahkan itu. Sayang sekali muridnya itu telah pindah jauh ke luar kota.
Sebagai seorang suster yang tidak boleh menikah dan tidak diperbolehkan melakukan hubungan seksual, perbuatan Sr. Floren itu tentu saja merupakan pelanggaran yang sangat berat. Tapi selain Sr. Floren dan muridnya itu, tak seorangpun tahu mengenai aib itu. Untunglah Sr. Floren tidak sampai hamil karenanya.
“Ah…. toh cuma sekali saja, yang penting sekarang aku tidak pernah melakukannya lagi”, begitu pikir Sr. Floren tatkala ingatan tentang hubungan sex pertamanya itu terbayang kembali.
Sikap Sr.Floren yang seolah menantang dan menggoda para pria yang bertemu dengannya itu sebenarnya dimaksudkan untuk mengakrabkan diri, agar tidak dianggap sebagai suster yang angkuh dan sombong. Di saat-saat yang memerlukan pertimbangan dan pengambilan keputusan yang sulit, Sr. Floren tetap menjaga sikap tegasnya sebagai seorang suster.
Namun sikap Sr. Floren itu ditangkap lain oleh 4 orang pemuda yaitu Arnold, Wiro, Roy dan Tono. Keempat pemuda itu sepakat untuk menculik dan memperkosa Sr. Floren. Tempat untuk itu sudah dipersiapkan, sebuah vila di tengah-tengah kebun teh yang terpencil. Jarak dari villa tersebut ke desa terdekat kira-kira 6 kilometer. Sebuah tempat ideal untuk bermain seks, apalagi hawa daerah itu yang cukup dingin dianggap cocok untuk berhangat-hangat dengan tubuh Sr. Floren yang sintal itu.
Di pagi hari yang masih dingin, Sr. Floren berjalan dari gedung biara ke gedung sekolah tempatnya mengajar, yang letaknya tidak terlalu jauh. Karena hari masih sangat pagi, jalanan sepi. Hal ini dimanfaatkan oleh keempat pemuda itu yang sudah mengamati kebiasaan Sr. Floren selama beberapa waktu.
Tiba-tiba sebuah mobil dengan pintu tengah model geser berhenti mendadak, memepet Sr. Floren. Sr. Floren yang terkejut tak sempat bereaksi apa-apa saat Arnold dan Wiro melompat turun dan menyeretnya masuk mobil. Dalam mobil, Roy telah menyiapkan chloroform yang dibekapkan ke mulut Sr. Floren. Tanpa sempat menjerit, Sr.Floren langsung pingsan terbius chloroform. Tono yang mengemudikan mobil itu langsung tancap gas ke villa yang telah mereka persiapkan.
Sesampai di villa mereka mendudukkan Sr. Floren di kursi rendah dan mengikat tangannya di belakang sandaran kursi itu. Payudara di dada Sr. Floren yang naik turun seiring napasnya itu makin membuat mereka bernafsu. Mereka telah sepakat membagi-bagi ‘jatah’. Jatah pertama untuk urusan ‘karaoke’ atau oral seks adalah Roy. Wiro kebagian penetrasi vagina pertama, sedangkan Arnold yang merupakan pemimpin di antara mereka bertugas melucuti pakaian Sr. Floren. Ia juga mendapat kehormatan sebagai yang pertama menikmati dan menjilati payudara serta vagina Sr. Floren. Tono sendiri kebagian jatah menggarap mulut dan leher Sr. Floren.
Pukul 07:22 Sr. Floren tersadar dari pingsannya. Perlahan-lahan ingatannya pulih dari pengaruh chloroform, begitu pula tenaganya berangsur-angsur kembali seperti sediakala. Menyadari dirinya diikat, Sr. Floren meronta, tapi ikatan itu terlalu kuat. Sia-sialah ia meronta. Sr. Floren melihat ke sekeliling ruangan tempat ia diikat. Ia ditempatkan di ruangan berukuran besar. Pintu ruangan itu tertutup dan terletak agak jauh di sisi kirinya. Di tengah ruangan, terhampar kasur tebal yang juga berukuran besar.
Baca juga cerita sex lainya terbaru di www.orisex.com
Ia diikat di sebuah kursi rendah. Kira-kira 4 meter di depannya ada sebuah kursi lain yang jauh lebih tinggi daripada kursi tempatnya diikat. Ia heran karena belum pernah melihat kursi setinggi itu dan juga tidak tahu apa gunanya. Pukul 07:24 Sr.Floren tersentak terkejut karena tiba-tiba pintu ruangan itu membuka dan masuklah 4 orang pemuda berbadan kekar. Keempat pemuda itu dikenalnya, karena beberapa kali pernah bertemu. Yang lebih membuat Sr.Floren terkejut lagi adalah karena keempat pemuda itu dalam keadaan telanjang bulat. Penis mereka mengacung tanda birahi. Semuanya berukuran besar. Paling panjang adalah milik Arnold, panjangnya kira- kira 25 cm dan berdiameter 8 cm. Namun penis Wiro, Roy dan Tono pun panjang. Rata-rata panjangnya mencapai 20-an cm dan diameternya 5 cm.
Keempat pemuda itu menyeringai nakal.
“Halo, Suster….menggairahkan sekali bukan, suasana pagi ini ?” begitu sapa Arnold sambil terus menyeringai.
“MAU APA KALIAN ? LEPASKAN SAYA !!” Sr.Floren masih mencoba meronta.
“Hmmm….. jangan pura-pura alim deh, Suster tentu tahu apa yang kami mau. Suster akan kami ajari beberapa permainan menyenangkan yang takkan pernah Suster lupakan” giliran Wiro bersuara.
Keempat pemuda itu terbahak-bahak mendengar perkataan Wiro. Jantung Sr.Floren berdebar keras. Ia sadar dirinya akan jadi ’santapan’ keempat pemuda telanjang itu. Ia sadar, dirinya takkan mampu melawan mereka.
“Jangankan melawan keempatnya, melawan seorang saja aku belum tentu mampu”, demikian pikirnya kalut.
“Arnold, LEPASKAN SAYA !! KALAU TIDAK SAYA AKAN BERTERIAK-TERIAK SAMPAI TETANGGA MENDENGARNYA !!”
“Ha…ha…ha… silakan berteriak, kita berada di tengah kebun teh yang sepi. Jarak terdekat ke rumah orang kira-kira 6 kilometer !” Arnold berkata sambil tertawa.
Pukul 07:26 Sr.Floren makin panik mendengar hal itu. Ketakutannya kian terbukti. Dirinya akan diperkosa beramai-ramai oleh keempat pemuda itu. Ia terus meronta-ronta hendak melepaskan diri. “Lebih baik melawan daripada menyerah sama sekali. Jika aku diperkosa, setidak- tidaknya aku sudah melawan”, begitu pikir Sr.Floren.
“Ha…ha…ha… rontaanmu sungguh menggairahkan, Suster ! Ayo, teman-teman, kita mulai !!” seru Arnold.
Mereka menarik kursi tinggi yang tadi dilihat Sr.Floren, sehingga tepat berada di hadapan Sr.Floren. Kursi itu memang dibuat untuk tujuan khusus, yaitu sebagai sarana ‘karaoke paksa’ bagi korban-korban keempat pemuda itu. Roy duduk di atas kursi tinggi itu dan memegang rambut dan kepala Sr.Floren yang masih terbungkus slayer (kerudung penutup kepala bagi suster-suster) hingga tidak dapat bergerak.
“Ayo kulum punya saya, Suster ! Cicipi sarapanmu pagi ini: kontol split, variasi seksual dari banana spilit, ha…ha…ha…” sambil berkata begitu Roy menarik kepala Sr.Floren.
Ia memajukan penisnya mendekati muka Sr.Floren sambil menjepit hidung Sr.Floren untuk membuat Sr.Floren membuka mulutnya. Ketika Sr.Floren kehabisan nafas dan membuka mulutnya untuk menghirup udara, Roy mendorong penisnya ke dalam mulut Sr.Floren. Laki-laki itu berhenti begitu bibir Sr.Floren telah melingkar di penisnya dan mulai mendorong dan menarik kepala Sr.Floren. Kepala Sr.Floren bergerak maju dan mundur terus menerus. Saat kepala penis itu masuk ke tenggorokannya Sr.Floren tersedak, tapi Roy tetap mendorong hingga kepala penis itu masuk lebih dalam di tenggorokan Sr.Floren. Sr.Floren dipegangi agar tak bergerak dengan penis yang terbenam hingga tenggorokannya, sementara mereka berbicara satu sama lain.
“Enak, lho ! Hangat-hangat empuk ! Tapi gua pikir dia musti banyak berlatih soal beginian.” kata Roy.
“Mungkin dia belon pernah pake mulutnya buat karaoke. Gimana, Suster?” tanya Wiro penuh nafsu.
“Bisa nggak makan kontol split, Sr.Floren sayang?” tanya Arnold.
“Terang aja dia bisa ! Mulutnya nggak dipake buat makan nasi doang tau?! Liat aja, punya gua dijepit sama bibirnya, kan?” kata Roy.
Tangan Roy kemudian menjambak rambut Sr.Floren dan mulai menggerakannya lagi dengan kasar membuat penisnya kembali bergerak keluar masuk di mulut Sr.Floren. Semua orang dapat mendengar erangan Sr.Floren yang terdengar setiap kali penis itu masuk jauh ke tenggorokannya. Ketika Roy akan mengalami ejakulasi ia menarik kepala Sr.Floren hingga terbenam dalam-dalam di rimbunan rambut kemaluannya. Sperma langsung menyembur keluar memenuhi mulut Sr.Floren. Dan dari sudut mulut Sr.Floren sperma menetes keluar, mengalir turun, menggantung di dagu Sr.Floren.
“Aaaaaaggghhhhh……. enak, Suster ! Terus telan semua sperma saya, kalo nggak, saya bakal terus menekan kepala Suster kaya gini!” Kemudian Roy mulai bergerak lagi.
Sperma terus mengalir keluar, jatuh dari leher Sr.Floren ke atas pakaian putih yang dikenakan Sr.Floren. Ketika akhirnya ia menarik penisnya dari mulut Sr.Floren, Sr.Floren megap-megap menarik nafas dan tersedak saat berusaha menelan sisa sperma yang masih ada di mulutnya. Sr.Floren sendiri lunglai tak berdaya setelah baru saja ia mengalami shock, merasakan sperma yang disemburkan masuk ke dalam mulutnya. Pelan tapi pasti Arnold membuka kancing-kancing baju Sr.Floren. Begitu kancing-kancing yang terletak di bagian dada itu terbuka, tampaklah dua payudara montok membulat yang terbungkus BH putih berenda. Puting susu Sr.Floren tampak menonjol dari balik BH yang tipis itu. Arnold mengecup dan mencaplok (menyupang) payudara Sr.Floren dengan bibirnya, satu demi satu. Kiri, lalu kanan.
Ia sengaja tidak mengulum putingnya, menyisakan kenikmatan itu untuk tahap selanjutnya. Meskipun payudara Sr.Floren masih terbungkus BH, namun Arnold dapat merasakan ketegangan yang timbul akibat rangsangannya. “Aah, Suster, kau punya payudara yang menggairahkan” kata Arnold kagum.
“LEPASKAN, BANGSAT!! LEPASKAAAAAAANN!!”
“Tenang, Suster…… kami akan buat Suster menikmati dan ketagihan seks!” kata Tono.
Tanpa diduga Sr.Floren, Arnold menghentikan ’serbuannya’. kini giliran Wiro duduk di kursi tinggi itu. S ama seperti Roy, ia menyodorkan penisnya untuk dikaraoke oleh Sr.Floren. Bedanya, Tono menahan ejakulasinya. Ia bertekad menghemat spermanya untuk session berikutnya. Begitu hendak ejakulasi, posisinya digantikan oleh Arnold, lalu kemudian oleh Wiro. Mereka berdua pun sama seperti Tono, menahan ejakulasi untuk tahap perkosaan selanjutnya. Menyimpan sperma untuk kenikmatan berikutnya.
Pukul 08:45 Kursi tinggi itu disingkirkan dari hadapan Sr.Floren.
“Nah, Suster manis, sekarang gantian, ya. Kami pun ingin sarapan. Gimana kalo Suster sediakan omelettte vagina ? Ha…ha…ha…” Arnold tertawa sambil berjongkok di depan Sr.Floren, lalu melucuti rok bawah dan celana dalam Sr.Floren.
Usaha itu harus dibantu oleh Wiro dan Tono yang masing-masing memegangi kaki Sr.Floren, karena Sr.Floren tak hentinya meronta dan menggeliat. Sebenarnya Sr.Floren sudah mulai terangsang ketika Arnold menggarap payudaranya.
“Celaka!! Arnold membuatku terangsang, padahal payudaraku masih terbungkus BH. Apa jadinya kalau aku sudah telanjang ?? Aku harus terus melawan. Aku takkan pasrah begitu saja!!” Sr.Floren berpikir dengan panik bercampur cemas.
Setelah rok bawah dan celana dalam Sr.Floren terlucuti, tampaklah vagina Sr.Floren yang berwarna kemerahan dan ditumbuhi sedikit bulu-bulu halus. Tanpa ragu Arnold menggarap vagina itu. Pertama-tama ia menciumi vagina itu, lalu sedikit demi sedikit mulutnya menyeruak masuk ke bagian dalam. Lidahnya mencari-cari clitoris Sr.Floren. Begitu ditemukan, clitoris itu dijilat dan dikulumnya dengan penuh nafsu.
“Hhmm…..mmnnyemm…ccp…slu uurppp” Arnold dengan bernafsu menyantap clitoris Sr.Floren. Ia sama sekali tidak mengacuhkan Sr.Floren yang merintih dan memohon agar semuanya ini dihentikan.
“AAAAAGGHHH…….STOP…..SSS STTOOOPPPP……ARRRNNNOOLLLD, TTO.. TTOOLONGG SS… SSSTOOPPP…………. ADUUUUUHHH………… HHE… HENTIKAAAAN, OOOHHHH…. HHE.. HHENTTIKAAAAAN!!!!”
“Alaaa, Suster…… bilang aja enak, gitu…. Emangnya kalo udah enak kaya gini, Suster mau berhenti ?” tanya Tono gemas.
“AAAAGGHHH…… ENAK ATAU TIDAK, SAYA TIDAK MAU INI DITERUSKAN!! TOLONG JANGAN RANGSANG SAYA TERUS!!” Sedetik kemudian Sr.Floren sadar bahwa ia kelepasan omong !!
“Ah, jadi Suster sudah terangsang, ya ? Hei, ayo kita rangsang terus sampe dia nyerah!!” Wiro berkata dengan penuh semangat.
Sementara itu dari arah samping, Roy menggarap payudara Sr.Floren yang masih terbungkus BH. Sr.Floren menjerit putus asa ketika Arnold meningkatkan volume serangannya. Kini ia juga menggigit-gigit clitoris Sr.Floren, sehingga tak ayal lagi Sr.Floren makin mengggelinjang-gelinjang. Jeritan Sr.Floren teredam oleh Tono yang mengulum bibirnya dengan penuh nafsu. Aksi Tono tidak di situ saja, melainkan juga menggarap leher Sr.Floren. ia menyupangnya, menjadikan leher Sr.Floren penuh bekas kemerahan. Tono kembali mengulum mulut Sr.Floren dalam mulutnya. Lidahnya menjelajahi mulut Sr.Floren dengan penuh nafsu.
Sementara itu Sr.Floren tak hentinya meronta. Rontaannya seolah terbagi dua, hendak menghentikan perkosaan ini tapi juga menikmati gairah birahinya yang kian memuncak. Vagina Sr.Floren sudah basah oleh cairan yang keluar dari kelenjar seksualnya. Ia kini tak dapat memungkiri lagi. Ia tahu, keempat pemerkosanya pun tahu, bahwa kini Sr.Floren sudah terangsang. Pukul 09:01 Arnold mengentikan ’sarapan’-nya dan posisinya digantikan oleh Roy. Posisi Roy yang menggarap payudara Sr.Floren digantikan oleh Wiro yang juga sudah tak sabar lagi mencicipi tubuh Sr.Floren. Arnold tersenyum melihat teman-temannya begitu bersemangat menggarap Sr.Floren. Bergantian mereka menyantap vagina Sr.Floren sampai mereka puas.
Pukul 09:49 Sr.Floren lunglai……. ia kelelahan merasakan kenikmatan gairah yang timbul akibat rangsangan pada payudara dan vaginanya.
“Aduh….. payudaraku masih terbungkus BH dan mereka belum melakukan penetrasi, tapi aku sudah begini terangsang. Apa jadinya nanti? Bagaimana jika aku ‘kalah’ ? Haruskah aku menyerah pada mereka? Tidak…tidaaaaakkk!!” Sr.Floren berpikir makin kalut.
Ia cemas atas nasibnya di tangan keempat pemuda ini. Ia malu jika harus mengakui ‘kekalahannya’ ini. Pukul 09:50 Belum sempat Sr.Floren pulih dari kelelahannya, Arnold dan Wiro melepaskan Sr.Floren dari ikatannya. Mereka menyeret Sr.Floren dan menghempaskannya ke kasur besar di lantai tengah ruangan itu. Kesempatan ini dipakai oleh Sr.Floren untuk berusaha kabur, tapi usahanya itu kandas ketika Roy dan Tono memegangi tangan dan kakinya. Kedua tangan Sr.Floren direntangkan sambil terus dipegangi oleh Roy. Tono dan Arnold masing-masing memegangi kakinya yang juga direntangkan lebar-lebar. Wiro mulai merendahkan dan hendak menelungkupkan tubuhnya, siap mempenetrasi lubang vagina Sr.Floren dengan penisnya yang besar dan panjang.
Sr.Floren panik, ia makin meronta-ronta dan menggeliat-geliat.
“LEPASKAN!! OH!! LEPASKAN!! KALIAN MEMANG BANGSAT!! AAAGHHH…….. HENTIKAN……. LEPASKAN, BANGSAAAAATT!!” Sr.Floren menjerit-jerit.
“Wah, kok seorang suster ngomongnya kasar gitu ? Kalem aja, Suster sayang……. kami pasti bisa bikin Suster merasa nikmat. Ayo mulai, Wiro!” kata Arnold sambil tersenyum.
Wiro tidak segera mempenetrasi Sr.Floren. Ia menunggu hingga Arnold selesai merenggut BH putih tipis yang berenda itu. Pelindung terakhir payudara Sr.Floren pun terbuka, mempertontonkan dua bukit kembar yang amat menggiurkan birahi. Mereka semua mendesis menyaksikan kemolekan payudara Sr.Floren. Dengan ganas Wiro mulai mempenetrasi Sr.Floren. Ia menggenjotnya dengan kuat dan mantap. Karena baru sekali berhubungan seks, vagina itu masih sempit sekali. Penis Wiro serasa dijepit oleh sesuatu yang hangat dan kenyal.
Namun walau begitu, Wiro bisa merasakan bahwa Sr.Floren tidak lagi memiliki selaput dara, tanda keperawanan.
“Astaga!!!! Suster kita ini rupanya udah pernah ngentot!! Selaput daranya udah hilang!!” Wiro berseru kaget.
“Haa? Biarawati kan nggak boleh ngentot, gimana bisa hilang, hah??” Arnold juga tak kalah kaget.
“Naaaahhh….. ketahuan deh….. rupanya diam-diam dia binal juga. Ngentot sama siapa, Suster?” Roy bertanya. “AAAAGHHH, LEPASKKAAAANNN……. SAYA CUMA SEKALI… OHHHHH….TIDAK…TIDDAAAKKKK” Lagi-lagi Sr.Floren kelepasan omong !!
“Astaga, kenapa aku ini, aku kelepasan omong lagi! Kenapa aku nggak bilang saja aku dulu pernah diperkosa?” Sr.Floren berpikir dengan rasa putus asa dan sesal yang mendalam.
“Lhooo…. dia ngaku rupanya… hayooo sama siapa, Suster?” tanya Arnold.
“AGGGHHHH…….GGGHHHH… .. JJA…JAA…JJAANGANHH…. HHHAARRAP SSA….SSAYA MAU BBBI… BBI…BILANGG…GHHHH” Sr.Floren terus merintih dan mendesah.
“Ah, nanti juga Suster pasti mau bilang. Saya punya ‘resep khusus’ supaya Suster mau bilang, siapa yang ngejebol selaput dara Suster yang pertama itu” kata Arnold.
Tanpa belas kasihan Wiro menggenjot Sr.Floren. Payudara Sr.Floren yang sudah tak berpelindung BH itupun digarap oleh Wiro, bersamaan dengan Arnold yang memegangi tangan Sr.Floren. Mereka menjilat, menyupang dan menggigiti payudara Sr.Floren. Kali ini puting payudara Sr.Floren yang berwarna coklat kemerahan itu ikut menjadi sasaran serbuan. Sr.Floren terus meronta dan menggelinjang. Vagina Sr.Floren benar-benar sempit. Vagina itu menjepit dengan ketat serta berdenyut-denyut terus-menerus. Penis Wiro yang berada di dalam vaginanya terasa bagaikan diremas-remas dengan keras.
“Layani ketiga teman saya dulu, Suster. Setelah itu saya ada kejutan buat Suster!” kata Arnold sambil nyengir.
Pukul 10:27 Akhirnya Wiro pun tidak tahan lagi, saat tubuh Sr.Floren mengejang karena sampai pada puncak kenikmatan (orgasme), Wiro mempercepat gerakan naik turun sampai spermanya menyembur-nyembur ke dalam vagina Sr.Floren. Wiro tidak langsung menarik penisnya keluar dari vagina Sr.Floren. Ia ingin merasakan kehangatan vagina Sr.Floren setelah lelah menggenjotnya. Pukul 10:31 Wiro menarik penisnya keluar. Kelegaan Sr.Floren tak berlangsung lama karena Tono menggantikan peran Wiro. Kini giliran Tono mempenetrasi vagina Sr.Floren. Tono pun mulai berpacu menuju puncak birahi. Genjotannya agak berbeda dengan gaya genjotan Wiro. Kalau Wiro menggenjot dengan ganas dan cepat, Tono menggenjot lebih pelan tapi sambil menghunjamkan penisnya dalam-dalam ke vagina Sr.Floren. Penetrasi Tono lebih dalam daripada Wiro.
Hal ini membuat Sr.Floren makin kelimpungan. Ia menggelinjang setiap kali penis Tono menghunjam dalam-dalam. Tentu saja urusan penggarapan payudara pun tidak dilupakan Tono. Mana ada pria normal yang mau melewatkan kesempatan mencicipi payudara indah milik Sr.Floren!! Tapi rupanya Sr.Floren ini bukan wanita dengan seksualitas biasa- biasa saja. Ketahanan seksualnya sungguh luar biasa. Wanita normal biasanya akan orgasme setelah penetrasi dan rangsangan selama kira- kira 5 sampai 10 menit, tapi rupanya Sr.Floren ini mampu berlama- lama mencapai orgasme. Ia gampang atau cepat terangsang, tapi lama mencapai orgasme. Sungguh suatu tantangan tersendiri bagi kaum pria!! Pukul 11:04 Seperti Wiro, Tono pun harus menunggu sampai setengah jam sebelum ada tanda-tanda bahwa Sr.Floren akan mencapai orgasme.
Ketika ia merasa bahwa otot vagina Sr.Floren makin kencang menjepit penisnya dan payudara Sr.Floren pun mulai mengeras, Tono pun makin memperdalam hunjaman penisnya dan menyemprotkan spermanya ke dalam vagina Sr.Floren. Ia menggeletak lemas di atas tubuh Sr.Floren yang juga lunglai kelelahan.
Pukul 11:08 Setelah Tono, kini giliran Roy. Karena spermanya sudah terkuras akibat karaoke paksa pada awal perkosaan ini, Roy membutuhkan waktu agak lama mencapai ejakulasi dibanding kedua pendahulunya. Tipe genjotan Roy merupakan gabungan gaya genjotan Wiro dan Tono. Brutal dan dalam. Hal ini membuat Sr.Floren tak mampu menghentikan rontaannya. Ia sebenarnya sudah lelah meronta, tapi gaya genjotan Roy sungguh membuatnya tak bisa pasrah begitu saja.
Pukul 11:44 Sperma yang disemburkan Roy tidak sebanyak Wiro ataupun Tono, tapi makin membuat vagina Sr.Floren makin banjir karena leleran sperma dan juga cairan vagina Sr.Floren sendiri. Setelah mencabut penisnya dari vagina Sr.Floren, Roy menggeletak lemas.
Pukul 11:47
“Nah, gimana, Suster ? Ngaku deh…. siapa sih cowok beruntung yang merebut mahkota kewanitaan Suster?” tanya Arnold.
“HHJJJHHAA….JJJA…JJANGAN.. .. HHA…HHHA…HHHHARRAPP SSA… SSAYA MMAU NGG…NNGG…NNGGAAKKU” kata Sr.Floren tersengal kelelahan.
“Coba saya lihat, sampai seberapa jauh Suster tahan terhadap saya! Akan saya buat Suster memohon-mohon minta diberi orgasme!” kata Arnold. “JJJA…JJANGAN HARAP SAYA MENYERAH, BANGSAT!!!!”
Pukul 11:48 Tanpa ba bi bu lagi Arnold menghunjamkan penisnya ke dalam vagina Sr.Floren. Ketiga teman Arnold kini sudah tergeletak. Satu demi satu tertidur kelelahan. Mereka tak menyangka suster ini mampu membuat mereka lemas karena nikmat. Tanpa ada yang memeganginya lagi, Sr.Floren mencoba sekali lagi untuk berontak. Tapi Arnold yang sudah dikuasai nafsu birahi itu mampu menahannya. Arnold memegang kedua tangan Sr.Floren dan merentangkannya lebar-lebar. Yang lebih tak disangka lagi oleh Sr.Floren adalah gaya genjotan Arnold yang luar biasa. Arnold mampu memadukan berbagai gaya dan rangsangan. Payudara ? Ah, payudara Sr.Floren kini dipenuhi bekas cupangan berwarna merah.
Putingnya makin memerah karena hisapan, gigitan dan kenyotan bibir Arnold. Mulut Arnold beraksi silih berganti antara payudara, belahan payudara, leher dan bibir Sr.Floren. Saat berciuman, mulut Sr.Floren dikuasai dan dijelajahi sepenuhnya oleh Arnold. Genjotannya bervariasi antara lembut dan dalam, dangkal dan cepat, brutal dan mengoyak, dan sebagainya. Bagi Arnold, seolah Sr.Floren merupakan inspirasi seksualitas tanpa batas.
“Nnnaaahhh…. Susterku sayang….. siapa cowok beruntung itu…hhmmm…? Ayo jawab, Suster sayang!” kata Arnold di sela-sela genjotannya.
“JJHHJA…… JJJHA…JJJANGAN HHHA… HHA..RRAP SSS… SS.. SSAYA MAU KKATT …TTA….TTTAKAN….” Di saat Sr.Floren hendak mencapai klimaks, Arnold menghentikan genjotannya, membuat Sr.Floren penasaran.
“Ayo, Suster…… siapa ?” tanya Arnold menggoda. Sr. Floren tidak menjawab, ia hanya meronta-ronta dengan liar.
Maka Arnold pun mulai lagi merangsang mulai dari bibir, leher, lalu turun ke belahan payudaranya. Puting payudara Sr.Floren yang seolah menunggu untuk digarap, dibiarkannya dahulu. Hal ini membuat Sr.Floren makin penasaran. Sr.Floren meronta-ronta, menggeliat-geliat dan menggelinjang-gelinjang dengan liar. Arnold yang sudah berpengalaman menghadapi wanita binal, mengetahui dengan pasti bahwa semua rontaan Sr.Floren itu adalah hasrat terpendamnya untuk dipuaskan secara total.
“SShhh…..shhh…. Suster…. saya akan puaskan Suster kalo Suster mau bilang ke saya dua hal. Pertama, siapa cowok yang mengambil keperawanan Suster, lalu kedua: Suster harus memohon pada saya untuk dipuaskan. Pikirkanlah, Suster….. bayangkan kenikmatan yang bisa saya berikan….. Pokoknya, Suster akan saya puaskan setelah Suster menjawab pertanyaan saya dan melakukan permintaan saya. Oh ya,.. satu lagi. Sebelum saya puaskan, saya ingin Suster melayani saya dengan binal dan penuh gairah. Lepaskan semua hasrat terpendam Suster selama ini……!” Arnold terus merayu Sr.Floren.
“JJA…JJAJJANGAN…….SSSSTT TOOPPP….. OOOOGHHHH…. SSTTOOPP………” “Yakin nih, mau berhenti….?” tanya Arnold makin menggoda.
Arnold memang menghentikan serangannya, tapi lalu dimulai lagi dengan lembut lalu makin lama makin ganas, panas dan bergairah. Dan ketika Sr.Floren untuk kesekian kalinya hampir mencapai orgasme, Arnold berhenti.
“Ssstt….ayo Suster……buat apa Suster mempertahankan gengsi? Kalau dengan saya, nggak usah malu. Terus terang saya pun kagum dengan Suster. Jarang wanita punya daya seks sekuat Suster. Seandainya Suster bukan biarawati, pasti Suster sudah saya lamar untuk dijadikan istri!” Arnold terus merayu Sr.Floren dengan perkataan dan rangsangannya.
Pukul 13:40 Hampir dua jam Arnold menggauli Sr.Floren, akhirnya Sr.Floren menyerah……..
“AAAGGHHH…..AAGHHHH…..OOOO HHH…. ARRNOOOOLD…… BBE…BEBBBE…BBENARKAH YANG KKAU KATTT… TTA…TTAKAN?” “Suster ingin kenikmatan, kan ? Kalo mau, percayalah pada saya….. mari kita capai kenikmatan itu bersama-sama, Suster manis…..
Tapi sebelum itu, jawab dulu dua pertanyaan saya dan satu permintaan saya tadi” kata Arnold berusaha meyakinkan Sr.Floren.
“NNNNA……NNNA……..NNNAMM MA… CCHHO…CCOWWOKK IT.. ITTU SANN…NNNO, MMURRID SSA..SSAYYA DDULU….. KKEJJA… JJADIANNYA TTIGATTA… TTAHUNN LALU DDI..DDI… RRUANG UKS…SSE.. SSSEEKKOLAHHH………….” Sr.Floren pun menceritakan pengalaman pertamanya itu.
“SSSA…SSA…SSA….SSSAA YYYA MMO…MMOHHON, AARR.. ARRRNNOLD SUDI MMEMMME…MMMEMMUASKKHAN SSA.. SSAYA…” Sr.Floren memohon-mohon sambil meronta dan menggeliat. “Ssssttt….. masih ada permintaaan saya yang Suster belum penuhi…..” kata Arnold sambil mengedipkan mata.
“AA…AAAPPPA ITU, AAARRNOLD SSA…SSSHAYANNGG….” Sr.Floren pun rupanya berusaha merayu Arnold dengan panggilan ’sayang’ agar ia cepat dipuaskan.
“Ah, masa lupa…?? Hayoo…. apa…?? Jangan malu, Susterku sayang! Ayo katakan, Sayang………” Arnold menyeringai nakal.
“SSA…SSSA…. SSAYYA RRE..RRELLA MME… MMELAYY… YYANI ARR…RRNOLD…”
“Suster mau bermain seks dengan binal?” tanya Arnold. Sr.Floren mengangguk lemah.
“Jangan cuma mengangguk, Suster Floren sayang…….., katakan bahwa Suster juga mau bermain seks dengan binal demi kepuasan kita berdua” kata Arnold lembut tetapi mengandung ketegasan dan perintah.
“SSA…SSA…YYA RRELA MME..MMEMMMELLAYYANI ARR.. RRNOLD DDE…DDENGAN BINAL…… DDE..DDEMI KKEBAHAGGIAAAN KKITA BBE..BBEBBBERRDUA…… AAAAGGGHHH……. TTU TTUTTUNNGGU APP…PPPPA LLAGGI, ARRR..RRNOLD SSA..SSAYYANG?” kata Sr.Floren makin memelas.
Arnold tersenyum, lalu ia mulai menggarap Sr.Floren dengan lebih bergairah. Rontaan dan geliat Sr.Floren kini berubah menjadi gerakan-gerakan erotis yang liar dan binal. Jeritan dan rintihan Sr.Floren kini menjadi erangan penuh kenikmatan saat mereka berpacu menuju puncak birahi. Sr.Floren ternyata sangat binal. Erotismenya liar sekali. Pengalaman pertamanya yang lama belum terulang membuatnya haus seks luar biasa. Ia bagaikan musafir yang penuh dahaga. Arnold memenuhi janjinya. Dibawanya Sr.Floren menuju puncak birahi, seluruh daya seksnya dikerahkan untuk merangsang Sr.Floren. Mulut, leher, belahan payudara, payudara dan putingnya dilalap oleh Arnold dengan penuh nafsu.
Vagina Sr.Floren digenjot dan dijelajahi oleh Arnold, termasuk bagian G-spotnya (bagian tersensitif dalam vagina wanita). Keperkasaan Arnold diimbangi oleh kebinalan Sr.Floren. Pukul 15:55 Akhirnya setelah lebih dari 4 jam Arnold menggaulinya, Sr.Floren merasa bahwa orgasmenya tak mungkin ditahan lagi. Arnold pun menyadarinya. Tanda-tanda itu jelas terlihat dan terasakan olehnya. Payudara Sr.Floren mengencang, putingnya menegang disertai mengerasnya jepitan vagina Sr.Floren. Gerakannya makin erotis. Dadanya membusung, seolah menyodorkan dan menawarkan payudaranya seluruhnya penuh damba.
Dengan penuh gairah, Arnold menyemburkan seluruh spermanya ke dalam vagina Sr.Floren, sambil mengenyot puting payudara Sr.Floren, bergantian kiri dan kanan. Sr.Floren memekik tatkala dirasakannya cairan hangat memenuhi vaginanya. Rasa nikmat itu sungguh luar biasa. Rasa nikmat itu terasakan di sekujur tubuhnya, terutama di bagian dalam vaginanya dan di puting payudaranya.
“AAAAAAAAAAAAAAAAAGGGGGHHHHHHH HHH…………. AAAAAAAAGGGHBB …….” pekikannya itu diredam oleh kuluman mulut Arnold.
Setelah semburan puncak birahi selama beberapa detik yang berharga itu, mereka lunglai lemas. Penis Arnold bersarang di vagina Sr.Floren yang kini sudah banjir oleh sperma dan cairan vaginanya sendiri. Mereka tertidur dalam kebahagiaan seksual.

0 comments:

Post a Comment